Gerakan Ciliwung Bersih (GCB) Mengolah Sampah Jadi Briket Energi

Deri Dahuri
28/6/2020 21:11
Gerakan Ciliwung Bersih (GCB) Mengolah Sampah Jadi Briket Energi
Tempat Olahan Sampah Sungai Gerakan Ciliwung Bersih (TOSS-GCB). (Ist)

UNTUK pertama kalinya, Gerakan Ciliwung Bersih (GCB) menjadi inisiator program pengolahan sampah sungai menjadi energi dalam bentuk briket atau pelet yang disebut Tempat Olahan Sampah Sungai Gerakan Ciliwung Bersih (TOSS-GCB). 

Briket atau pelet tersebut bisa dimanfaatkan untuk bahan bakar sehari-hari sebagai pengganti minyak tanah bahkan LPG ( liquid petroleum gas), baik untuk keperluan warung hingga industri yang menggunakan boiler seperti pabrik tekstil, pupuk, dan pembangkit listrik. 

Secara khusus, program ini dirancang untuk mengolah sampah sungai menjadi listrik dan diperuntukkan bagi masyarakat di sepanjang aliran Sungai Ciliwung dengan produk akhirnya adalah syntetic gas (syngas) atau gas sintetik yang mampu menjadi substitusi bahan bakar untuk genset/diesel.

Listrik yang dihasilkan dari unit instalasi TOSS-GCB ini akan digunakan mengoperasikan mesin pompa dan penjernihan air sungai sehingga laik untuk kebutuhan mandi, cuci, kakus (MCK). Sasaran utama dari program ini adalah upaya meningkatkan kualitas air sungai dan mengembalikan fungsi sungai sebagai bahan baku air bersih.

Hal ini dapat diwujudkan dengan mereplikasi unit TOSS-GCB agar di setiap lokasi Komunitas Peduli Ciliwung (KPC) sehingga memiliki fasilitas MCK sekaligus mengolah dan memanfaatkan sampah di sekitarnya menjadi  energi listrik untuk mengoperasikan instalasi TOSS GCB tersebut.

TOSS-GCB adalah suatu program kolaboratif antara GCB dengan pemerintah pusat melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, anak usaha PT PLN (Persero) yaitu PT Indonesia Power,  PDAM DKI Jakarta, dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (Indofood),  serta startup bidang supply-value chain energi baru dan terbarukan bernama comestoarra.com.

Program ini diresmikan Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, KLHK, M.R. Karliansyah pada Sabtu (27/6).

Menurut Ketua GCB, Peni Susanti, tujuan didirikan GCB adalah untuk menggalang kepedulian masyarakat dalam menjaga kebersihan serta kelestarian aliran Sungai Ciliwung.

 “Organisasi nirlaba yang didirikan pada 1989 ini juga diharapkan mampu menjadi sarana edukasi dan wisata (edu-wisata) bagi masyarakat luas khususnya yang berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung,” kata Peni pada keterangannya, Minggu (28/6).

 Peni menambahkan bahwa Sungai Ciliwung telah lama dimanfaatkan sebagai bahan baku air minum. Sayangnya, Sungai Ciliwung yang diharapkan mampu menjadi salah satu simbol dan etalase kota Jakarta telah tercemar oleh sampah, baik plastik, domestik rumah tangga, dan juga biomassa.

Melalui program TOSS-GCB, Peni berharap agar seluruh stakeholders di sepanjang aliran Sungai Ciliwung mengembalikan  fungsi Sungai Ciliwung sebagai sumber air bersih.

“Sehingga usaha yang selama ini dilakukan terbatas pada kegiatan pembersihan sampah yang telah masuk sungai, akan ditingkatkan menjadi usaha pencegahan dan pendidikan yang dilakukan oleh setiap komunitas KPC agar masyarakat tidak membuang sampah ke sungai, tapi ke unit-unit TOSS GCB,” jelasnya.

Sebagai perusahaan swasta yang turut mengembangkan Program TOSS-GCB, Head of Corporate Communications Division PT Indofood Sukses Makmur Tbk Stefanus Indrayana mengatakan peran aktif Indofood terhadap pelestarian lingkungan terangkum dalam program Corporate Social Responsibility, Protecting The Environment.

“Indofood mendukung berbagai upaya yang dilakukan dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan, khususnya upaya pengelolaan sampah, terlebih jika upaya dilakukan dengan mengusung pendekatan ESR atau Extended Stakeholder Responsibility,” ucap Stefanus.

Diharapkan dengan semakin banyaknya TOSS  di sepanjang Sungai Ciliwung, masyarakat dapat lebih teredukasi untuk menjaga kebersihan sungai.

“Jika ada sampah yang terkumpul, dapat diolah menjadi hal-hal yang  memberikan nilai tambah kepada masyarakat. Sekaligus akan mengurangi sampah-sampah tersebut mengalir ke laut,” jelasnya.

Solusi sampah  karya anak bangsa

Perlu diketahui bahwa TOSS-GCB adalah konsep pengolahan sampah (rumah tangga dan biomassa) berbasis komunitas/masyarakat yang digagas Supriadi Legino dengan menggunakan teknologi peuyeumisasi (Biodrying), hasil karya inovasi Sonny Djatnika Sundadjaja.

Proses TOSS-GCB dimulai dengan memasukkan sampah kedalam box bambu berukuran 2x1,25 x1,25 m3 (setara dengan 1 ton sampah) tanpa perlu pemilahan yang merepotkan. Sampah dalam bambu tersebut kemudian disiram dengan biokativator yang akan membuat sampah menyusut hingga 50% dan mengering dengan tingkat moisture di bawah 20% dalam waktu 7 hari.

Selanjutnya sampah yang telah melalui proses peuyeumisasi tersebut siap untuk  dijadikan bahan baku energi berupa briket atau pelet dengan nilai kalori setara dengan batu bara.

Supriadi mengatakan bahwa briket atau pelet adalah produk batu bara nabati yang dapat digunakan sebagai bahan baku campuran batu bara dalam industri, terutama kaitannya dengan pembangkit listrik.

Saat ini PLN juga sudah menerbitkan peraturan direksi untuk penggunaan biomasa sebagai cofiring pada pembangkit listrik tenaga uap dengan persyaratan teknik dan lingkungan yang ditentukan. (RO/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya