Headline

Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.

Fokus

Terdapat sejumlah faktor sosiologis yang mendasari aksi tawur.  

Reinfeksi Covid-19 Nyata Adanya

Atalya Puspa
21/10/2020 05:30
Reinfeksi Covid-19 Nyata Adanya
Reinfeksi Covid-19(Sumber: AFP/WHO/Tim Riset Mi-NRC/ Grafis: SENO)

GELOMBANG pandemi covid-19 belum berakhir meski tujuh bulan sudah berlalu. Muncul kekhawatiran adanya infeksi berulang (reinfeksi) dari SARS-CoV-2 jenis betacoronavirus ini.

Untuk mengetahuinya, para peneliti dari Departemen Imunobiologi University of Arizona Amerika Serikat (AS) mengambil sampel antibodi dari 5.882 orang.

“Secara jelas kami melihat bahwa antibodi masih terus diproduksi tubuh dalam waktu lima hingga tujuh bulan pascainfeksi SARS-CoV-2,” kata salah satu pemimpin studi Deepta Bhattacharya, Associate Professor di Departemen Imunobiologi University of Arizona, dikutip dari jurnal medis terkemuka Immunity yang dirilis awal Oktober 2020.

Hingga hari ini terdapat kurang lebih 23 kejadian reinfeksi covid-19 di seluruh dunia. Salah satunya dialami oleh seorang laki-laki berusia 25 tahun asal Nevada, AS, yang terinfeksi lagi covid-19 hanya dalam waktu 10 hari setelah dinyatakan negatif dari tes RT-PCR (tes usap) pada Mei 2020.

Ironisnya, pasien tersebut justru mengalami gejala lebih parah berupa hipoksia. Sebelumnya, pada infeksi pertama pada Maret-April 2020, ia hanya mengalami gejala ringan, seperti nyeri tenggorokan, pusing, batuk, dan diare. Namun, pada kasus reinfeksi, ia sampai mengalami hipoksia (sesak hebat akibat kekurangan oksigen).

”Analisis genom dari sampel virus yang diambil menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kasus infeksi pertama dan reinfeksi,” tulis Mark Pandori dkk dalam hasil penelitian yang dipublikan pada jurnal medis The Lancet, Senin (12/10).

Melalui pemetaan genom, para peneliti menemukan pasien itu terinfeksi virus SARS-CoV-2 yang berbeda dan bukan reaktivasi virus lama yang sudah ada pada tubuh.

Kasus reinfeksi covid-19 juga terjadi di Indonesia, antara lain di Jawa Tengah, Batam, dan Kalimantan Tengah. Pada September 2020, Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Abdul Hakam menyebutkan sejumlah pasien yang terinfeksi lagi covid-19 merupakan orang lanjut usia dan memiliki lebih dari dua penyakit degenerarif.

Dokter spesialis penyakit dalam dari Omni Hospital Pulomas, Dirga Sakti Rambe, menyatakan infeksi berulang yang terjadi pada pasien covid-19 disebabkan oleh virus yang secara struktur genetiknya berbeda.

“Reinfeksi betul nyata adanya. Kalau temukan pasien yang diduga reinfeksi, kita harus langsung diperiksa,” tegas Dirga saat dihubungi Media Indonesia, kemarin.

Diduga terdapat sejumlah penyebab terjadinya reinfeksi. Pertama, antibodi pada orang yang kena sakit itu perlin­dungannya tidak bertahan lama. Kedua, reinfeksi juga dapat disebabkan oleh pasien yang kembali terinfeksi, tetapi dengan strain virus yang berbeda karena adanya mutasi virus.

Akan tetapi, sahut Dirga, Untuk menentukan seseorang mengalami reinfeksi bukanlah hal yang mudah. “Harus melalui uji sequencing genomik dan di Indonesia masih terbatas,” bebernya.

Cegah dengan 3M

Dokter spesialis paru senior dari RSUP Persahabatan Erlina Burhan mengiyakan reinfeksi covid-19 dapat terjadi dalam kurun waktu 4 - 12 bulan setelah pasien dinyatakan sembuh. Untuk mencegahnya, ia menegaskan agar masyarakat tertib melaksanakan protokol kesehatan 3M.

“Memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan, itu harus dilakukan untuk mencegah (reinfeksi covid-19),” ujar Erlina. (Ant/H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya