Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
BADAN Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) meminta pers dan pengguna media sosial berperan aktif dalam membumikan Pancasila, terutama di era digital saat ini yang mana menurutnya menjaga dan memelihara pancasila tidak gampang dengan beragam tantangan.
"Proses menjaga dan memelihara pancasila saat ini tidak gampoang karena kondisi global digambarkan penuh guncangan, kedodoran, dan tingkat ketidakpasyian tinggi, juga serba ambigu. " kata Rikard Bangun Anggota Dewan Pengarah BPIP saat Webinar Series bertajuk Peran media sosial dalam pembumian pancasila, Senin (1/3).
Ia juga mngtakan tantangan itu berasal dari dua sumber yakni dari dalam dan luar. Dari dalam, lanjutnya, terjadi saat arus perubahan yang berada diluar berinteraksi di dalam negeri yang tentu saja membuat nilai-nilai penghayatan pancasila mengalami kedodoran. Sedangkan dari luar, terdapat ideologi tandngan yang maa ada upaya untuk menggantikan ideoogi pancasila dengan yang lain.
Hal ini menurut Rikad perlu sinergi semua pihak agar PAncasila tetap terjaga, termasuk diantaranya pers dan media sosial. menurutnya peran media sosial sangat penting karena dengan menggunakan media sosial dapat serempak dan bisa menembus batas ruang dan batas waktu.
Menanggapi ini, Abdul Manan Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen (AJI) mengatakan media sosial memang memiliki pengaruh dua sisi yang memang berbeda. "Dari perspekstif kami, yang kita tahu media sosial kita mendapatkann teman baru walaupun teman beneran atau fiktif, juga menjadi sarana belajar lebih mudah, membantu penghimpunan dana, menumbuhnkan demokrasai dan juga membangun pijakan bersama , namun juga ada sisi negatifnya," katanya.
Sisi Negatifnya berupa kecanduan media sosial, sindrom update msalahnya apoa yang di update, dapat mengabaikan keluarga dan tanggung jawab dan dampak lain sisi algoritma yanga mana media sosial akan mengenali ketertarikan kita dan memunculkannya di beranda agar kita tak bisa lepas dari media sosial.
"Memang algoritma itu mesin, Kalau ketertarikan kita kosmetik, iklan akan diarahkan dengan kosmestik, kalau dalam kehidipan sosial tentu ini bahaya," ungkapnya. Lalu yang harus dilakukan adalah memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan nilai pancasiala dengan baik seperti menyebarkan nilai-nialai kebaikan kemanusiaan, memperkuat semangat persatuan, menjadi town hall suara dan pendapat publik dan menyuarakan aspirasi keadilan.
Sementara itu,Ade Alawi Deputi Direktur Pemberitaan Media Indonesia mengatakan peran media dalam hal ini mmberikan literasi media kepada masyarklat agar nilai pancasila pun terwujud didalamnya. Sebagaimana pendidikan literasi media merupakan kemampun untuk mengakses, menganalisis, mengedukasi dan mengomunikasikan pesan dan ketika menerima informasi dari media sosial juga mampu memproduksi informasi yang sehat yang mana titik berangkatnya sama yakni pancasila.
"Kami juga bertanggung jawab untuk membangun generasi muda dengan memberian perhatian kepda generasi Z yang mana saat ini berjumlah 27,94% dar total populasi Indonesia yang berjumlah 270,2 juta jiwa," kata Ade.
Ia menyampaikan, ikhtiar ini dilakukan Media Indonesia dengan membuat pendidikan reporter cilik yang sudah hampir 10 tahun dilakukan. Lewat program ini Media Indonesia mengedukasi agar anak muda indonesia bisa mengkrtitisi isi media, menyebarkannya dengan menulis di media atau memiliki kemampuan memotret.
Baca juga : Polri Sudah Tegur 21 Akun Media Sosial Lewat Virtual Police
Dalam webinar tersebut Ade pun mengungkapkan saat ini anak muda Indonesia sanagt menghargai pancasila sebagaimana diketahui dari survey yang dilakukan 2 lembaga. Pertama survey 6ang dilakukam oleh survei lembaga Survei Indonesia pada 8-17 september 2019 yang menyatakan sebanyak 86,5 % responden muslim menilai pancasila dan UUD adakah paket terbaik bagi kehiduoan kita sebagai bangsa indonesia.
sementara pada millenial berdasarkan survei komunitas pancasial via instagram dan facebook pada 30-31 mei 2020 dengan udia respionden 18-25 tahun mengatakan sebanyak 61% responden yakin dan setuju bahwa nilai-nilai pancasila sangat penting dan relevan bagi mereka.
Hal ini dapat dilihat dari konten kreator Martin Anugrah yang mana menurutnya Pancasila merupakan hal yang fundamental yang harus dimiliki seorang warga negara Indonesia. Sehingga di media sosial pun penting untuk diangkat.
"Kalau kita paham pancaslia, ya itu jadi dasarnya, Keadilan sosial itu harusnya telah berdarah daging. Jadi segala sesuatu yang diucapkan masuk ke internet Indonesia yang harus dipunyai nilai pancasilanya," kata Martin
Ia menegaskan, para pengguna media sosial harusnya memiliki pemikiran untuk merubah tindakan sehingga berpengaruh baik kepada yang menonton.
"Dengan banyaknya nilai-nilai pancasila tentu akan menutup sisi negatif media sosial," ungkap Martin.
Sementara itu, bagi Reza Levinus Nangin Content Creator sebelum terjun ke media sosial harusnya pengguna sudah menemukan jati dirinya, menemukan karakter, sifat hingga hal yang suka maupun tidak. Pengguna juga harus sudah berdamai dengan dirinya sendiri sebagaimana menerima kelebihan dan kekurangannya seingga siap untuk di kritik. Terakhir, dalam dirinya harus tertanam pula tujuannya.
"Ketika belum mengetahui siapa aku, maka akan tidak bisa menemukan aku diluar sana. Kalian harus menemukan dulu jati dirinya," pungkasnya. (OL-2)
Tujuan kerja sama untuk memberikan pembinaan dan pemahaman tentang ideologi Pancasila di kalangan generasi muda, khususnya mahasiswa yang berkuliah di UPI Kampus Cibiru.
Untuk Kota Bandung yang masyarakatnya heterogon baik suku, agama, ras, sehingga Pancasila sebagai konsensus bernegara dapat menjadi pemersatu
Maarten Paes memiliki darah Indonesia dari kakek dari garis keturunan ayahnya yang lahir di Pare, Indonesia, 20 Maret 1940 silam.
Wakil Ketua MPR, Lestari Moerdijat mengatakan momen lebaran dan mudik harus menjadi salah satu momentum untuk mneingkatkan rasa persatuan dan persaidaraan antar anak bangsa.
Pancasila dapat menjadi basis normatif dan identitas kolektif dalam membangun Indonesia sebagai sebuah tatanan politis yang demokratis.
Melansir dari situs Times of India, terdapat 5 alasan yang membuat sejumlah orang jarang posting foto dengan pasangan di medsos, ini daftarnya.
Penduduk Wuhan memperoleh informasi dan dukungan sesamanya yang luar biasa, tapi minim dukungan emosional ketika mereka mengakses dan berbagi informasi tentang covid-19.
Menurut Ince, jika seorang pemain telah memenangkan banyak gelar, baru ia pantas memiliki brand pakaiannya sendiri.
“Jangan terlalu banyak melihat media sosial karena itu penyakit,” ujar Iriawan saat melepas timnas U-19 Indonesia berangkat ke Thailand.
Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan mengatakan, regulasi itu untuk mendisplinkan para pemain dan mengatur pola hidup pemain menjadi lebih sehat.
Pelatih tim nasional Indonesia U-19 Shin Tae-yong meminta ke para suporter untuk memberikan kepercayaan ke pemainnya yang berlaga di Piala AFF U-19 2022.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved