Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Menjadikan Berkebun Sebuah Norma Bukan Tren

M. Iqbal Al Machmudi
24/9/2020 21:17
Menjadikan Berkebun Sebuah Norma Bukan Tren
Co-Founder Kebun Kumara, Siti Soraya Cassandra.(Dok Pribadi)

FENOMENA urban farming atau berkebun di ruang terbatas menjadi semakin meningkat akibat adanya wabah Covid-19 yang membatasi mobilitas masyarakat. Urban farming juga seakan menjadi pelipur lara warga Ibu Kota yang tidak dapat berlibur ke luar kota dan memanjakan mata.

Namun, urban farming kini dibuat dan diubah fungsinya menjadi latar belakang yang kekinian hanya untuk memperindah feed instagram. Sehingga, tujuan utama dari berkebun ala urban farming hilang.

Co-Founder Kebun Kumara, Siti Soraya Cassandra, mengungkapkan kesadaraan berkebun seharusnya menjadi sebuah norma hidup dan bukan untuk tren semata.

Baca juga : Sektor Pertanian Mulai Dilirik Generasi Muda

"Urban farming ini juga dimanfaatkan hanya untuk tampil kece foto-foto dan lainnya sehingga tujuan utamanya hilang, antara ingin populer, ingin tampil kece atau ingin meresapi maknanya. Buat aku berkebun itu seharusnya bukan lagi menjadi tren tapi menjadi norma. Jadi dilakukan bukan karena itu beken dan ingin tampil cantik tapi bagaimana orang itu bisa masuk bersama alam. Harapannya sosial media tidak mengelabui tujuan dari berkebun itu," kata Sandra saat dialog santai dalam program Nunggu Sunset bertajuk Muda, Keren, dan Bertani yang diadakan Media Indonesia, Kamis (24/9). 

Menurut Sandra, ketika seseorang sudah mencoba untuk berkebun dan merasakan prosesnya maka makna dari berkebun itu sendiri akan terasa.

"Aku harap jika benar-benar berkebun dan memaknai prosesnya sangat optimistis orang-orang akan kembali berpihak pada produk lokal dan petani," jelasnya. 

Baca juga : Bansos Pangan Jokowi Bikin Stok Beras Nasional Menipis

Pada kesempatan itu, Sandra juga mengungkapkan, ketika seseorang memutuskan untuk berkebun atau bertani di alam luas perlu memahami juga konsep adil, sustainable, dan menjunjung prinsip-prinsip holistik. Sehingga, sambung Sandra, kelak bisa menjadi seorang petani yang tidak memiliki pola pikir 'serakah' yang nantinya justru bisa berdampak buruk bagi pertanian Indonesia.

"Prinsip holistik sangat penting, misalnya semua orang ingin bertani dan punya pemikiran kapitalis atau mengedepankan keuntungan, maka alam tetap saja akan hancur. Prinsip holistik itu perlu supaya kita bisa berbagi adil supaya kita tahu mana hak kit dan hak alam. Perlunya memahami alam seperti masyarakat adat yang mengetahui pohon mana saja yang tidak boleh ditebang agar tidak terjadi erosi atau bisa menimbulkan bencana kedepannya," jelasnya.

Menurut Sandra, hal tersebut butuh pemahaman mendalam dan cara pandang yang menyeluruh serta adil. Sehingga manusia, kata Sandra, tidak datang sebagai raja ke sebuah lahan, mengarapnya dan mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan bahwa ada peran lain dari lahan tersebut untuk ekosistem yang lebih besar. 

Baca juga : Lengkapi Berkas Perkara Pemerasan Firli Bahuri, Polisi Periksa SYL dan Dua Anak Buahnya

"Nilai-nilai dasar pertanian juga harus diajarkan kepada anak-anak sejak dini yang memang harus diajarkan bagaimana mengelola tanah menanam sayuran pokoknya prinsip dasar bertahan hidup," pungkasnya.

(OL-6)

Baca juga : Petani CSA Sukses Tingkatkan Produktivitas Panen Padi di Pinrang, Sulsel



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya