Headline
KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.
PANDEMI covid-19 yang berlangsung berbulan-bulan membuat sebagian besar masyarakat bekerja ataupun belajar dari rumah secara daring. Kondisi itu membuat orang lebih banyak menghabiskan waktu di depan komputer, laptop, ataupun gawainya.
Di sisi lain, menatap layar terlalu lama dapat menyebabkan mata cepat lelah, kering, bahkan terasa nyeri..
Dokter spesialis mata rumah Sakit Akademik (RSA) UGM Tri Winarti mengingatkan masyarakat agar menerapkan metode 20-20-20 agar kesehatan mata tetap bisa terjaga selama bekerja dan belajar secara virtual.
“Jadi, setiap 20 menit melihat layar, pandangan mata dialihkan me-lihat objek sejauh 20 kaki (6 meter) selama 20 detik untuk relaksasi mata. buat reminder seperti catatan yang ditempel di komputer atau alarm agar tidak lupa mengimplementasikannya,” kata Tri dalam pernyataan tertulis belum lama ini.
Cara lain, sambung Tri, ialah dengan mengatur tingkat kecerahan pada layar agar tidak terlalu terang dan terlalu gelap. Atur juga cahaya pada ruangan dan hindari posisi hembusan angin ke arah wajah supaya mata tidak kering. (Aiw/H-2)
ANGGOTA Komisi E DPRD DKI Jakarta Abdul Aziz menilai penggunaan gawai (gadget) tak baik jika dijadikan alat utama pembalajaran untuk anak sekolah di jenjang SD, SMP maupun SMA.
Fenomena ini, menurut Kak Seto, tak lepas dari lemahnya interaksi sosial di dunia nyata, yang semakin tergeser oleh aktivitas di dunia maya.
Ketika anak mengalami kecemasan saat dijauhkan dari gawainya, itu menjadi salah satu gejala adiksi atau kecanduan.
KEHIDUPAN masyarakat modern semakin tergantung dengan sejumlah gawai seperti telepon seluler (ponsel) tetapi juga ramah lingkungan.
Balita berumur kurang dari dua tahun menjadi kelompok paling berisiko terhadap dampak dari screen time (paparan waktu layar).
Kebiasaan bermain dan melihat konten menggunakan gawai bisa membuat anak susah memusatkan perhatian dan menyebabkan penurunan kemampuan sensorik anak.
Blue light itu bisa memperparah satu, menaikkan hyperpigmentasi, yang kedua dia menekan pelindung kulit jadi lemah,.
Pengawasan orangtua kepada anak saat mengakses gadget dibutuhkan agar anak bisa memahami batasan akses ke jenis-jenis konten yang sesuai untuk usia mereka.
Ternyata kebiasaan mengakses gadget ini malah membuat pola makan anak menjadi tidak teratur, anak cenderung tidak menyadari rasa lapar.
Program ini bertujuan untuk mendorong masyarakat mengelola limbah elektronik (e-waste) dengan cara yang lebih bertanggung jawab.
Agar lebih seru, pilih tema Ramadan untuk menggambar dan mewarnai.
Gawai sekarang telah menjadi bagian dari kegiatan pendidikan dan interaksi sosial anak, sehingga penggunaannya tidak bisa sepenuhnya dihindari.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved