Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Ingin Anak Tumbuh Cerdas, Pastikan Asupan Zat Besinya Tercukupi

Eni Kartinah
19/1/2021 21:24
Ingin Anak Tumbuh Cerdas, Pastikan Asupan Zat Besinya Tercukupi
Sering lesu merupakan salah satu gejala anemia pada anak. Data menunjukkan, 50%-60% anemia disebabkan oleh kekurangan zat besi.(Ist)

SI kecil sulit konsentrasi dan menangkap pelajaran sekolah? Mudah lelah, lesu, dan gampang marah? Coba cek menu makannya. Bisa jadi, anak Anda anemia karena kekurangan asupan zat besi.

“Zat besi berperan penting untuk mendukung tumbuh kembang anak. Asupan zat besi yang tidak adekuat (cukup) dapat menyebabkan menurunnya kecerdasan, fungsi otak, dan fungsi motorik anak,” ujar dokter spesialis gizi klinis, dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, M.Gizi, SpGK, pada webinar ‘Kekurangan Zat Besi Sebagai Isu Kesehatan Nasional di Indonesia dan Dampaknya Terhadap Kemajuan Anak Generasi Maju’, yang digelar Danone Specialized Nutrition Indonesia beberapa waktu lalu.

Dampaknya, lanjut dr Nurul, dalam jangka panjang dapat berakibat menurunnya performa di sekolah, perubahan atensi dan sosial akibat tidak tanggap terhadap lingkungan sekitar, serta perubahan perilaku. Bagaimana hal itu bisa terjadi?

Zat besi merupakan bagian dari hemoglobin (protein dalam sel darah merah). Fungsi utamanya adalah menghantarkan oksigen dari paru-paru untuk digunakan oleh seluruh sel tubuh. Tanpa zat besi, organ-organ tubuh anak tidak mendapatkan oksigen yang cukup sehingga terjadilah gangguan tumbuh kembang.

Lebih lanjut, dr Nurul yang juga Ketua Departemen Ilmu Gizi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini memaparkan peran zat besi. Mineral ini merupakan pembentuk komponen myelin (selubung) sel saraf otak. Juga membantu pembentukan dan fungsi neurotransmiter di otak.

Neurotransmiter merupakan pembawa sinyal atau penyampai pesan dalam komunikasi antara satu sel saraf dengan sel saraf lainnya. Dengan demikian, ketika zat besi kurang, kemampuan kognitif juga tidak optimal.

Selain itu, lanjut dr Nurul, zat besi juga berperan sebagai kofaktor (pendukung) enzim dan transporter (penghantar) serotonin, dopamin, dan norepinefrin. Ketiganya merupakan hormon-hormon penting yang turut menentukan kondisi psikis anak.

Utamakan Sumber Hewani

Salah satu penyebab utama terjadinya kekurangan zat besi, lanjut dr Nurul, adalah kurangnya konsumsi asupan makanan kaya zat besi. Zat besi banyak terdapat pada sumber hewani seperti daging merah, hati, ikan, udang, dan ayam, juga susu yang difortifikasi (diperkaya) zat besi.

Selain itu juga terdapat pada pangan nabati seperti kacang-kacangan, sayuran hijau, dan biji-bijian. Namun, untuk anak, zat besi dari pangan hewani lebih diutamakan karena kandungannya lebih banyak dan mudah diserap tubuh. 

Ia mengingatkan, usia 6 bulan hingga 3 tahun merupakan masa kritis terjadinya anemia pada anak. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan, kejadian anemia pada anak usia 1-2 tahun bulan mencapai 36,1%. Adapun di usia 25 bulan sampai 3 tahun sebanyak 28,4%.

Mengapa usia tersebut menjadi masa kritis? Sebab, terang dr Nurul, di usia itu anak mengalami masa pertumbuhan cepat, kebutuhan zat gizinya pun meningkat, termasuk zat besi.

Sementara, di usia tersebut anak rawan kekurangan konsumsi pangan hewani, misalnya karena tidak suka rasa maupun teksturnya, atau orangtua kurang memberikan asupan pangan hewani. “Jika tidak ditangani, gangguan anemia ini bisa jadi permanen,” imbuh dr Nurul.

Selain konsumsi pangan kaya zat besi, anak juga perlu zat-zat lain yang mendukung penyerapan zat besi dalam saluran pencernaannya. Seperti, protein, vitamin C, B6, B12, asam folat, serta mineral kuprum (Cu) dan seng (Zn).

“Jeruk, stroberi, tomat, dan brokoli merupakan sumber vitamin C, dan sebaiknya dimakan bersama dengan makanan yang kaya zat besi untuk mengoptimalkan penyerapan. Tambahkan pula makanan dan minuman/susu yang difortifikasi zat besi dan vitamin C untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi harian anak,” saran dr. Nurul.

Lima Potensi Prestasi

Senada, psikolog anak dan keluarga, Anna Surti Ariani, memaparkan, setiap anak memiliki 5 potensi prestasi. Yakni, berpikir cepat, tumbuh tinggi, percaya diri, tangguh, dan aktif bersosialisasi. Namun lima potensi ini bisa menjadi tidak optimal jika anak kekurangan zat besi. 

“Kekurangan zat besi tidak hanya memiliki dampak bagi pertumbuhan, tetapi juga pada perkembangan anak. Kondisi ini menghambat kemampuan anak untuk berkonsentrasi. Padahal jika konsentrasi tidak optimal, daya tangkap anak menurun, daya ingatnya kurang optimal, dan rentan mengalami masalah kognitif lain seperti kesulitan menganalisis dan mengambil kesimpulan, sulit memecahkan masalah, dan kurang kreatif,” terang Anna yang juga Ketua Ikatan Psikolog Klinis Indonesia wilayah Jakarta ini.

Ketika memasuki usia sekolah, lanjut Anna, ia rentan mengalami kesulitan belajar dan saat dewasa jadi sulit bersaing di dunia kerja. Hambatan ini nantinya juga dapat membuat anak menjadi tidak percaya diri, murung, dan sulit bersosialisasi.

“Oleh karenanya, menjadi penting bagi orang tua untuk memastikan kebutuhan gizi harian anak terpenuhi, serta senantiasa memberikan stimulasi yang tepat untuk bisa mendorong pertumbuhan anak menjadi anak generasi maju yang berpikir cepat, tumbuh tinggi, tangguh, aktif bersosialisasi, dan percaya diri,” tegasnya.

Berikan Gizi Seimbang

Pada kesempatan sama, aktris yang juga ibu dua anak, Alyssa Soebandono, menyampaikan kiatnya untuk mencegah kekurangan zat besi pada buah hatinya.

“Saya berusaha menyediakan asupan gizi yang cukup, dan memastikan tidak ada tanda-tanda awal kekurangan zat besi pada mereka,” ujarnya.

Menurutnya, di masa pandemi ini anak menghadapi tantangan lebih, seperti harus menjalani pembelajaran jarak jauh (PJJ). Sehingga dukungan orangtua, termasuk memastikan anak tidak kekurangan gizi, menjadi sangat penting.

“Saya mengamati langsung bagaimana anak berjuang untuk tetap berkonsentrasi ketika belajar, terutama untuk anak-anak saya yang sudah memasuki usia sekolah. Dengan PJJ, tantangan anak jadi lebih berat lagi. Maka dari itu, saya selalu mendampingi Rendra dan Malik,” tuturnya.

Hal serupa diungkapkan aktris sekaligus ibu dua anak, Tya Ariestya. Ia pun selalu berupaya memastikan kecukupan gizi anak.

“Ternyata kekurangan zat besi dapat menjadi salah satu penyebab anak lebih pemurung dan pendiam di rumah. Padahal, orang tua pasti mengharapkan anaknya tumbuh sehat, supel, dan punya banyak teman.

"Memberikan Kanaka dan Kalundra makanan dengan gizi seimbang dan mengajak mereka untuk bermain bersama menjadi kiat saya untuk memastikan mereka dapat berkembang dengan baik,” ujarnya.

Sementara itu, Corporate Communications Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin, menyampaikan, upaya memastikan setiap anak Indonesia terpenuhi haknya untuk maju dan berprestasi merupakan tanggung jawab kita bersama. Untuk itu, pihaknya mengajak para orangtua untuk memastikan kebutuhan harian gizi anak, termasuk zat besi, terpenuhi.

“Kami juga menyediakan sebuah platform daring untuk membantu orangtua bisa melakukan tes risiko terjadinya kekurangan zat besi pada si kecil melalui fitur di dalam situs www.generasimaju.co.id. Pada situs ini, orangtua juga dapat menemukan serangkaian artikel terkait topik nutrisi termasuk kekurangan zat besi dan bagaimana cara mengatasinya, serta berbagai artikel mengenai tips mendukung anak menjadi anak generasi maju,” pungkasnya. (Nik/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya