Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
PROSES kelahiran bayi, bisa dilakukan normal dan atau atas dasar indikasi medis, salah satunya melalui persalinan caesar. Berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi tindakan persalinan caesar di Indonesia mencapai 17,6 persen.
Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Konsultan Fetomaternal Ali Sungkar mengatakan, setiap ibu memiliki kondisi yang berbeda.
“Dalam banyak kasus, operasi caesar adalah prosedur yang menyelamatkan jiwa dan bisa jadi pilihan tepat untuk seorang ibu dan anaknya,” kata Ali dalam seminar digital Optimalkan Imunitas Anak Kelahiran Caesar dengan Mikrobiota Sehat, Kamis (27/8).
Ali menjelaskan, faktor medis seperti paritas, panggul yang sempit, ketuban pecah dini, pre-eklamsia, janin terlalu besar, kelainan letak janin, dan janin kembar, serta faktor non medis seperti kondisi psikis ibu bisa meningkatkan risiko melahirkan secara caesar. Keputusan tindakan persalinan caesar harus melalui prosedur medis, mulai dari informed consent dan pemberian edukasi mengenai manfaat dan risiko operasi caesar karena metode caesar pada persalinan dapat menimbulkan konsekuensi kesehatan jangka pendek maupun jangka panjang.
Dia mengungkapkan, orang tua yang memiliki potensi kelahiran caesar biasanya sudah mempersiapkan berbagai hal untuk kesehatan ibu dan anak. Namun, belum banyak yang mengetahui bahwa proses persalinan caesar dapat memengaruhi imunitas anak. Sebab, jalur lahir dapat memengaruhi kolonisasi bakteri dan mikrobiota saluran cerna yang penting untuk perkembangan imunitas anak.
Baca Juga: Donor ASI tidak Boleh Sembarangan
“Metode persalinan dapat menentukan jenis mikrobiota yang nantinya akan menghuni usus anak. Anak yang lahir secara pervaginam akan dikolonisasi oleh bakteri vagina dan feses Ibu, termasuk Lactobacillus dan Bifidobacterium. Sedangkan anak yang lahir secara caesar, proses kolonisasi mikrobiotanya terpengaruh faktor eksternal sehingga terjadi ketidakseimbangan mikrobiota usus,” ungkapnya.
Lebih lanjut Ali menuturkan, kolonisasi mikrobiota usus merupakan hal yang krusial dalam menjaga kesehatan bayi. Paparan pertama dengan komunitas mikrobiota maternal (vagina, feses, ASI, mulut dan kulit) akan menentukan kematangan usus, perkembangan metabolik dan imunologi serta konsekuensi status kesehatan jangka pendek dan jangka panjang.
Dalam kesempatan yang sama, Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastro Hepatologi Moh Juffrie menjelaskan, kelahiran merupakan titik yang menentukan sistem kekebalan tubuh untuk kehidupan di masa depan.
“Mikrobiota saluran cerna mengandung jutaan mikroba yang dianggap penting untuk mengembangkan sistem imunitas tubuh. Sementara itu, pada persalinan caesar terjadi ketidakseimbangan mikrobiota dalam sistem gastrointestinal yang memicu risiko terjadinya gangguan imunitas, termasuk alergi terhadap makanan,” ungkapnya.
Pemberian ASI Eksklusif
Menurut Juffrie, anak yang lahir melalui persalinan caesar berisiko terkena penyakit asma, alergi makanana, obesitas, radang usus, hingga diabetes mellitus tipe 1. Berdasarkan penelitian, anak yang lahir secara caesar butuh waktu enam bulan untuk mencapai mikrobiota usus yang serupa dengan anak lahir normal, sehingga anak lahir caesar memiliki risiko lebih tinggi terhadap berbagai gangguan sistem imunitas.
Oleh sebab itu, pemberian ASI eksklusif merupakan cara terbaik untuk mendukung perkembangan mikrobiota sehat guna memperkuat sistem imunitas. Di dalam ASI terdapat berbagai macam nutrisi untuk mengembalikan keseimbangan mikrobiota sehat seperti probiotik dan prebiotik.
“Awal kehidupan hingga usia 3 tahun merupakan jangka waktu penting pada anak untuk mengembalikan profil mikrobiota menjadi seimbang. Hal yang bisa dilakukan adalah dengan pemberian ASI eksklusif, karena ASI mengandung lebih dari 200 spesies mikroorganisme yang dikenal sebagai probiotik dan human milk oligosaccharides atau yang dikenal sebagai prebiotik,” jelasnya.
Dia menuturkan, kombinasi probiotik dan prebiotik yang bekerja sinergis dan memberikan efek, atau yang dikenal juga dengan Sinbiotik, dapat membantu mempercepat kolonisasi bakteri baik dan meningkatkan jumlah bakteri baik seperti Bifidobacterium pada bayi yang lahir secara caesar. Hal ini dapat membantu meningkatkan sistem imun selama dua tahun pertama kehidupan serta menurunkan risiko anak mengidap penyakit alergi. (OL-13)
Baca Juga: Kesadaran Memberikan ASI Eksklusif pada Bayi Masih Rendah
DI tengah serangan udara, pengungsian, dan kelaparan, kelangkaan air yang belum pernah terjadi menambah penderitaan penduduk Jalur Gaza, Palestina.
SUNGAI adalah indikator kemajuan. Pemulihan dan penataan aliran sungai merupakan pekerjaan strategis, karena menyentuh langsung kebutuhan masyarakat.
Kerusakan ginjal bisa memberi dampak kesehatan serius bagi organ tubuh lainnya seperti jantung, hati, dan bahkan otak.
Menurut laporan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) tahun 2020, beberapa wilayah di Indonesia akan mengalami kelangkaan atau krisis air bersih pada 2045.
Batu ginjal terbentuk dari endapan mineral, garam, dan zat sisa lainnya yang mengkristal akibat kebiasaan kurang minum.
Sebuah studi mengungkap air mungkin terbentuk jauh lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya, hanya 100-200 juta tahun setelah Big Bang.
Pemerintah Louisiana gugat Roblox dengan tuduhan memfasilitasi penyebaran materi pelecehan seksual anak.
Hasil kajian juga menyebutkan bahwa kekerasan dalam bentuk verbal dan psikis/emosi adalah bentuk kekerasan yang paling banyak dialami oleh anak dengan disabilitas.
Peran dominan ibu penting diterapkan terutama bagi anak yang diasuh dalam lingkup keluarga lebih besar melibatkan nenek, kakek, atau pengasuh lainnya.
Program pemeriksaan kesehatan gratis sebaiknya menjangkau anak usia sekolah yang bersekolah maupun tidak bersekolah di wilayah perkotaan sampai daerah terpencil.
Masih maraknya kebiasaan konsumsi kental manis sebagai minuman susu anak dan balita oleh masyarakat diperkuat oleh sejumlah riset dan penelitian yang dilakukan kalangan akademisi.
Penelitian menunjukkan ibu-ibu di Indonesia lebih dari 30%-40% anemia yang berdampak pada lemahnya imunitas tubuh.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved