Cegah Obesitas, Cermati Label Kemasan Makanan

Eni Kartinah
04/3/2021 14:44
Cegah Obesitas, Cermati Label Kemasan Makanan
Grafik gambaran gizi lebih dan faktor risiko di Indonesia.(Ist)

DALAM rangka peringatan Hari Obesitas Sedunia, Nutrifood bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkas) dan Badan Pengawas obat dan Makanan (BPOM) mengedukasi masyarakat Indonesia melalui workshop ‘Cerdas Baca Label Kemasan, Hindari Risiko Obesitas’.

Worksoho yang merupakan bagian dari kampanye Cermati Konsumsi Gula Garam Lemak dan Baca Label Kemasan yang didukung Nutrifood dilaksanakan, pada Rabu (4/3).

Kegiatan edukasi ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman akan informasi nilai gizi khususnya kandungan gula, garam dan lemak pada kemasan makanan dan minuman agar terhindar dari dampak pandemi yang mengarah ke gaya hidup sedentari dan dapat menyebabkan kelebihan berat badan hingga berpotensi obesitas  yang berisiko prediabetes dan diabetes.

Direktur Gizi Masyarakat, Kemenkes, Dr. Dhian Dipo, MA, memaparkan, “Saat ini Indonesia mengalami beban ganda mengenai masalah gizi."

Menurut Riskesdas 2018, kekurangan gizi makro seperti stunting (pendek) dan wasting (kurus) pada anak balita masih tinggi yaitu masing-masing sebesar 30,8% dan 10,2%. Selain itu, kekurangan zat gizi mikro seperti anemia juga masih tinggi. Data menunjukkan bahwa 1 dari 2 Ibu hamil mengalami anemia (48%).

Di sisi lain, Indonesia juga dihadapkan pada permasalahan gizi lebih (obesitas) terutama pada usia dewasa, baik pada pria maupun wanita dengan prevalensi obesitas pada wanita lebih tinggi dari pria.

"Data menunjukkan bahwa tingkat obesitas pada orang dewasa meningkat dari 14,8% menjadi 21,8% dan prevalensi berat badan berlebih juga meningkat dari 11,5% di 2013 ke 13,6% di 2018," jelas Dhian.

Ia juga menegaskan bahwa kondisi pandemi Covid-19 saat ini menghadirkan tantangan tersendiri karena adanya perubahan gaya hidup dan kondisi lingkungan.

"Pembatasan aktivitas keluar rumah yang dibarengi dengan peningkatan waktu berada di depan gadget, menyebabkan penurunan aktivitas fisik dan peningkatan konsumsi makanan, terutama makanan siap saji dan pangan olahan yang dipesan secara online, jelasnya.

"Kondisi ini dapat menjadi faktor risiko terjadinya obesitas, yang kedepannya dapat berdampak pada peningkatan penyakit tidak menular dan beban ekonomi negara,” tutur Dhian

Koordinator Kelompok Standardisasi Pangan Olahan Keperluan Gizi Khusus, Direktorat Standardisasi Pangan Olahan BPOM, Yusra Egayanti, S.Si, Apt, MP menjelaskan, “Kelebihan berat badan dan obesitas dapat dicegah dengan pengaturan pola makan dengan prinsip gizi seimbang."

"Salah satunya dengan membatasi asupan gula garam lemak yang dikonsumsi. Sebagai salah satu upaya untuk mengetahui asupan gula, garam, dan lemak dari pangan olahan kemasan, masyarakat disarankan untuk lebih cermat dalam membaca label kemasan pangan olahan yang dikonsumsi," paparnya.

"Masyarakat harus selalu memperhatikan empat informasi nilai gizi dalam label kemasan yaitu jumlah sajian per kemasan, energi total per sajian, zat gizi (lemak, lemak jenuh, protein, karbohidrat (termasuk gula)) dan persentase AKG (Angka Kecukupan Gizi) per sajian," jelas Yusra,

Head of Marketing Nutrifood, Susana, S.T.P., M.Sc., PD.Eng. “Sejalan dengan misi kami ‘Inspiring a Nutritious Life’ Nutrifood secara kontinu berupaya mengedukasi dan menginspirasi masyarakat untuk selalu mengimplementasikan gaya hidup sehat setiap saat termasuk di masa pandemi dengan berkolaborasi dengan banyak pihak."

Ia menambahkan pihaknya mengedukasi melalui program edukasi Cermati Konsumsi Gula Garam Lemak dan Baca Label Kemasan yang telah diselenggarakan secara konsisten sejak tahun 2013.

"Membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak sesuai anjuran Kementerian Kesehatan RI berperan penting sebagai pencegahan risiko prediabetes dan diabetes terutama bagi orang dengan obesitas. Selain itu, perlu didukung juga dengan menjaga pola makan sehat,  rutin berolahraga, istirahat yang cukup dan deteksi din,” ucapnya.

Sementara itu,  Ketua Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia) Wilayah Jakarta, Bogor, Bekasi, Depok, Prof. Dr. dr. Mardi Santoso, DTM&H, Sp.PD-KEMD, FINASIM, FACE, mengatakan, “Orang yang kelebihan berat badan dan obesitas memiliki risiko prediabetes dan diabetes, penelitian di beberapa negara ada sekitar 47% sampai dengan 90% penderita Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) adalah kelebihan berat badan atau obesitas."

"Pertanda prediabetes secara laboratoris adalah kadar glukosa darah puasa 100-125 mg/dl dan atau kadar glukosa darah 2 jam post prandial 140-199 mg/dl. Umumnya kelompok berisiko prediabetes adalah orang dengan obesitas/kegemukan, sering abortus, melahirkan bayi dengan berat badan 4 kg atau lebih, porsi makan besar tetapi kurang gerak, serta keluarga memiliki riwayat diabetes," jelanya.

"Dalam jangka waktu 3-5 tahun, 25% prediabetes dapat berkembang menjadi DMT2, 50% tetap dalam kondisi prediabetes, dan 25% kembali pada kondisi glukosa darah normal," ujar Prof.Mardi

Menurut Prof.Mardi, mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan membatasi asupan gula, garam, dan lemak, istirahat cukup, dan rutin aktivitas fisik 150 menit dalam seminggu dapat membantu mengurangi risiko prediabetes agar tidak berkembang menjadi DMT2. (Nik/Ol-09)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya