Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Kembangkan 3 Platform Vaksin Covid-19, UI: Jenis DNA Paling Maju

Faustinus Nua
04/1/2021 20:25
Kembangkan 3 Platform Vaksin Covid-19, UI: Jenis DNA Paling Maju
Bongkar muat vaksin covid-19 Sinovac saat tiba di gudang vaksin milik Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Selatan di Palembang, Senin (4/1).(ANTARA/NOVA WAHYUDI )

Universitas Indonesia (UI) tengah mengembangkan vaksin Covid-19 Merah Putih setelah menerima Surat Keputusan (SK) Menteri Riset dan Teknologi pada awal Desember lalu. Dari 3 platform vaksin yang dikembangkan, jenis vaksin DNA merupakan yang paling maju dibandingkan dengan platform vaksin RNA subunit recombinant maupuan vaksin virus-like particles (VLP).

"Yang paling maju di UI sekarang ini adalah vaksin DNA. Tentu akan jadi lebih dulu vaksin DNA, kemudian ini antara vaksin RNA subunit recombinant, yang terakhir VLP," ungkap koodinator dan peneliti utama pada tim pengembangan vaksin Covid-19 UI Budiman Bela kepada Media Indonesia, Senin (4/1).

Baca juga: BPOM Percepat Izin untuk Vaksin Sinovac

Dijelaskannya, saat ini tahap penelitian yang dilakukan adalah menyuntikan bibit vaksin pada hewan sebagai bentuk proof of consept. Hal itu untuk mengetahui respon imun protektif yang dibutuhkan.

"Sudah kelihatan ada respon antibodinya yang signifikan yang jauh di atas vaksin DNA lainnya," terangnya.

Menurutnya, platform vaksin DNA buatan UI berbeda dengan platform vaksin DNA lainnya. Peneliti sudah mencoba beberapa cara pemberian vaksin DNA baik secara konvensional dengan menyutikan DNA saja mengunakan liposom maupun dengan ditambah delivery peptide.

Peptida sendiri merupakan molekul yang terbentuk dari dua atau lebih asam amino. Jika jumlah asam amino masih di bawah 50 molekul disebut peptida, tetapi jika lebih dari 50 molekul disebut dengan protein. Asam amino saling berikatan dengan ikatan peptida. 

"Jadi peptida yang dikembangkam oleh UI dan ternyata dengan cara yang kita buat dengan adanya delivery peptide itu lebih bagus dari pada dengan cara konvensional lainnya yamg disuntikan dengan loposom saja. Mungkin sementara begitu," jelasnya.

Budiman mengatakan vaksin DNA merupakan platform vaksin dengan dengan efektifitas paling rendah. Namun, pihaknya sedang meneliti dengan mengembangkan peptida yang bisa menginduksi respon imun dan terbukti peptida buatan Anak Bangsa berneda dengan vaksin DNA yang sudah tersedia saat ini.

Lebih lanjut, dalam pengembangan ke depan tentu ada kendala. Sebab, sejumlah industri farmasi di Tanah Air belum berpengalaman atau terbiasa dalam memproduksi atau mendistribusi vaksin jenis DNA. Dibutuhkan fasilitas yang aman seperti BSL-3 dan teknologi yang bisa mendukung pengembangan vaksin tersebut.

Meski demikian, dirinya tetap optimis bahwa di tengah pandemi dan keadaan krisis yang medesak saat ini hal itu bisa dilakukan. Apalagi, fasilitas maupun teknologi pendukungnya tergolong mudah dan murah investasi.

Di samping itu, UI pun menjalin kerja sama dengan perusahaan farmasi luar negeri terkait tranfer teknologi dan pembangunan fasilitas industri farmasi.

"Sebetulnya bisa dikatakan vaksin DNA termasuk vaksin yang paling sederhana. Jadi instalasi atau investmentnya paling murah bisa dikatakan seperti itu. Tapi kan karena di Indonesia itu belum terbiasa jadi perlu diajarin gitu," tambahnya.

Dia menambahkan, terkait paltform vaksin RNA, kendala yang dihadapi adalah pendingin. Vaksin tersebut harus diamankan dengan pendingin yang memiliki suhu minus 70° dan belum tersedia di Indonesia.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : HUMANIORA
Berita Lainnya