Fenomena Komet dan Mitos Datangnya Wabah Global

Depi Gunawan
05/10/2020 17:15
Fenomena Komet dan Mitos Datangnya Wabah Global
Peneliti astronomi memantau lintasan Komet Neowise atau C/2020 F3 menggunakan teleskop di Imah Noong Observatorium, Lembang, Kabupaten Bandu(Antara)

SEJUMLAH negara di benua Amerika, Eropa, Afrika, Australia, dan Asia termasuk Indonesia mendapat kesempatan emas menyaksikan penampakan komet langka bernama Neowise. Komet yang kemunculannya hanya bisa dilihat sekali dalam seumur hidup.

Seperti diketahui, fenomena benda langit yang memiliki ciri khas ekor panjang dan memancarkan sinar terang itu muncul tanggal 19 Juli dan berada di titik terdekat dari bumi pada 23 Juli 2020.

Namun terlepas dari itu, kemunculan komet masih memunculkan misteri dan sering dikaitkan dengan suatu kejadian besar. Bahkan ada mitos yang menyebutkan jika kehadiran bintang berekor merupakan sebuah pertanda akan adanya perpindahan kekuasaan, peperangan, hingga datangnya bala bencana.

Staf Observatorium Bosscha Lembang, Yatni Yulianti menjelaskan, cerita penampakan komet yang dikaitkan dengan peristiwa besar yang terjadi di masyarakat bumi sudah ada sejak dahulu saat manusia mengamati langit. Muculnya komet, kata dia, secara spesifik sering dikaitkan dengan kabar buruk, penderitaan, bencana dan hal yang tidak mengenakan.

"Mengapa demikian? Komet tidak seperti objek lain di langit malam. Sementara sebagian besar benda langit bergerak melintasi langit dengan teratur dan dapat diprediksi, tidak halnya dengan komet. Saat muncul, kenampakannya pun berbeda dengan objek yang lain," ungkap Yatni, beberapa hari lalu.

Tidak seperti bintang yang hanya berupa titik terang, Yatni mengatakan, komet kategori terang dengan jelas memperlihatkan fitur ekor terang yang panjang, kenampakannya di langit dapat bertahan cukup lama, dari beberapa hari hingga pekan. Hal ini membuat orang-orang di banyak budaya percaya bahwa para dewa mengirimkan komet sebagai sebuah pesan.

"Di beberapa tempat, orang melihat komet seperti bentuk pedang berapi, menandakan perang dan kematian. Mulailah orang mengkait-kaitan sesuatu yang tidak biasa yang terjadi di kehidupan sosial masyarakat dengan komet. Ilmu cocoklogi ini yang kemudian membawa citra buruk melekat pada komet," lanjutnya.

Tidak hanya dibumbui cerita mitos dan legenda, dia melanjutkan, kemunculan komet dipandang sebagai penyebab beberapa peristiwa kelam dalam sejarah.

Berbagai penjelasan tradisional ini tentu dapat dipahami karena belum berkembangnya ilmu pengetahuan, sehingga ketika dua kejadian berlangsung bersamaan, maka dengan mudah orang mengkaitkannya sebagai dua hal yang memiliki hubungan sebab-akibat.

Dari sudut pandang ilmiah, menurut dia, komet adalah suatu benda tata surya yang berada di tepian tata surya yang tersusun dari debu dan es. Saat bergerak mendekat ke matahari, debu dan es yang terpanaskan akan menghasilkan ekor bercahaya bila diamati dari bumi.

"Di ilmu sains sendiri, kita mengenal dua peristiwa yang terjadi bersamaan atau berurutan dapat ditarik hubungan korelasinya namun belum tentu dua peristiwa tersebut memiliki hubungan kausalitas. Semakin berkembang ilmu pengetahuan, semakin banyak pula informasi tentang komet yang kita ketahui," ucapnya.

Peneliti astronomi Imahnoong Lembang, Hendro Setyanto mengungkapkan, sebagian masyarakat khususnya di Jawa masih mengaitkan kemunculan komet dengan pertanda bencana atau pergantian kepemimpinan.

"Secara mitos atau budaya, masih ada masyarakat yang sering kali mengaitkan kemunculan komet dengan kejadian-kejadian besar di seluruh dunia. Tetapi secara astronomi, kita tidak pernah mengaitkan itu," kata Hendro.

Peristiwa atau sejarah kelam yang berkaitan dengan kemunculan komet di antaranya terjadi tahun 1998 dimana krisis politik dan ekonomi mendera bangsa Indonesia hingga runtuhnya pemerintahan Orde Baru dibawah kepemimpinan mantan Presiden Soeharto setelah 32 tahun berkuasa. Setahun sebelumnya, atau tepatnya bulan April 1997 muncul komet Hale-Bopp.

Kemudian, kehadiran komet Ikeya-Seki pada tahun 1965 yang dikaitkan dengan sebuah tragedi pahit dalam catatan sejarah Indonesia, yakni penculikan dan pembunuhan 6 jendral serta satu perwira TNI AD atau lebih dikenal G30S PKI.

"Nah apakah di jaman kerajaan dahulu ketika pergantian para raja, ada atau enggak komet? Kita belum telaah sampai itu," ujarnya.

Di luar negeri, kemunculan komet juga dikait-kaitkan dengan tragedi terbunuhnya penguasa besar bangsa Romawi, Julius Caesar. Lalu komet Halley yang dituding menjadi biang penyebab kematian jutaan orang akibat wabah yang menyerang daratan Eropa. (OL-13)

Baca Juga: Bisa Dilihat, Komet Neowise Lintasi Bumi

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya