Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Berbeda dengan Sumatra, Megathrust di Pulau Jawa Sulit Diprediksi

Suryani Wandari Putri Pertiwi
30/9/2020 22:00
 Berbeda dengan Sumatra, Megathrust di Pulau Jawa Sulit Diprediksi
Peristiwa tsunami yang terjadi sejak 2004.(AFP)

PAKAR Geologi Gempa Bumi dan Geotektologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Danny Hilman menyatakan, potensi megathrust di pulau Jawa tidak dapat diprediksi, berbeda dengan Sumatra. Ada dua alasan yang mendasarinya.

Pertama, karena megathrust di Jawa belum diketahui siklusnya. Hal ini berbeda dengan megathrust di pulau Sumatra yang sudah diketahui siklusnya. "Karena sudah beberapa kali terjadi. Misalnya saja gempa di Aceh yang sebelumnya juga sudah terjadi di 1450, begitupun gempa Nias maupun Mentawai," terang Danny saat konferensi pers virtual Penjelasan publik Resiko Tsunami di Selatan Pulau Jawa yang digelar Kemenristek, Rabu (30/9) sore.

Bukan hanya itu, pulau Jawa yang tidak memiliki pulau luar menyulitkan peniliti untuk memperkirakan kedatangan gempa. Berbeda dengan Sumatra yang punya pulau luar sehingga bisa dipasang alat untuk mendeteksi gempa.

Pernyataannya ini merespons penelitian berjudul Implications for Megathrust Earthquakes And Tsunamis from Seismic Gaps South of Java Indonesia sejumlah peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) yang dipublikasikan di Jurnal Nature pada 17 September 2020 lalu.

Dalam skenario kasus terburuk yang ditemukan peneliti, jika dua segmen megathrust yang membentang di Jawa pecah secara bersamaan, itu akan menghasilkan tsunami dengan ketinggian maksimum 20 meter di bagian barat Jawa dan 12 meter di timur Jawa.
 
enelitian yang dilakukan Widiyantoro dan rekannya itu menunjukkan adanya segmen megathrust di Timur di pantai Selatan Jawa. Sementara, keberadaan segmen Barat di pantai Selatan Jawa telah dilaporkan oleh peneliti lain sebelumnya.

Danny menjelaskan, megatrust terjadi di sepanjang zona subduksi atau zona yang terdapat pada batas antar lempeng. Akibat perbedaan massa jenis antara kedua jenis lempeng tersebut, maka lempeng yang lebih besar massa jenisnya menunjam kebawah lempeng lainnya.

Diketahui, zona subduksi di Selat Sunda panjangnya dari Andaman hingga ke Jawa, bahkan sampai Bali dan Lombok. Saat megatrust terjadi, imbuhnya, lempengan ini sudah mengalokasi energi gempanya sudah sangat lama sisa puluhan bahkan ribuan tahun.

"Maka yang terjadi bagian di atas megathrustnya akan tertekan ke bawah, sedangkan di bagian buntutnya yakni di Pulau Jawa akan terangkat sedikit. Kalau nanti megatrust terjadi, maka daerah lautan akan terangkat. Saat gempa Aceh 2004 pengangkatan sampai 5 meter. Yang kali ini bisa 2 sampai 3 meter," pungkas Danny. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum
Berita Lainnya