Kemenkes: Klorokuin Bukan Obat Malaria

Atalya Puspa
04/4/2020 10:22
Kemenkes: Klorokuin Bukan Obat Malaria
Obat Klorokuin bisa digunakan untuk pengobatan Covid-19 asal dibarengi dengan obat lain seperti oseltamivir.(AFP/GERARD JULIEN )

BEREDAR  kabar di masyarakat bahwa klorokuin yang kini menjadi obat Covid-18 merupakan obat malaria yang masih digunakan. Padahal, obat tersebut sudah tidak lagi digunakan untuk pengobatan malaria. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Tular Vektor dan Zoonosis Siti Nadia Tirmizi menyatakan, dirinya khawatir masyarakat akan menggunakan klorokuin untuk pengobatan Covid-19 secara berlebihan.

"Nanti otomatis kalau dia minum klorokuin karena dugaan awalnya Covid-19 tapi sebenarnya penyakitnya malaria, pasti demamnya akan turun sedikit tapi malarianya enggak terobati, malah akan menjadi resisten malaria," kata Nadia dalam keterangan resmi, Jumat (3/4).

Untuk penggunaan Covid-19, lanjutnya, tidak bisa hanya klorokuin saja tapi harus dibarengi obat lain seperti oseltamivir. Nadia melanjutkan, klorokuin sudah tidak lagi digunakan sebagai obat malaria karena terjadi resistensi terhadap penyakit tersebut. Sekitar 2009-2010 klorokuin bisa dijual bebas. Akibatnya, terjadi resistensi yang sangat tinggi terhadap penggunaan klorokuin terutama pada penderita malaria. Kondisinya saat itu setiap kali orang merasa demam langsung mengonsumsi klorokuin. Akibatnya demam hilang namun terjadi resistensi malaria.

"Kita khawatir, walaupun saat ini sedang pandemic Covid-19 tapi jangan sampai target kita mencapai eliminasi malaria pada tahun 2030 tidak tercapai," ujarnya.

Klorokuin sendiri sudah tidak masuk ke dalam pengobatan malaria sejak 2010. Namun, klorokuin masih digunakan untuk obat penyakit lupus. Obat malaria yang digunakan saat ini adalah Dihidroartemisinin piperakuin (DHP) dengan Primakuin.Prinsipnya, kata Nadia, penggunaan klorokuin yang tidak sesuai peruntukannya akan berpotensi menyebabkan resistensi terhadap malaria. Sehingga eliminasi Malaria 2030 tidak tercapai.

baca juga: Guru Honorer Mengajar Secara Daring Tetap Menerima Gaji

"Posisi sekarang ada 214 kabupaten/kota yang belum mencapai eliminasi, yang sudah eliminasi 300 kabupaten/kota. Takutnya, dengan kondisi Covid-19 ini untuk daerah yang belum mencapai eliminasi dan memang cenderung penyakit utamanya adalah malaria dan bukan karena Covid-19 terjadi eliminasi malaria. Ini yang harus diwaspadai," tegasnya. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya