Headline
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.
BUAYA mampu selamat dari serangan asteroid yang memusnahkan Dinosaurus 66 juta tahun lalu. Resepnya berkat bentuk tubuh reptil ini yang memungkinkan mereka mengatasi perubahan lingkungan yang sangat ekstrim, menurut penelitian terbaru dari para peneliti di Universitas Bristol, Inggris.
Buaya dapat hidup dalam atau di luar air, bahkan dalam kondisi kegelapan total. Reptil raksasa ini juga memiliki kulit yang keras dan dapat bertahan dari luka yang parah.
Umumnya buaya lebih menyukai kondisi dengan suhu hangat, seperti pada Zaman Jurassic. Buaya merupakan reptil berdarah dingin sehingga mereka tidak dapat mengontrol suhu tubuhnya dan membutuhkan kehangatan dari lingkungan sekitarnya.
Ketika sebuah batu luar angkasa seukuran kota menghantam Teluk Meksiko 66 juta tahun yang lalu dan menyebabkan perubahan iklim ekstrim, buaya merupakan salah satu satwa yang dapat bertahan dengan kondisi tersebut.
Mereka menyesuaikan diri dengan bertahan hidup mengandalkan energi panas dari matahari.
Sejak itu buaya tidak banyak berubah bentuk fisiologisnya, buaya masa kini terlihat sangat mirip dengan buaya dari periode 200 juta tahun yang lalu.
Menurut Dr Max Stockdale dari Universitas Bristol, Inggris, laju evolusi lambat yang dimiliki buaya dikarenakan bentuk fisiologi tubuhnya yang telah cukup efektif untuk mengatasi bencana global jutaan tahun yang lalu.
"Ini bisa menjadi salah satu penjelasan mengapa buaya selamat dari benturan meteor pada akhir periode Cretaceous, di mana dinosaurus punah," kata Dr Max Stockdale, seperti dilansir dari dailymail.co.uk, Kamis (7/1) lalu.
Baca Juga: Pawang Buaya Minta Izin Gantikan Ahli Australia Selamatkan Buaya
Dalam kajiannya, Dr Stockdale mengungkapkan temuannya tentang pola evolusi dari buaya, menurutnya buaya memiliki pola evolusi 'stop-start' (terhenti-memulai) yang dipengaruhi oleh perubahan lingkungan.
Fenomena evolusi yang dialami buaya ini disebut 'punctuated equilibrium', yang detailnya Dr Stockdale jelaskan dalam sebuah publikasi ilmiah di jurnal 'Nature: Communications Biology', Kamis (7/1).
Laju evolusi satwa ini umumnya lambat, tetapi terkadang evolusi dapat berjalan dengan cepat karena dipengaruhi oleh perubahan lingkungan.
"Laju evolusi adalah jumlah perubahan yang telah terjadi selama jangka waktu tertentu, yang dapat kita lakukan untuk mengukurnya adalah dengan membandingkan pengukuran dari fosil untuk memperhitungkan berapa usianya," papar Dr Stockdale.
"Untuk penelitian ini, kami mengukur ukuran tubuh, hal ini berkaitan dengan seberapa cepat satwa tersebut tumbuh, berapa banyak makanan yang mereka butuhkan, besar populasi mereka, serta seberapa besar kemungkinan mereka akan punah," pungkasnya. (OL-13)
Baca Juga: Tiga Tahun Berlalu, Buaya di Palu masih Berkalung Ban Motor
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (KPP) Palu, Muh Rizal menyampaikan pentingnya upaya strategis yang terkoordinasi untuk mengantisipasi potensi serangan buaya di teluk Palu.
Di Kampung Kedaung, Kecamatan Babelan, seekor buaya sepanjang 1,5 meter terlihat masuk ke dalam rumah warga.
BUAYA muara terus kedapatan memasuki area permukiman warga yang terdampak banjir di Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.
SEEKOR buaya muncul di Kali Cengkareng Drain, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Buaya yang diperkirakan memiliki panjang sekitar dua meter itu, kerap muncul ke permukaan saat siang hari
LIMA ekor buaya sepanjang 3 meter dikabarkan lepas dari lokasi penangkaran di Pulau Bulan, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau.
Berikut hewan-hewan yang memiliki umur panjang. Sebagian besar hewan itu memiliki kemampuan untuk menunda atau bahkan menghentikan proses penuaan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved