Headline

Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.

Fokus

Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.

Cegah Karhutla, KLHK Optimalkan TMC Hingga Awal 2021

Atalya Puspa
26/8/2020 14:42
Cegah Karhutla, KLHK Optimalkan TMC Hingga Awal 2021
Petugas memasukan garam ke tabung penampung untuk operasi TMC.(Antara/Aprillio Akbar)

TEKNOLOGI Modifikasi Cuaca (TMC) untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) akan terus dilakukan hingga awal tahun depan. Meski ada musim hujan, namun cuaca panas kemungkinan berlangsung sepanjang Januari-Februari 2021.

"Kita tidak bisa menyebut TMC hingga Oktober 2020. TMC perlu kita teruskan sambil melihat kondisi sampai tidak perlu dilakukan," ujar Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya, saat memimpin rapat evaluasi operasi TMC secara virtual, Selasa (25/8).

Keberadaan teknologi dapat mengoptimalkan kemampuan membaca tanda dari alam. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menggandeng Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan TNI AU. Berikut pakar iklim dari IPB University juga mengembangkan teori dan teknologi yang mendukung pencegahan karhutla.

Baca juga: Polri Tetapkan 112 Tersangka Karhutla Sejak Awal Tahun

Direktur Jenderal Pengandalian Perubahan Iklim KLHK, Ruandha Agung Sugardiman, menyampaikan operasi TMC yang dilakukan dalam beberapa bulan terakhir berhasil menurunkan jumlah titik panas (hotspot).

"Pemantauan selama hampir satu bulan penuh di Riau, Jambi dan Sumatra Selatan tidak muncul titik panas. Sementara di Kalimantan Barat, sempat muncul beberapa titik panas pada 13 Agustus, yang segera diatasi dengan operasi TMC," jelas Ruandha.

Adapun Deputi Bidang Teknologi Sumber Daya Alam BPPT, Yudi Anantasena, menyebut agar lebih optimal, TMC perlu dilakukan sebelum memasuki musim kemarau.

Baca juga: Antisipasi Karhutla Tetap Prioritas di Tengah Pandemi Covid-19

"Tingkat efektivitas TMC pada periode Juli-Agustus tidak sebesar Mei dan sebelumnya. Mungkin karena kondisi sekarang sudah mulai kering. Menyemai awan sebelum musim kemarau, lebih banyak menghasilkan curah hujan," papar Yudi.

Sementara itu, Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Herizal, menyampaikan hingga Agustus 2020, sebanyak 85% daerah zona musim telah memasuki musim kemarau dan telah mengalami Hari Tanpa Hujan (HTH) berturut-turut. Itu bervariasi antara 21-30 hari, 31-60 hari dan di atas 60 hari.(OL-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya