Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
KASUS kematian akibat HIV, tuberkulosis (TBC) dan malaria di negara miskin dan menengah berpotensi melonjak. Sebab, sistem kesehatan yang sudah lemah, harus berjuang menghadapi pandemi covid-19.
Selama lima tahun ke depan, angka kematian dari ketiga penyakit cenderung meningkat masing-masing 10%, 20% dan 36%. Kondisi itu menempatkan dampak kematian tersebut pada skala serupa dengan dampak pandemi covid-19.
Baca juga: Pandemi Covid-19 Menghambat Upaya Penanggulangan TBC
"Di negara-negara dengan kasus malaria yang tinggi, epidemi HIV dan TB yang besar, memiliki konsekuensi yang menghancurkan jutaan orang. Dalam hal ini, mereka yang bergantung pada program pengendalian dan pengobatan penyakit tersebut," ujar Timothy Hallett, profesor dari Imperial College London yang turut memimpin studi.
Lebih lanjut, dia mengatakan dampak covid-19 dapat menghambat kemajuan signifikan, terkait upaya melawan sejumlah penyakit dalam dua dekade terakhir. Pandemi covid-19 menambah beban secara langsung.
“Tetapi, risikonya dapat dikurangi, jika sejumlah negara berusaha untuk mempertahankan layanan kesehatan inti dan menerapkan langkah pencegahan terhadap infeksi,” pungkas Hallet.
Baca juga: Pandemi Korona Bisa Gandakan Angka Kematian Akibat Malaria
Dalam jurnal Lancet Global Health, diketahui dampak terbesar pada upaya penanggulangan HIV ialah terhambatnya pasokan obat AIDS antiretroviral (ARV). Pekan lalu, Badan AIDS PBB dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan ancaman kekurangan stok obat.
Apalagi, lebih dari sepertiga negara di dunia melaporkan risiko kehabisan stok ARV. Menyoroti penyakit malaria, peneliti menemukan dampak terbesar ialah gangguan distribusi kelambu berinsektisida. Alat itu melindungi jutaan orang agar tidak terinfeksi nyamuk pembawa malaria.(Ant/OL-11)
Sejak Januari sampai Agustus 2025, pihaknya mencatat ada sekitar 39 kasus malaria impor di Kota Yogyakarta
ORGANISASI Kesehatan Dunia atau WHO baru-baru ini menyatakan bahwa Timor Leste bebas malaria. Hal ini lantas menjadi tonggak sejarah kesehatan publik yang luar biasa bagi negara tersebut.
Obat malaria pertama yang diformulasikan khusus untuk bayi dan balita telah resmi disetujui untuk digunakan.
"Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus menjadi vektor utama. Keberadaan dan penyebarannya yang meluas menjadikan arbovirus sebagai ancaman serius,”
Meskipun tantangan terbesar berada di kawasan Afrika, kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia tidak boleh lengah.
Presiden RI ke-6 itu juga menyoroti wilayah Papua yang masih menyumbang 93% dari beban malaria nasional, dan menekankan pentingnya komitmen lintas pemerintahan.
Penambahan itu membuat jumlah ODHA mencapai 1.456 orang, dengan angka kematian 256 orang.
Kasus HIV/AIDS memang cenderung mengalami peningkatan cukup signifikan terjadi sejak 2022.
Pemkab Manggarai Barat, NTT, mengimbau masyarakat untuk rutin melakukan tes VCT (Voluntary Counselling and Testing) guna mendeteksi HIV secara dini.
Faktor rasa malu dan diskriminasi masih menjadi kendala utama. Banyak ODHA memilih memeriksakan diri di tempat jauh agar tidak dikenali lingkungan sekitar.
Skrining sudah dilakukan terhadap 177.984 orang, 83 orang positif,
Hingga saat ini, layanan tes HIV tersedia di 514 kabupaten/kota, layanan IMS di 504 kabupaten.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved