Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Teknologi untuk Memisahkan Zat Mikroplastik dalam Air

Zubaedah Hanum
26/2/2021 12:30
Teknologi untuk Memisahkan Zat Mikroplastik dalam Air
Temuan mikroplastik di lautan.(AFP)

PENEMUAN material plastik merupakan salah satu capaian besar di dunia teknik karena sejak bahan ini ditemukan manusia mulai mendapatkan banyak kemudahan dalam hidupnya. Di sisi lain, temuan plastik itu juga menjadi masalah terbesar saat ini.

Hal itu dikemukakan oleh Emenda Sembiring, dosen dari kelompok keahlian pengelolaan udara dan limbah Institut Teknologi Bandung (ITB) saat Kuliah Umum KU1202 Pengantar Rekayasa dan Desain secara daring yang diikuti 400 mahasiswa ITB, belum lama ini.

“Orang pertama yang menemukan plastik itu sebenarnya menciptakan ‘keajaiban’ di dunia karena dengan itu semuanya itu jadi mudah. Misalnya, material yang dulunya punya masalah di beratnya, sekarang kita bisa menggantinya dengan material yang ringan,” ungkapnya dilansir dari laman ITB, Jumat (26/2).

Ia menjelaskan, plastik memiliki sejumlah keunggulan, yaitu dibentuk sesuai keinginan, mudah dibersihkan, tahan terhadap abrasi, tahan perubahan (mar resistance), konduktivitas listrik dan panas rendah, resistan terhadap korosif, kuat, rendah brittleness, hydrophobic, dan persisten.

Dengan keunggulan itu, imbuhnya, tidak heran kalau permintaan masyarakat terhadap plastik semakin meningkat tahun demi tahun.

"Dari tahun 1950 hingga tahun 2014, kenaikan permintaan masyarakat dunia terhadap material ini mencapai 296 miliar ton. Sedangkan di Indonesia sendiri, tingkat penggunaan plastik pada masyarakat terbilang cukup tinggi sehingga membuat negara ini menjadi negara penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia pada tahun 2015," paparnya.

Tingginya pemakaian material plastik memberikan pengaruh yang cukup serius terhadap lingkungan. Salah satu dampaknya adalah pencemaran sungai yang disebabkan banyaknya sampah plastik yang terbuang di sana.

"Adanya sampah plastik yang dibuang ini menyebabkan fauna di sekitar sungai tersebut terancam mati, contohnya adalah pencemaran yang terjadi di Sungai Citarum," sergahnya.

Selain itu, permasalahan lain yang dapat terjadi adalah adanya keberadaan mikroplastik pada ekosistem air tawar ataupun air laut yang berhasil tercemar.

“Plastik yang berukuran besar tidak akan selamanya besar, tetapi dia akan terdegradasi akibat faktor lain yang kemudian akan berubah menjadi sangat kecil dan biasa disebut mikroplastik,” jelasnya.

Mikroplastik adalah plastik yang berukuran kurang dari 5 mm. Biasanya zat ini akan tercampur dengan zat lain seperti air hujan, air sungai, dan lain-lain. Kemudian, material jenis ini dibedakan menjadi dua, yaitu primer dan sekunder.

Mikroplastik primer adalah mikroplastik yang sudah berukuran kecil dari awal produksi, sedangkan mikroplastik sekunder adalah mikroplastik yang terfragmentasi dari plastik yang lebih besar.

Meskipun ukuran dari mikroplastik ini sangat kecil, Emenda menjelaskan bahwa zat mikroplastik tersebut harus tetap dibuang dan harus segera dilakukan upaya penjernihan terhadap air yang terpapar mikroplastik karena zat tersebut berbahaya bagi tubuh.

“Jadi ada beberapa teknologi yang mungkin bisa digunakan untuk merekayasa zat mikroplastik ini sehingga hal tersebut dapat dipisahkan dari air yang tadi terkontaminasi, salah satunya adalah dengan menggunakan metode penyisihan MPs dalam IPAM dengan teknik rapid sand filter dan slow sand filter,” pungkasnya.

Rapid sand filter atau saringan pasir cepat dilakukan untuk mengurangi padatan tersuspensi dan tingkat kekeruhan. Penambahan   karbon   aktif   di   atas   media  pada  filter  bertujuan  untuk  meningkatkan efisiensi  penurunan  bau, kekeruhan, senyawa organik dan rasa.

Di dalam sistem saringan pasir cepat secara garis besar terdiri  dari  beberapa bagian, antara lain bak filter, media penyaring berupa lapisan pasir, lapisan penyangga dari batu kerikil  atau  gravel, sistem  drainase, peralatan pencucian filter, hingga pengaduk media filter.

Baik slow sand filter maupun rapid sand filter diketahui menjadi salah satu alternatif pengolahan air sumur dangkal tercemar menjadi air layak minum. (H-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum
Berita Lainnya