Headline

Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.

Fokus

Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.

Indonesia Adopsi Penilaian Siswa dalam Lingkungan Belajar Virtual

Mediaindonesia.com
27/5/2021 15:10
Indonesia Adopsi Penilaian Siswa dalam Lingkungan Belajar Virtual
Seorang anak sekolah dasar mengerjakan ujian Penilaian Akhir Semester (PAS) dengan sistem daring dari kediamannya di Jawa Timur.(ANTARA/SAIFUL BAHRI )

MENILAI seorang siswa dalam memahami dan menguasai sebuah materi pelajaran adalah bagian penting dari pendidikan. Pengujian bisa membantu pendidik untuk mengevaluasi seberapa baik siswa dalam  mempelajari materi dan menginformasikan desain kurikulum. Unsur penting penilaian dalam mendapatkan momentum di lingkungan akademis adalah kemampuan pendidik untuk meningkatkan penyampaian umpan balik untuk mengukur kapabilitas siswa di luar ingatan atau keterampilan mengambil tes.

Menurut Chukwudi Ogoh, Assessments and Feedback Technologies Consultant di perusahaan teknologi untuk integritas akademik Turnitin, metode pengujian tradisional berfokus pada penilaian sumatif dan berisiko tinggi, seperti ujian akhir dan tes standar, yang mengevaluasi dan membandingkan siswa dengan tolakukur dan berdampak signifikan pada nilai akhir studi atau perjalanan siswa dalam mengenyam pendidikan.

Baca juga: Pandemi Jadi Tantangan Pengembangan Teknologi untuk Pendidikan

“Pendekatan penilaian itu memiliki keterbatasan dalam memungkinkan pendidik menyampaikan umpan balik formatif yang mendorong pembelajaran lebih dalam oleh siswa. Banyak siswa di negara-negara Asia Tenggara saat ini belajar online tanpa ada kesempatan untuk menghadiri kelas tatap muka. Akibatnya, sistem sekolah mengevaluasi ulang apakah metode pengujian standar dapat dialihkan ke ruang kelas virtual dan jika memungkinkan pendidik untuk melihat apa yang telah dipelajari siswa,” tuturnya.

Departemen Pendidikan Filipina (DepEd), kata dia telah memperbarui kebijakannya seputar kelanjutan pembelajaran dasar bagi siswa sekolah dasar dan menengah untuk memasukkan pedoman penilaian guna mendukung perkembangan siswa di lingkungan saat ini. Demikian halnya dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (Kemdikbud). Ia pun mendesak pendidik untuk membuat penilaian yang membantu mereka memahami kemampuan dan hasil belajar siswa mereka dan memastikan bahwa siswa tidak ketinggalan.

Semakin banyak sekolah di ASEAN kini mengadopsi cara-cara baru untuk memberikan penilaian yang adil dan efektif dalam lingkungan belajar virtual dan jarak jauh, yang memfasilitasi pembelajaran siswa dan siap melengkapi desain pembelajaran yang lebih berkelanjutan.

Menurut Chukwudi, selain penilaian sumatif dan berisiko tinggi, pengujian dapat bersifat formatif dan berisiko rendah. Ini berarti bahwa pengujian dibangun untuk mengumpulkan informasi sepanjang termin yang menjadi dasar pembelajaran siswa.

Baca juga: Pemerhati: PJJ Solusi Tepat Pembelajaran pada Masa Pandemi

“Beberapa format penilaian seperti esai bentuk panjang dan pekerjaan penelitian tertulis, memungkinkan peluang umpan balik formatif yang lebih besar, sementara yang lain seperti benar atau salah dan pilihan ganda mungkin lebih terbatas dalam hal apa yang dapat diukur oleh pendidik, tetapi lebih efisien dari perspektif waktu.”

Penting bagi pendidik, tuturnya, untuk menemukan keseimbangan antara waktu yang dihabiskan untuk menilai dan waktu berinteraksi dengan siswa. Menyampaikan umpan balik formatif dengan membuat kursus yang menggabungkan beragam metode penilaian, adalah salah satu cara untuk mencapainya. Terlepas dari platform pembelajaran atau metode penyampaian, penilaian formatif dapat membantu pendidik memahami bagaimana siswa mereka belajar dan mengungkap tren kelas seputar pengajaran konsep-konsep tertentu.

“Misalnya, untuk menilai kedalaman pemahaman siswa tentang suatu topik, pertimbangkan pertanyaan yang memerlukan jawaban bentuk panjang. Untuk mengevaluasi luasnya pengetahuan dalam jangka waktu singkat, pertimbangkan pertanyaan pilihan ganda. Menggunakan berbagai format penilaian akan memungkinkan pendidik untuk mengekstrak nilai umpan balik tanpa menambah waktu yang dihabiskan untuk penilaian, sementara juga memenuhi kebutuhan belajar siswa yang unik.”

Dengan lingkungan pembelajaran online yang tidak sinkron ini, pendidik dapat melihat peningkatan kasus ketidakjujuran akademik dan penggunaan metode seperti contract cheating. Dengan banyaknya siswa yang belajar jauh dari pengawasan para pendidik, mereka semakin banyak menyusun makalah untuk menghindari kegagalan dalam suatu kursus atau untuk memenuhi tenggat waktu. Pengawas ujian elektronik juga menimbulkan pertanyaan tentang faktor keadilan jika semua siswa tidak memiliki komputer dengan kamera dan mikrofon yang berfungsi, koneksi Wifi yang dapat diandalkan, atau tempat yang tenang untuk mengikuti ujian tanpa gangguan.

“Solusi penilaian berbasis teknologi juga membantu sekolah memperkuat praktik terbaik dalam berbagai format penilaian, dengan memasukkan kerangka kerja untuk umpan balik yang tepat waktu dan efektif dan memastikan bahwa penilaian berisiko rendah dapat sering dilakukan untuk mengukur pembelajaran,” ujarnya. (RO/A-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Maulana
Berita Lainnya