Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Cegah Budaya Copy Paste, Bangun Integritas Siswa

Eni Kartinah
12/9/2020 12:05
Cegah Budaya Copy Paste, Bangun Integritas Siswa
Sejumlah siswa mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tatap muka di SD Negeri 26 Sukajadi, Banyuasin, Sumatera Selatan.(ANTARA/NOVA WAHYUDI )

PLAGIARISME merupakan salah satu masalah dalam dunia pendidikan dan riset yang terus saja terjadi. Copy paste kerap menjadi jalan pintas yang ditempuh siswa ketika menyelesaikan tugas dari guru, juga mahasiswa saat menyusun skripsi maupun tugas lain. Bahkan, kasus plagiarisme juga beberapa kali terungkap dilakukan oleh akademisi dan periset.

Beragam upaya dilakukan untuk mengatasi permasalahan itu. Salah satunya diakukan oleh Turnitin,  perusahaan teknologi digital di Amerika, yang menyediakan layanan deteksi plagiarisme berbasis internet. “Turnitin membantu instruktur (guru/dosen/institusi) untuk mendeteksi plagiarisme. Tidak hanya mendeteksi copy paste, melainkan juga mendeteksi karya yang dikerjakan oleh pihak lain, bukan karya asli siwa/mahasiswa sendiri,” ujar Yovita Marlina, Senior Manager, Customer Growth, South-East Asia Turnitin.

Baca juga: Hidup Berkarya dan Hentikan Plagiat

Dalam mendeteksi copy paste, Turnitin bekerja dengan mencocokkan karya siswa/mahasiswa dengan database karya tulis/jurnal yang sudah dikumpulkan. Adapun deteksi karya yang dikerjakan oleh orang lain (ghost writer), dilakukan dengan bantuan artificial intelligent yang akan mengukur beberapa paramater, misalnya kecocokan gaya bahasa yang dipakai dengan karya siswa/mahasiswa di masa-masa sebelumnya.

“Deteksi ini bisa dilakukan sejak tahap-tahap awal proses penyelesaian tugas siswa/mahasiwa. Dengan demikian, jika ada indikasi plagiarisme, guru/dosen bisa memberi peringatan seak awal,” kata Yovita.

Peringatan itu yang tentunya menjadi shock therapy itu sekaligus menjadi sarana   edukasi tentang pentingnya integritas. “Sangat penting untuk membentuk pola pikir siswa/mahasiswa dalam menjunjung tinggi integritas dengan mengakui pekerjaan orang lain dan tidak menjadikannya sebagai konten asli atas namanya,” tegasYovita.

Teknologi Turnitin didesain user friendly dan mampu mendeteksi  kecurangan secara instan. Secara global, Turnitin telah digunakan oleh 15.000 institusi perguruan tinggi dan 30 juta mahasiswa di dunia. Saat ini, beberapa lembaga pendidikan di Indonesia juga sudah menggunakan Turnitin. Antara lain, Universitas Indonesia, Universitas Negeri Malang, Universitas Pelita Harapan, Universitas Pendidikan Indonesia dan Universitas Trisakti.

“Ke depan, melalui teknologi Turnitin, kami ingin terus membantu agar siswa/mahasiswa memegang teguh norma moral untuk menulis karya asli serta mengembangkan keterampilan berpikir kritis yang dibutuhkan dalam menjalani karier di masa depan,” pungkas Yovita. (A-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Maulana
Berita Lainnya