Headline
Gaikindo membeberkan penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.
Gaikindo membeberkan penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.
PUSAT Pengkajian Islam dan MAsyarakat UIN (PPIM UIN) melalui program CONVEY Indonesi merilis temuan survei nasional toleransi di kalangan responden mahasiswa dan dosen dari beragam kelompok.
Hal ini didasari dengan permasalahan bangsa Indonesia yang masih menghadapi tantangan dalam menyikapi keberagaman, konflik sosial dan bahkan kekerasan karenba perbedaan masih sering didengar. Ismatu Ropi, Ph.D., Direktur Eksekutif PPIM UIN Jakarta menegaskan alasan kenapa survei ini perlu dilakukan dengan melihat perkembangan intoleransi di Indonesia.
“Dalam beberapa tahun ini, ada kecenderungan sikap intoleran dan segregatif di kalangan anak muda. Hal ini sangat mengkhawatirkan jika dilihat dari konteks keberagaman Indonesia. PPIM berfokus pada pendidikan, terutama pendidikan agama sebagai core penelitian,” tegas Ismatu.
Survey ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang menyasar responden mahasiswa dan dosen dalam skala nasional yang mencakup semua kelompok agama lain (Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Buddha, Konghucu dan aliran kepercayaan).
Baca juga: Pers dan Media Sosial Diminta Aktif Bumikan Pancasila
“Survei ini dilakukan secara nasional di 34 provinsi. Untuk mendapatkan gambaran yang baik tentang toleransi beragama di lingkungan perguruan tinggi (PT), penelitian ini berhasil mengambil sample dengan teknik stratified random sampling, sebanyak 92 PT dari 100 PT yang direncanakan, yang tersebar di seluruh Indonesia," kata Yunita Faela Nisa, koordinator survei dan tim peneliti survei dalam webinar bertajuk Kebinekaan di Menara Gading: Toleransi Beragama di Perguruan Tinggi, Senin (1/3).
Ia pun menambahkan banyaknya PT yang diambil sebagai sampel di setiap provinsi ditetapkan secara proporsional terhadap jumlah mahasiswa yang ada di provinsi tersebut. Pengumpulan data dilakukan pada 1 November – 27 Desember 2020 secara serentak di seluruh wilayah penelitian. Data berhasil didapatkan dari 2866 mahasiswa (pada 92 PT), 673 dosen (pada 87 PT), dan 79 perguruan tinggi.
Hasil survei ini menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa memiliki sikap toleransi beragama yang tergolong tinggi dan sangat tinggi. Sebanyak 24,89% mahasiswa memiliki sikap toleransi beragama yang rendah, dan sebanyak 5,27% lainnya tergolong memiliki sikap toleransi beragama yang sangat rendah.
Bila digabungkan, sebanyak 30,16% mahasiswa Indonesia memiliki sikap toleransi beragama yang rendah atau sangat rendah. Sementara itu, dari sekitar 69,83% mahasiswa yang tergolong memiliki sikap toleransi beragama yang tinggi, 20% tergolong memiliki toleransi yang sangat tinggi terhadap pemeluk agama lain.
Sementara dari aspek perilaku toleransi beragama, menunjukkan bahwa hanya sekitar 11,22% mahasiswa Indonesia menunjukkan perilaku toleransi yang rendah (10,08%) atau sangat rendah (1,14%). Sisanya, sekitar 88,78% mahasiswa Indonesia menunjukkan perilaku toleransi yang tinggi atau sangat tinggi terhadap pemeluk agama lain.
Menurut Yunita, perguruan tinggi mestinya memiliki peran dalam strategis untuk menjunjung tinggi nilai-nilai universal yang berpijak pada kemanusiaan.
“Perguruan Tinggi, sebagai institusi pendidikan tertinggi, seharusnya bertumpu pada nilai-nilai demokratis, keadilan & non-diskriminatif dan kemanusiaan sesuai yang termaktub dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang juga menekankan pada keterbukaan, kebebasan dan berpikir kritis tanpa indoktrinasi,” tuturnya.
GUBERNUR Jawa Barat Dedi Mulyadi menekankan pentingnya pemulihan harmoni sosial di tengah masyarakat Cidahu, Sukabumi, setelah insiden perusakan rumah yang diduga dijadikan tempat ibadah.
Tidak hanya karena secara geografis wilayahnya berbukit-bukit dengan ketinggian 760 meter di atas permukaan laut (mdpl), tetapi juga karena desa itu tak ubahnya Indonesia mini dengan beragam agama.
BUPATI Intan Jaya, Papua Tengah, Aner Maisini mengungkapkan Hari Raya Idul Adha merupakan momen untuk memperkuat solidaritas dan toleransi umat beragama.
"Setiap ada hari besar keagamaan, warga tanpa memandang keyakinan dan namanya berkumpul, saling pengucapan selamat," jelas Kepala Dusun Thekelan Agus Supriyo.
Dialog antaragama merupakan sarana yang sangat penting bagi mahasiswa untuk meningkatkan daya kritis, membangun hubungan antaragama yang baik dan bermakna.
Toleransi, katanya, adalah kata yang paling sering terdengar tapi terkadang bisa berbalik menjadi penyebab tindakan-tindakan intoleran.
BPIP dan UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan menggelar diskusi bertajuk “Aktualisasi Nilai Ketuhanan dan Kebangsaan dalam Menjaga Moderasi Beragama di Indonesia”. Edukasi Pancasila
Kementerian Agama menggagas Gerakan Ekoteologi, yaitu pendekatan keagamaan yang mendorong kepedulian lingkungan berbasis nilai-nilai spiritual.
Fondasi dari moderasi beragama yang kokoh tak hanya bertumpu pada edukasi atau pendekatan budaya semata, tetapi juga sangat berkaitan dengan kondisi ekonomi masyarakat.
Dengan memahami makna semboyan bangsa tersebut maka akan muncul cinta, toleransi, dan kelembutan perlu dimiliki oleh setiap orang yang beragama.
Wasathiyah sejatinya mengantarkan manusia ke kehidupan yang sukses dan bahagia, baik di dunia maupun di akhirat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved