Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Pandemi Covid-19 Turunkan Emisi Karbon 7 Persen

Atikah Ishmah Winahyu
11/12/2020 09:05
Pandemi Covid-19 Turunkan Emisi Karbon 7 Persen
Burung elang beterbangan di langit biru di Chino, California. Pandemi covid-19 menyebabkan emisi karbon turun.(Robyn Beck / AFP)

PANDEMI covid-19 yang memaksa negara-negara di dunia menerapkan lockdown dan pembatasan rupanya menyebabkan emisi karbon dioksida turun sebesar 7% pada tahun ini, yang merupakan penurunan terbesar yang pernah ada.

Dengan penurunan pada tahun ini, dunia rata-rata membuang 1.185 ton (1.075 metrik ton) karbon dioksida ke udara setiap detik. Sejumlah ilmuwan internasional pelacak emisi yang tergabung dalam Proyek Karbon Global menghitung bahwa dunia akan melepaskan 37 miliar ton AS (34 miliar metrik ton) karbon dioksida ke udara pada 2020.

Jumlah tersebut turun dari 40,1 miliar ton AS (36,4 miliar metrik ton) pada 2019, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan Kamis di jurnal Earth System Science Data.Para ilmuwan mengatakan, penurunan ini terutama disebabkan karena orang-orang tinggal di rumah, lebih sedikit bepergian dengan mobil dan pesawat. Transportasi darat menghasilkan sekitar seperlima dari emisi karbon dioksida, gas pemerangkap panas buatan manusia.

Namun, emisi diperkirakan akan melonjak kembali setelah pandemi berakhir.

"Tentu saja, penguncian sama sekali bukan cara untuk mengatasi perubahan iklim," kata ilmuwan iklim di Universitas East Anglia, Corinne LeQuere.

Kelompok ilmuwan yang sama beberapa bulan lalu telah memperkirakan penurunan emisi dari 4 persen menjadi 7 persen, tergantung pada perkembangan covid-19.

"Gelombang virus korona kedua dan pengurangan perjalanan yang berkelanjutan mendorong penurunan menjadi 7 persen," kata LeQuere.

Emisi turun sebesar 12 persen di Amerika Serikat dan 11 persen di Eropa, tetapi hanya 1,7 persen di Tiongkok. Hal ini dikarenakan Tiongkok melakukan lockdown lebih awal dengan gelombang kedua yang lebih sedikit.

"Selain itu, emisi Tiongkok lebih berbasis industri daripada negara lain dan industrinya kurang terpengaruh daripada transportasi," jelasnya LeQuere.

Angka akhir pada 2019 yang diterbitkan dalam studi yang sama menunjukkan bahwa dari 2018 hingga 2019 emisi gas pemerangkap panas buatan manusia hanya meningkat 0,1 persen, jauh lebih kecil daripada lompatan tahunan sekitar 3 persen pada satu atau dua dekade lalu.

"Kita pasti sangat dekat dengan puncak emisi, jika kita bisa menjaga komunitas global tetap bersama," kata Direktur Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa Achim Steiner.

baca juga: Banggai Kepulauan Kota Interkoneksi Palapa Ring

Direktur Institut Lingkungan Stanford Woods Chris Field memperkirakan emisi memang akan meningkat setelah pandemi, namun dia optimis sebagai masyarakat yang telah memahami masalah ini dapat membantu mengurangi emisi di masa depan.

"Misalnya, karena orang-orang menjadi ahli dalam pekerjaan jarak jauh beberapa hari dalam seminggu atau menyadari bahwa mereka tidak memerlukan terlalu banyak perjalanan bisnis, kita mungkin melihat penurunan emisi terkait perilaku di masa depan," tandasnya. (CNA/OL-3)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya