Headline

Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.

Hingga Kini, Belum Ada Obat untuk Covid-19

Ferdian Ananda Majni
19/8/2020 05:44
Hingga Kini, Belum Ada Obat untuk Covid-19
Peneliti beraktivitas di ruang riset vaksin Merah Putih di kantor Bio Farma, Bandung, Jawa Barat.(ANTARA/Dhemas Reviyanto)

BANYAK upaya telah diusahakan berbagai pihak guna mengatasi penyebaran covid-19 serta penyembuhan pasien-pasien terjangkit. Salah satu upaya nyata yang kini telah menghasilkan lebih dari 61 inovasi terkait penanganan covid-19 adalah dibentukya konsorium guna melakukan berbagai riset terkait penyakit itu dari sisi pencegahan terhadap virus dan pengobatan bagi para pasien yang sudah berjalan selama empat bulan terakhir.

Hingga saat ini, menurut Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Kemenristek/BRIN Prof Ghufron Mukti, belum ada satu pun obat spesifik yang bisa diklaim sebagai obat penyembuh Virus SARS-CoV-2, termasuk imunomodulator yang sedang dikembangkan konsorium.

Pernyataan tersebut didukung Anggota Komite Nasional Penilai Obat Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Dr Anwar Santoso. Dia menegaskan, sampai saat ini, belum ada pernyataan resmi terkait adanya obat spesifik yang efektif serta aman untuk covid-19.

Baca juga: Berpacu Uji Vaksin Covid-19

“Saya setuju dengan pendapat Gufron bahwa sampai sekarang belum ada satu statement yang menyatakan bahwa ini ada obat yang manjur dan aman untuk covid-19. Semuanya dalam masih dalam fase uji klinik,” kata Anwar dari kantor Graha BNPB, Selasa (18/8).

Bahkan, menurut Anwar, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang bertindak sebagai koordinator kesehatan umum internasional, pun tidak mengeluarkan satu statement resmi mengenai obat yang direkomendasikan untuk dipakai atau aman tapi masih dalam status uji klinik.

Terkait banyaknya pernyataan yang tersebar di masyarakat luas mengenai berbagai obat herbal yang dianggap mumpuni dalam penyembuhan covid-19, menurut Anwar, obat herbal tersebut tetap memerlukan uji klinis sehingga aman dikonsumsi masyarakat dan dapat memberikan nilai saintifik serta nilai sosial yang terjamin.

Sementara itu, Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, dr Agus Dwi Santoso, mengaku di Indonesia, pengobatan terhadap pasien covid-19 disesuaikan dengan severity yang dimulai dari tanpa gejala, gejala ringan, gejala sedang, pneumonia berat, sampai kemudian kritis.

Hal tersebut karena masing-masing severity memiliki pilihan obat apa saja yang diberikan berdasarkan konsensus dan kesepakatan dari para profesi.

Ia menjelaskan, untuk pasien tanpa gejala cukup dengan hanya minum vitamin. Hal itu berbeda untuk pasien dengan gejala. Adapun pasien yang memiliki gejala ringan, sedang, dan berat sebenarnya dari perhimpunan itu sudah mengeluarkan panduan.

“Di dalam paduan itu ada pilihan-pilihan, yaitu ada pilihan 1, 2, 3, dan 4. Di situ bisa diberikan kombinasi dari azitromisin atau levo, hidroksikloroquin dengan kloroquin oseltamivir dan vitamin. Atau pilihan kedua azitromicin levodoxacin diberikan kloroquin hidroksiklorokuin favipiravir ditambah vitamin. Atau, pilihan yang ketiga ya, Azitromisin levo,hidroksiklorokuin atau klorokuin, lopinavir, ritonavir, vitamin. Sedangkan pilihan yang keempat saat ini tidak ada. Karena kita tidak tersedia remdesivir,” jelas Agus.

Agus memaparkan terdapat tambahan obat untuk kasus-kasus berat dan kritis. Ada pun obat-obat tersebut di antaranya adalah dexamethasone dan antikoagulan yang diberikan sesuai dengan assessment.

Sebagai penutup, Kepala Pusat Kesehatan TNI, Mayjen TNI Tugas Ratmono, mengimbau masyarakat untuk tetap menggunakan obat-obat aman yang tentunya sudah direkomendasikan Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan.

“Ya, saya kira ini yang harus jadi catatan, masyarakat harus menggunakan semua obat-obat yang aman sebenarnya. Tentunya, obat-obat yang beredar, katakanlah itu sudah ada izin edar, dan kalau obat-obat yang belum, tentunya ini tidak dalam kontek rekomendasi, baik itu oleh Kemenkes, maupun dari Badan POM,” pungkas Tugas Ratmono. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya