Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
KEBANYAKAN orang beranggapan bahwa penyintas Covid-19 tidak bisa lagi terinfeksi virus korona, karena antibodi terhadap virus sudah terbentuk. Namun, anggapan ini ternyata kurang tepat. Beberapa ahli mengungkapkan pendapatnya mengenai kemungkinan reinfeksi virus korona terhadap pasien yang sembuh dari virus korona.
Reinfeksi ini bisa terjadi karena banyak faktor yang mempengaruhi, baik dari luar maupun dalam tubuh. Apa saja faktornya? Dan apakah gejalanya lebih berat?
Penggiat Edukasi Kesehatan Covid-19, dr. Adaninggar RA mengatakan reinfeksi itu bisa terjadi baik pada penyintas maupun pada orang yang sudah divaksin, meskipun orang tersebut sudah memiliki antibodi.
"Sampai kapan risiko itu? ya sampai virus di sekitar kita, selama virus di sekitar kita masih banyak maka risiko kita terpapar juga masih ada," kata dokter yang akrab disapa Ning dalam program Nunggu Sunset, Kamis (1/4)
Menurutnya, kondisi yang membedakan yakni apabila seseorang sudah memiliki antibodi baik bagi penyintas maupun dari vaksinasi maka gejala yang akan ditimbulkan hanya ringan. "Ini ya harapan kita, tapi jangan lupa kita masih nggak tahu di varian-varian virus yang beredar ini seperti apa ya, kalau kita kebetulan terinfeksi dengan virus yang cukup berbeda dengan sebelumnya, maka antibodi tidak juga tidak akan bisa menetralisir 100%," sebutnya.
Dia tak memungkiri bahwa risiko reinfeksi masih bisa sakit. Bahkan sampai gejala berat apabila terpapar virus dalam jumlah banyak dan varian virus yang sangat berbeda.
"Ya jadi caranya untuk untuk mencegah ya tetap harus protokol kesehatan. Selain kita tetap menjaga kesehatan imun kita ya, pola hidup sehat ya, jangan bergadang, makan makanan bergizi, tidur istirahat, ngak boleh stres ditambah dengan protokol kesehatan ngak boleh lengah," paparnya.
dr Ning memastikan bahwa kunci untuk menghindari reinfeksi hanya dengan menjalankan protokol kesehatan dan menjaga pola hidup sehat. Sebab, selama pandemi belum terkendali maka paparan dari virus Covid-19 masih kemungkinan terjadi.
"Jadi jangan lupa kekebalan tubuh kita tidak hanya ditentukan oleh antibodi, ada yang namanya sel memori, jadi kalau sel memori itu sebetulnya meskipun nantinya sudah tidak terdeteksi atau kadarnya rendah, kalau kita memiliki sel memori seharusnya jika kita terinfeksi lagi dengan virus mirip, maka sel memori bisa memproduksi antibodi lagi," tegasnya.
Namun, sebut dr Ning Kemungkinan reinfeksi meningkat setelah 3 bulan. Dimana dalam laporan medis, sebelum 3 bulan peluang reinfeksi itu sangat rendah. Apalagi ada kemungkinan antibodi masih tinggi dan utuh.
"Setelah 90 hari risiko reinfeksi itu dikatakan meningkat, sementara kita tahu itu. Karena untuk antibodi pada orang-orang setelah sembuh juga sangat bervariasi dan ada yang bertahan sampai 9 bulan (antibodi) tetapi ada juga satu bulan hilang," lanjutnya.
Dalam sejumlah kasus, reinfeksi hanya menimbulkan kasus ringan. Namun, ada juga laporan yang berat tetapi kasusnya lebih sedikit.
"Jadi tidak usah terlalu khawatir, karena kebanyakan reinfeksi gejalanya ringan artinya masih ada sel memori yang bisa mengenali, meskipun tidak klop sekali tapi paling tidak gejalanya bisa lebih ringan," tuturnya.
Sementara itu, terkait reaktivasi Covid-19 merupakan virus yang lama dan sempat dorman atau tidur kemudian saat kondisi seseorang dalam imun lemah maka virusnya kembali bangun sehingga menimbulkan gejala lagi.
"Pada kasus Covid-19, belum ada bukti reaktivasi artinya setelah dia terinfeksi maka selesai, jadi kalau terinfeksi lagi maka kemungkinan besar dia terinfeksi lagi dari paparan baru artinya dari virus lain lagi, bukan dari virus yang sebelumnya tidur dan bangun lagi," pungkasnya. (OL-13)
Baca Juga: ASN Dilarang Bepergian Selama Libur Akhir Pekan
Diary, merek perawatan kulit (skin care) asal Bekasi, sukses menembus pasar Vietnam dan Jepang berkat inovasi produk, strategi digital, dan semangat pantang menyerah.
Produksi masker ini. bersamaan dengan produk lain seperti kopi, keripik udang dan coklat lokal membawa Worcas mendapatkan perhatian pasar domestik internasional.
Tahun 2020, sepasang peneliti India mengklaim lockdown global selama pandemi Covid-19 menyebabkan penurunan suhu permukaan bulan.
Jumlah wisman yang datang langsung ke Bali pada Januari-November 2023 sebanyak 5.782.260 kunjungan, sementara pada periode yang sama tahun 2019 sebanyak 5.722.807 kunjungan.
KETUA Satgas Covid-19 PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Erlina Burhan mengungkapkan bahwa human metapneumovirus atau HMPV tidak berpotensi menjadi pandemi seperti yang terjadi pada covid-19.
CALON Gubernur DKI Jakarta nomor urut 2 Dharma Pongrekun kembali mengungkit pandemi Covid-19 pada debat kedua Pilkada Jakarta 2024, Minggu (27/10) malam.
Sejalan dengan penjelasan Kementerian Kesehatan yang menyebutkan vaksinasi booster covid-19 tetap direkomendasikan.
Pemakaian masker, khususnya di tengah kerumunan mungkin dapat dijadikan kebiasaan yang diajarkan kepada anak-anak.
Perusahaan ini fokus menggunakan teknologi vaksin berdasarkan mRNA pada Desember 2020, vaksin COVID-19 produksi mendapatkan izin penggunaan darurat di amerika serikat.
MEDIAINDONESIA.COM 20 Mei 2025 menurunkan berita berjudul ‘Covid-19 Merebak di Singapura dan Hong Kong, Masyarakat Diminta Waspada’.
Seiring dengan merebaknya kasus mpox, muncul banyak spekulasi yang menghubungkannya dengan vaksin covid-19.
Vaksin penguat atau booster Covid-19 masih diperlukan karena virus dapat bertahan selama 50-100 tahun dalam tubuh hewan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved