Headline
Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.
Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.
TEKNOLOGI Modifikasi Cuaca (TMC) untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) akan terus dilakukan hingga awal tahun depan. Meski ada musim hujan, namun cuaca panas kemungkinan berlangsung sepanjang Januari-Februari 2021.
"Kita tidak bisa menyebut TMC hingga Oktober 2020. TMC perlu kita teruskan sambil melihat kondisi sampai tidak perlu dilakukan," ujar Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya, saat memimpin rapat evaluasi operasi TMC secara virtual, Selasa (25/8).
Keberadaan teknologi dapat mengoptimalkan kemampuan membaca tanda dari alam. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menggandeng Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan TNI AU. Berikut pakar iklim dari IPB University juga mengembangkan teori dan teknologi yang mendukung pencegahan karhutla.
Baca juga: Polri Tetapkan 112 Tersangka Karhutla Sejak Awal Tahun
Direktur Jenderal Pengandalian Perubahan Iklim KLHK, Ruandha Agung Sugardiman, menyampaikan operasi TMC yang dilakukan dalam beberapa bulan terakhir berhasil menurunkan jumlah titik panas (hotspot).
"Pemantauan selama hampir satu bulan penuh di Riau, Jambi dan Sumatra Selatan tidak muncul titik panas. Sementara di Kalimantan Barat, sempat muncul beberapa titik panas pada 13 Agustus, yang segera diatasi dengan operasi TMC," jelas Ruandha.
Adapun Deputi Bidang Teknologi Sumber Daya Alam BPPT, Yudi Anantasena, menyebut agar lebih optimal, TMC perlu dilakukan sebelum memasuki musim kemarau.
Baca juga: Antisipasi Karhutla Tetap Prioritas di Tengah Pandemi Covid-19
"Tingkat efektivitas TMC pada periode Juli-Agustus tidak sebesar Mei dan sebelumnya. Mungkin karena kondisi sekarang sudah mulai kering. Menyemai awan sebelum musim kemarau, lebih banyak menghasilkan curah hujan," papar Yudi.
Sementara itu, Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Herizal, menyampaikan hingga Agustus 2020, sebanyak 85% daerah zona musim telah memasuki musim kemarau dan telah mengalami Hari Tanpa Hujan (HTH) berturut-turut. Itu bervariasi antara 21-30 hari, 31-60 hari dan di atas 60 hari.(OL-11)
‘’Kolaborasi, termasuk dengan kerja sama dengan pihak swasta menjadi kunci untuk membangun sistem pengelolaan sampah yang efektif, bernilai ekonomis dan ramah lingkungan,”
KEPALA Subdit Ditjen KLHK Yuli Prasetyo Nugroho menuturkan terdapat beberapa kearifan lokal dari masyarakat adat yang dapat menjadi contoh dalam pengelolaan sampah sisa makanan (food waste).
Kayu itu dikumpulkan untuk kemudian direbus. Sebanyak 10 kg kayu mangrove, direbus dengan 10 liter air untuk menghasilkan 7 liter cairan tinta.
Program pembagian bibit pohon gratis yang digagas KLHK menjadi langkah penting dalam upaya pelestarian lingkungan di Indonesia.
Dalam mengelola sampah kemasan, GCPI bekerja sama dengan Indonesia Packaging Recovery Organisation (IPRO),
Pendanaan konservasi ini memerlukan anggaran besar sehingga memerlukan kontribusi semua pihak untuk menutup gap antara anggaran dengan kebutuhan yang tersedia.
Dwikorita juga menegaskan pentingnya kesiapsiagaan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah dan masyarakat, untuk merespons dinamika iklim yang semakin tidak menentu.
Fenomena kemarau basah saat ini terjadi di beberapa daerah Indonesia. Berbeda dengan kemarau biasa yang kering dengan sedikit hujan, kemarau basah justru ditandai dengan hujan yang turun
Sebagai bentuk respons, BPBD Kabupaten Demak bersama sejumlah pihak melakukan penanganan darurat, termasuk penutupan tanggul, pompanisasi di titik kritis.
Usulan ini didasarkan pada data BMKG yang memprediksi puncak musim kemarau akan berlangsung pada Juli-Agustus mendatang
STOK beras di gudang Bulog akhirnya menembus 4 juta ton yang berhasil tercapai pada 29 Mei 2025. Dari jumlah itu 2,4 juta ton di antaranya berasal dari serapan gabah/beras produksi domestik.
Prediksi ini disampaikan oleh Stasiun Meteorologi Kelas I Tjilik Riwut Palangka Raya, berdasarkan analisis iklim dan zona musim (ZOM) di daerah tersebut.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved