Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
LETAK geografis dan geologis Indonesia menjadikan wilayah-wilayah Indonesia rawan akan berbagai jenis bencana. Beberapa bencana yang sering terjadi di Indonesia antara lain gempa bumi, tsunami, tanah longsor, dan banjir.
Oleh karenanya, strategi penanganan dan upaya mitigasi yang tepat dengan melibatkan kerja sama dan kolaborasi baik pemerintah maupun masyarakat sangat diperlukan.
“Pemasyarakatan pengetahuan mitigasi bencana ini penting untuk dapat menjangkau publik,” ujar Kepala Biro Kerja Sama, Hukum dan Humas LIPI Mila Kencana keterangan pers, Sabtu (30/1).
Peneliti Geoteknologi LIPI Eko Yulianto mengatakan bencana alam seperti gempa dan tsunami merupakan bagian dari siklus bumi, sehingga tidak dapat terhindarkan. Maka dari itu, siaga bencana harus dipahami oleh semua masyarakat.
Menurutnya, tsunami dan gempa merupakan peristiwa berulang. Oleh karena itu, bencana tsunami dan gempa masa lalu pun dapat menjadi sumber pengetahuan dan peringatan dini untuk peristiwa tsunami yang dapat terjadi di masa mendatang.
“Bencana itu benar-benar berkaitan dengan perilaku manusia. Kita yang menentukan apakah sebuah ancaman alam akan berubah menjadi sebuah bencana, atau hanya menjadi ancaman saja,” terang Eko.
Terkait dengan korelasi gempa dan tsunami, Eko menjelaskan tidak semua gempa berkekuatan besar dapat memicu tsunami. Di sisi lain, gempa berkekuatan kecil pun dapat memicu tsunami jika berlangsung cukup lama.
“Keterampilan untuk melakukan evakuasi mandiri berbasis guncangan gempa menjadi hal yang wajib dimiliki setiap orang. Yang harus diperhatikan adalah lamanya guncangan,” jelasnya.
Baca juga: Mitigasi Bencana, Banjarnegara Andalkan Alat Deteksi
Dia menambahkan beberapa hal penting yang harus dilakukan saat proses evakuasi tsunami yaitu mengabaikan harta benda, melarikan diri tanpa kendaraan, menjauhi sungai dan jembatan, serta berlindung di pohon, bangunan tinggi atau bukit. Selain itu, pembangunan kontruksi rumah dan gedung harus dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor kebencanaan.
Sementara itu, Peneliti Limnologi LIPI Iwan Ridwansyah mengatakan dalam upaya pengurangan risiko bencana, perencanaan tata ruang wilayah juga merupakan kebutuhan vital, terutama untuk mitigasi bencana hidrologi seperti banjir. Dia menekankan perencanaan tata ruang wilayah harus melibatkan kolaborasi multisektor dan berbasis kebencanaan.
“Pembangunan perlu memperhatikan aspek sumber daya air dan faktor-faktor kebencanaan. Bagaimana tata ruang kota, bagaimana waduk dibangun, bagaimana bendungan dibangun. Supaya bencana seperti banjir dan longsor dapat diantisipasi,” tutur Iwan.
Senada dengan Iwan, Peneliti Geoteknologi LIPI Adrin Tohari juga menyatakan permasalahan kebencanaan yang harus diselesaikan antara lain regulasi tata ruang yang berkaitan tentang kerentanan lereng, tingkat pengetahuan masyarakat dan pemerintah daerah terhadap bencana longsor, serta sistem peringatan dini.
“Sistem peringatan dini gerakan tanah perlu diperkuat, masih banyak wilayah dengan risiko tinggi namun belum memliki sistem peringatan,” ungkapnya.
Adrin pun menyebutkan dalam upaya pencegahan dan mitigasi bencana, LIPI telah mengembangkan teknologi stabilisasi lereng berbasis drainase siphon bernama The Greatest LIPI (Technology of Gravity-driven Groundwater Extraction for Slope Stabilization). Teknologi ini dikembangkan untuk membantu mencegah risiko terjadinya longsor.
Untuk membantu meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat akan terjadinya bencana longsor, LIPI pun telah mengembangkan teknologi pemantauan ancaman longsor berbasis nirkabel, yaitu LIPI WISELAND. LIPI WISELAND atau Wireless Sensor Network for Lanslide Monitoring yang dikembangkan melalui kolaborasi dengan Pusat Penelitian Fisika LIPI, terdiri dari tipe stationary untuk menjangkau daerah yang luas, tipe mobile untuk memonitor langsung di lokasi, dan tipe personal stand-alone untuk kebutuhan personal memantau ancaman tanah longsor di sekitar rumah tinggal.(OL-5)
BMKG mengaitkan gempa terbaru di Bekasi dengan aktivitas Sesar Baribis—sumber gempa yang sama dengan gempa merusak Karawang, Jawa Barat, pada 1862
Para pengemudi kendaraan roda empat sebaiknya tetap berada di dalam mobil ketika terjadi gempa bumi dan dalam kondisi terjebak macet.
PAKAR kegempaan Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran (Unpad), Nana Sulaksana, mengatakan Jawa Barat (Jabar) memiliki banyak sesar aktif di berbagai wilayahnya.
PEMERINTAH memperingatkan ancaman potensi gempa bumi dari Sesar Lembang yang membentang sepanjang 29 kilometer di bagian utara Kota Bandung.
DIREKTUR Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengingatkan masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi gempa bumi di sekitar sesar aktif.
PADA Rabu (20/8) malam, wilayah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, diguncang gempa bumi bermagnituo 4,9.
PENGAMAT Jaringan Damai Papua, Adriana Elisabeth, berpendapat kunjungan dan pertemuan Majelis Rakyat Papua (MRP) dengan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) tidak mewakili seluruh Papua.
Baru-baru ini, pakar ilmu politik Ikrar Nusa Bhakti dalam sebuah dialog di TV mengatakan, politik di negeri ini sudah masuk kategori disgusting, bukan lagi interesting, bukan pula amusing.
PBB memperingatkan bahwa 40% hewan penyerbuk invertebrata (terutama lebah dan kupu-kupu), berisiko mengalami kepunahan global.
Neanderthal adalah spesies kuno yang tinggal di Eurasia 40.000 tahun yang lalu.
Beberapa pendatang pertama datang ke benua ini dari Tiongkok selama dua gelombang migrasi berbeda
Undang-undang yang ketat pada saat itu bertujuan untuk mengendalikan ekspansi perkotaan dan erosi tanah, serta untuk mencegah pasir gurun menyapu Tripoli,
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved