Ini Daftar Kerumunan Pemicu Klaster Covid-19 di Indonesia

Zubaedah Hanum
29/11/2020 19:05
Ini Daftar Kerumunan Pemicu Klaster Covid-19 di Indonesia
Ilustrasi kerumunan(Antara)

PENULARAN covid-19 masih terjadi akibat masih banyaknya kegiatan masyarakat yang mengundang kerumunan. Menurut Satgas Penanganan Covid-19, kegiatan kerumunan tersebut bahkan telah melahirkan klaster-klaster baru di berbagai daerah.

"Berdasarkan data nasional, terdapat berbagai kegiatan kerumunan yang berdampak pada timbulnya klaster penularan Covid-19 di berbagai daerah di Indonesia," ungkap Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito yang ditayangkan Kanal YouTube Sekretariat Presiden, pekan lalu.

Satgas merinci, sejumlah acara dengan kerumunan masyarakat yang memicu klaster baru covid-19 di Indonesia sejak awal pandemi di awal tahun. Berikut ini datanya :

1. Sidang GPIB Sinode, Bogor

Sidang GPIB Sinode yang menghasilkan 24 kasus pada 5 provinsi. Klaster ini berawal dari kegiatan agama yang dilakukan di Bogor, Jawa Barat, yang diikuti 685 peserta.

Dari acara ini, kasus covid-19 berkembang dan menyebar ke provinsi lainnya yakni Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah dan Nusa Tenggara Barat.

2. Seminar Bisnis tanpa Riba, Bogor

Klaster kegiatan Bisnis Tanpa Riba menghasilkan 24 kasus di 7 provinsi dan menimbulkan korban jiwa sebanyak 3 orang atau case fatality rate kasus ini mencapai 12,5%.

Sama seperti klaster GPIB Sinode, klaster ini berawal dari kegiatan yang ada di Bogor yang diikuti 200 peserta. Kasusnya berkembang dan menyebar ke berbagai provinsi seperti Lampung, Kepulauan Riau, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur dan Papua.

3. Gereja Bethel, Lembang

Salah satu kegiatan Gereja Bethel di Lembang, Jawa Barat, melibatkan sekitar 200 peserta menghasilkan 226 kasus dengan infection rate mencapai 35%.

4. Ijtima Ulama, Gowa

Klaster Itima Ulama di Gowa, Sulawesi Selatan, dengan total peserta sekitar 8.761 orang menghasilkan 1.248 kasus yang menyebar ke 20 provinsi.

5. Pondok Pesantren Temboro, Magetan

Klaster Ponpes Temboro di Kabupaten Magetan, Jawa Timur menimbulkan 193 kasus di 6 provinsi di lebih dari 14 kabupaten/kota dan 1 negara lain.

Wiku menyatakan, klaster covid-19 tersebut terjadi karena adanya kerumunan di masyarakat dan masyarakat yang tidak menjaga jarak.

Fenomena klaster kerumunan juga pernah terjadi saat kapal pesiar besar Diamond Princess, mengangkut 2.000 - 4.000 penumpang dan harus dikarantina di Jepang pada bulan Februari tahun 2020.

"Kondisi di dalamnya penuh sesak dan sulit menjaga jarak. Akibatnya, sebesar 17% dari 3.700 penumpang dan awak kapal terinfeksi Covid-19," beber Wiku.

Berbagai pengalaman ini, imbuhnya, sesuai dengan hasil penelitian dari Ibrahim dan Memish tahun 2020. Yang menyatakan bahwa kemungkinan adanya hubungan dua arah antara kerumunan dan penyebaran penyakit menular. "Dan ini penting untuk menjadi perhatian publik , bahwa kondisi kerumunan itu harus dihindari," lanjut Wiku.

Ia menyatakan, dampak dari adanya kerumunan jelas dan harus ditindaklanjuti dengan langkah 3T, yaitu testing (pemeriksaan), tracing (pelacakan) dan treatment (perawatan) secara menyeluruh. Apalagi, periode inkubasi antara terpapar virus dan gejala rata-rata hanya 5 hari dan gejala dapat muncul 2 hari kemudian.

"Ada waktu sekitar 3 hari terhadap kontak erat itu dilacak dan diisolasi segera, sebelum terus melanjutkan penularan ke lingkar yang lebih luas lagi. Saya minta kesadaran dan kerjasama untuk tidak berkerumun. Karena apa yang kita semai, inilah yang akan kita tuai. Jangan gegabah dan egois," pesan Wiku. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum
Berita Lainnya