Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Pilih PCR, Kunci Sumbar Kendalikan Korona

YH/Ins/X-8
10/7/2020 03:38
Pilih PCR, Kunci Sumbar Kendalikan Korona
Ilustrasi(AFP/Medcom.id)

SEJUMLAH daerah di Indonesia seperti Jawa Timur tampak kewalahan menghadapi masifnya serangan covid-19 akhir-akhir ini. Menoleh ke barat Indonesia, persisnya Sumatra Barat, perkembangan kasus serupa justru terus menunjukkan tren menggembirakan.

Kunci keberhasilan Sumbar menekan korona karena memilih tes PCR (polymerase chain reaction). Mereka mengesampingkan rapid test, metode yang belakangan dikeluhkan rakyat karena cenderung dikomersialisasikan dengan biaya mahal.

PCR adalah pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi keberadaan material genetik dari sel, bakteri, atau virus. “Sumbar satu-satunya provinsi yang tidak menganggarkan beli alat rapid test. Selain biayanya cukup mahal, Rp300 ribu per kit, hasilnya juga tidak akurat. Saya menyarankan gubernur tidak perlu beli itu pada 25 Desember tahun lalu,” kata Kepala Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Andani Eka Putra, kemarin.

Rapid test, menurut Andani, secara prinsip boleh asalkan akurasi diagnosisnya tinggi, di atas 85%. Masalahnya, produk yang berkembang saat ini, tingkat akurasinya kecil. Karena itu, idealnya menggunakan PCR. Apalagi WHO pun merekomendasikan PCR, bukan rapid test.

Hingga kemarin, total pemeriksaan spesimen di Sumbar sudah 58 ribu sampel dari sekitar 53 ribu orang. Jumlah itu berbasis pada sekitar 7 alat PCR di dua laboratorium, yakni Laboratorium Fakultas Kedokteran Unand dan Balai Veteriner Bukittinggi.

Dalam rentang 3 bulan perjalanan covid-19, kasus positif di Sumbar cenderung menurun dari 5% dan kini mendekati 1,5%. “Tapi kalau positive rate harian, kita di bawah 1%. Ditambah data surveilans kita di bawah 0,5%. Kita terbaik di Indonesia. Angkanya kecil, 1,5%. WHO saja merekomendasikan sekitar 3% maksimal,’’ tutur Andani.

Gubernur Sumbar Irwan Prayitno menguatkan pernyataan Andani bahwa Sumbar tidak memprioritaskan rapid test. ‘’Karena PCR sudah memadai dan hasilnya lebih akurat,’’ tandasnya.

Pemda di Sumbar memang memberikan kepercayaan penuh kepada orang-orang di lingkungan ilmiah dalam melawan covid-19.

Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan mengapresiasi langkah Sumbar menangani korona. Menurutnya, hanya Sumbar yang tak menganggarkan pembelian alat rapid test. (YH/Ins/X-8)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya