Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Kenormalan Baru Momentum Benahi Tatanan Kehidupan Bangsa

Rudy Polycarpus
29/5/2020 15:20
Kenormalan Baru Momentum Benahi Tatanan Kehidupan Bangsa
Ilustrasi(Antara)

KENORMALAN baru (new normal) akibat pandemi Covid-19 seyogianya menjadi momentum menata ulang seluruh tatanan kehidupan berbangsa secara fundamendal dan strategis.

Salah satu tujuannya ialah untuk meningkatkan daya saing bangsa di tingkat global.

"Pandemi Covid-19 yang menimpa bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia, menjadi momentum berharga untuk menata ulang dan melakukan perubahan seluruh tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara secara mendasar, elementer, fundamental, strategis dan visioner dalam berbagai bidang," ujar Anggota Komisi VI DPR Marwan Jafar lewat pesan singkat, Jumat (29/5).

Menurut Marwan, pandemi sepatutnya membuka mata pemerintah untuk menaruh perhatian di sejumlah bidang, antara lain, kesehatan, reformasi birokrasi, pengembangan SDM sektor pendidikan, panggan hingga ketenagakerjaan.

Reformasi birokrasi, jelasnya, harus semakin dipercepat. Menurutnya, keberanian mereformasi birokrasi menjadi kunci menuju tatanan sosial yang lebih beradab dan berbudaya, serta produktif dan responsif.

"Birokrasi dituntut lebih proaktif, responsif, melayani dan bukan dilayani, efektif, tidak bertele-tele, tidak berantai-rantai, tidak saling tumpang-tindih, tidak menjadi hegemoni tersendiri sekaligus tidak menjadi "kekuatan politik" tersendiri," tandasnya.

Di sektor kesehatan, jelasnya, pemerintah harus melakukan sejumlah langkah ansitipatif seperti pembenahan infrastruktur kesehatan.
Misalnya, memperbanyak jumlah rumah sakit rujukan yang memadai sesuai standar WHO. 

"Berbagai sarana dan peralatan medis, khususnya APD, laboratorium yang memadai dan modern juga penting untuk menunjang pelayanan prima bagi para pasien dengan standard internasional/WHO sehingga tidak kedodoran, tidak kaget jika ada  pandemi serupa. Aspek kesejahteraan dan insentif bagi para dokter, tenaga medis perlu diperhatikan agar mereka dapat meningkatkan pelayanan prima bagi pasien," imbuh politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu.

Selain itu, tandas Marwan, ketersediaan bahan baku kesehatan juga harus terus dijaga. Pasalnya, selama ini BUMN sektor farmasi terlalu bergantung pada impor bahan baku dan barang jadi. 

"Masak kita selalu import? Semestinya kita memiliki kekayaan SDA yang luar biasa sebagai bahan baku obat-obatan, alkes, APD dan lainnya. Gunakan potensi dalam negeri sendiri untuk memenuhi kebutuhan bidang kesehatan kita," tandasnya. 

Sektor lainnya ialah pengembangan SDM bidang pendidikan. Marwan mendorong agar diterapkan sistem pendidikan yang adaptif, responsif-solutif terhadap kebutuhan masyarakat, tidak gonta-ganti kurikulum, dan mampu bersaing di dunia internasional.

"Saya prihatin meratapi keadaan ini, di mana berapa ribu orang yang selama ini mendapatkan beasiswa dari uang  negara belum terlihat banyak kontribusinya ketika negara membutuhkan. Kemristek dan berikut badan-badan, seperti BPPT, LIPI, BATAN, LAPAN, dan badan-badan sejenis harus ditata ulang keberadaannya agar tidak terjebak pada ritual rutinitas birokratik dan administratif. Harus dialih-fungsikan melakukan berbagai penelitian, penemuan dan inovasi berbagai bidang, termasuk bidang kesehatan," tandasnya.

Marwan juga mendorong pembentukan Badan Pangan Nasional seperti amanat UU. Tujuannya, untuk mewujudkan kemandirian dan kedaulatan pangan yang telah lama menjadi pekerjaan rumah pemerintah.

Ia menilai sudah saatnya melesatkan ekspor ketimbang impor dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam dan kekayaan pangan dalam negeri.

"Selanjutnya saya berharap peternak, perkebun, dan UMKM di bidang pangan juga mendapatkan bantuan insentif. Kita dorong kementerian/lembaga terkait termasuk BUMN bidang pangan untuk menata ulang tata kelola pangan secara total dan komprehensif sesuai kebutuhan masyarakat. Baik aspek manajemen kelembagaan, industri dan investasi sehingga tercapai kedaulatan pangan nasional, bukan sekedar holdingisasi dan memperbaiki ekosistem perusahahaan," ujar mantan Menteri 
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (PDT) itu.

Di sisi lain, momentum kenormalan baru juga menjadi kesempatan memperkuat sumber daya energi.

Penataan ulang secara radikal dibutuhkan guna menekan impor secara besar-besaran di sektor migas.

"Potensi energi yang terkandung di dalam perut bumi negara kita sangat melimpah, tinggal kita merawat dan menjaganya, dan harus mampu mengelola sendiri," tegasnya.

Sebagai negara yang kerap terkena bencana, Marwan juga mengusulkan agar dibuat buku panduan kebencanaan. Panduan itu, jelasnya, berisi sejarah, cara penanganan bencana alam dan nonalam serta road map.

"Selain itu, perlunya big data satu pintu agar dapat menentukan langkah dan sasaran kebijakan. Data yang dimiliki oleh kementerian/lembaga harus sinkron, terintegrasi," ujarnya.

Sementara untuk transformasi ekonomi, ia menilai hal itu harus sesuai dan kontekstual dengan kondisi negara dan masyarakat yang plural dalam segala aspek. Termasuk memaksimalkan SDA dan menjaga defisit transaksi berjalan.

Geliat di sektor pariwisata seperti perhotelan dan restoran juga harus dibangkitkan karena banyak terdampak oleh pandemi Covid-19 

"Dibutuhkan gagasan kreatif dan promosi khusus  untuk recovery sektor pariwisata, perhotelan, restoran, transportasi dan bisnis entertainment sehingga di era normal baru dapat bangkit kembal," pungkas Marwan. (OL-8).

 

 

 

 

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Polycarpus
Berita Lainnya