Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
PETANI milenial asal Cianjur, Sandi Octa Susila, menilai saat ini generasi muda sudah mulai melirik sektor pertanian. Hal ini menurutnya karena mulai bermunculan role model petani-petani muda yang sukses sehingga menginspirasi generasi muda untuk ikut terjun ke dunia pertanian.
"Menurut saya saat ini banyak generasi milenial yang makin tertarik dengan pertanian. Saya menerima pesan dari anak-anak milenial, banyak dari mereka yang ingin belajar bersama dan berkunjung ke kebun saya. Ada juga yang tadinya mau jual lahan warisan tapi begitu melihat ada role model akhirnya tidak jadi jual dan mereka ingin membangun dunia pertanian," jelas Sandi saat dialog santai dalam program Nunggu Sunset bertajuk Muda, Keren, dan Bertani yang diadakan Media Indonesia, Kamis (24/9).
Baca juga: Teknologi Hijau Ozon untuk Lindungi Bumi
Hal ini berbeda dengan kondisi lima tahun yang lalu ketika ia masih duduk di bangku perkuliahan di Institut Pertanian Bogor (IPB) mengambil Agronomi dan Hortikultura. Sandi mengakui saat itu banyak sekali teman-temannya yang justru tertarik mengambil jalur profesional dibandingkan menekuni dan bekerja di sektor pertanian.
Menurut Sandi, salah satu faktor minimnya minat generasi milenial saat itu ialah karena adanya citra buruk petani yang dianggap tidak bergengsi dan dipandang sebelah mata. Di mata anak-anak, petani hanya orang-orang yang harus menceburkan diri di sawah, kotor, belepotan tanah, mencangkul, menanam padi, dan terpapar sinar matahari.
"Konotasi itu yang dihadirkan sehingga membuat sektor pertanian tampak kurang bonafit. Selain itu, anak-anak muda tidak melihat adanya sosok-sosok yang inspiratif," imbuhnya.
Maksud itulah yang ia tangkap dari Kementerian Pertanian hingga menetapkan 67 orang pelopor atau Duta Petani Milenial (DPM) termasuk dirinya dan Duta Petani Andalan (DPA) dari seluruh provinsi di Indonesia.
Citra petani yang awalnya dipandang sebelah mata, ternyata dibantahkan oleh Sandi. Pria usia 27 tahun yang kini telah sukses bekerja sama dengan 385 petani itu sesekali turun ke sawah dengan menggunakan motor gedenya. Sembari menjalani hobi, Sandi pun bisa memperluas jaringan untuk mengembangkan bisnisnya.
"Sambil motoran sambil bisnis, enak. Saya jadi kenal komunitas. Ternyata ada yang butuh katering sayuran, ada yang di fastfood, dan ini jadi terkoneksi dengan kita. Semua kenal karena di komunitas itu," jelasnya.
Dengan tumbuhnya minat generasi muda untuk menjadi petani dan ditambah memanfaatkan bonus demografi yang diperkirakan mencapai 64 persen sehingga menghadirkan komposisi usia produktif ketimbang usia non produktif diharapkan Indonesia bisa menjadi lumbung pangan dunia di tahun 2045.
"Jadi, bagi anak-anak muda, melangkah lah hari ini yang menentukan kita di kemudian hari. Kalau teman-teman salah melangkah maka mimpi itu tidak akan tercapai, tapi kalau melangkah dengan benar dan beriringan memajukan sektor pertanian maka target Indonesia menjadi lumbung dunia akan tercapai. Diharapkan kita bisa bersinergi untuk memberikan memberikan senyuman untuk ibu pertiwi," pungkasnya.
(OL-6)
Di tengah krisis iklim dan krisis pangan, peran petani milenial dan pemanfaatan teknologi menjadi kunci penting bagi Indonesia dalam menjaga ketahanan pangan nasional.
PPIU Program YESS memberikan fasilitas dan bimbingan kepada generasi muda di perdesaan untuk menjadi wirausahawan dan petani handal do Subang, Jawa Barat.
Pengalaman saat menjadi seorang pecandu narkoba coba dilupakan dengan kegiatan positif.
Kondisi regenerasi petani tentu menjadi tantangan bagi pemerintah daerah. Perlu upaya inovasi agar upaya regenerasi di sektor pertanian bisa diatasi.
Di Kabupaten Tasikmalaya banyak petani usia tua masih tetap bekerja.
Kebanyakan anak muda Indramayu lebih memilih bekerja di pabrik atau pekerjaan kantoran lainnya
Lapis Bogor Sangkuriang, sebagai pemain utama dalam bisnis olahan talas akan mendapatkan akses yang lebih baik terhadap bahan baku berkualitas tinggi dari para petani.
YESS menjadi salah satu solusi yang terus berkomitmen dalam meningkatkan kualitas dan kesejahteraan dan memberdayakan petani di Indonesia.
Sektor pertanian adalah sektor yang menjanjikan sehingga akan membutuhkan tenaga yang sangat banyak.
Pemerintah daerah perlu turun tangan. Salah satunya berkoordinasi dengan pemerintah desa untuk menginventarisasi lulusan sekolah yang belum mendapatkan pekerjaan.
Kelompok Tani Tri Cipta menyerahkan sebanyak 500 kg bawang merah. Sebelumnya, telah diserahkan pula 230 kg cabai rawit merah kepada pedagang Pasar Cimindi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved