Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Kota Berbilang Kaum

Micom
09/10/2020 11:00
Kota Berbilang Kaum
.(MI)

“SUMATRA Utara itu negeri berbilang kaum,” kata Gubernur Sumatra Utara Tengku Eri Nuradi dalam suatu forum di Medan, Mei 2016.

Gubernur lalu menjelaskan ada tiga kategori etnik, yakni etnik lokal, etnik nusantara, dan etnik mancanegara. Etnik lokal meliputi Melayu, Karo, Toba, Simalungun, Dairi, Fak Fak, Mandailing, dan Nias. Etnik Nusantara mencakup Jawa, Aceh, Minang, dan etnik-etnik lain. Etnik mancanegara terdiri dari Tionghoa, India, Arab.

Medan, sebagai Ibu Kota Provinsi Sumatra Utara, memiliki komposisi etnik setali tiga uang dengan komposisi etnik di Sumatra Utara. Karena di kota ini tinggal masyarakat dari berbagai etnik, Medan sering mendapat julukan 'mininya Indonesia' atau 'Indonesia mini.'

Baca juga: Medan Parisj van Sumatra

Dalam bahasa Anthony Reid (2014), Medan sejak 1930-an telah menjadi 'the most Indonesian city in Indonesia.' Reid juga menyebut sejarah modern Sumatra Utara didominasi tiga kebudayaan, yakni Aceh, Batak, dan Melayu.

Hamka (1977) menggambarkan bertemu atau berpadunya berbagai etnik di Tanah Deli membentuk generasi baru bernama “Anak Deli”: “Timbullah akhirnya satu keturunan (generasi) baru yang dinamai ‘Anak Deli’; Dan ‘Anak Deli’ inilah satu tunas yang paling mekar daripada pembangunan bangsa Indonesia!”

Tentu saja gambaran Medan atau Sumatra Utara sebagai mininya Indonesia bersifat kualitatif, ada dalam tataran citra. Faktanya, secara kuantitatif berdasarkan Statistik, Sumatra Utara, sebagaimana dikatakan Ananta et.al (2015), Sumatra Utara ialah less heterogenous province atau provinsi yang kurang heterogen. Medan dengan sendirinya juga merupakan kota yang kurang heterogen.

Baca juga: Asal Muasal Nama Medan

Bagaimanapun, Medan sebagai sebagai 'kota berbilang kaum' telah terasa sejak dahulu kala. Louis Couperus (2010), penulis Belanda yang melakukan lawatan ke Medan pada 1921 mengatakan berbagai etnik ada di Medan. Couperus menulis bahwa orang Jepang, Cina, Srilanka, orang Hindu yang biasa disebut orang Keling, serta berbagai etnik di Sumatra, antara lain orang Batak dan orang Minangkabau, sangat mudah dikenali.

Itu merupakan nukilan buku Medan: Pasang Surut Peradaban Kota Perkebunan, karya terbaru Ketua Dewan Redaksi Media Group Usman Kansong.

Saksikan pembahasannya pada program Dialektika dengan tajuk Peluncuran dan bedah buku Medan, Pasang Surut Peradaban Kota Perkebunan, pada hari ini (Jumat, 9/10) dari pukul 14.00-16.00 WIB.

Acara yang dipandu presenter Metro TV Yohana Margaretha itu menghadirkan Usman Kansong (penulis buku), Muryanto Amin (Dekan FISIP Universitas Sumatra Utara) dan Mohammad Abdul Gani (Dirut PTPN Holding dan penulis buku Jejak Planters di Tanah Deli)

Acara dapat diikuti melalui live streaming:
1. Youtube Media Indonesia
2. Facebook Media Indonesia
3. IG Media Indonesia
4. Website Media Indonesia



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Victor Nababan
Berita Lainnya