Redam Bibit Perilaku Bengis, Tumbuhkan Jiwa Sosial Anak

Atalya Puspa
08/3/2020 20:42
Redam Bibit Perilaku Bengis, Tumbuhkan Jiwa Sosial Anak
Ilustrasi kekerasan terhadap anak.(Dok. MI)

Kepolisian Resor Jakarta Pusat baru saja mengungkap kasus pembunuhan bocah berusia 5 tahun, yang dilakukan anak remaja berusia 15 tahun. Diduga, perbuatan keji remaja itu terinspirasi adegan dalam film horor.

Menanggapi hal tersebut, psikolog forensik, Reza Indragiri Amriel, mengatakan apapun yang dilihat manusia, berpotensi mendorong manusia untuk melakukan hal serupa. Namun, tindakan keji tidak akan terjadi, jika manusia memiliki jiwa sosial yang tinggi.

"Teori klasik, teori belajar sosial. Bahwa apa-apa yang kita indrawi, bisa mendorong untuk melakukan perbuatan serupa. Tapi faktanya, tidak setiap orang yang menonton tayangan kekerasan, lantas menjadi pelaku kekerasan," kata Reza saat dihubungi, Minggu (8/3).

Baca juga: Lemah Asuhan Membuat Anak Jadi Bengis

Reza yang juga anggota Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), menilai kasus tersebut cukup rumit. Di satu sisi, jangan sampai media mengekspos kasus, hingga menstigma pelaku yang masih anak-anak. Akan tetapi, lanjut dia, tak elok jika kasus ini luput dari perhatian masyarakat. Sebab, bisa jadi kasus ini menyangkut kepentingan, bahkan keamanan publik.

"Saya juga berharap ekspos kasus ini tidak berekses pada munculnya sikap mengelu-elukan si anak, karena perilaku ekstremnya. Tidak hanya pengakuan semacam itu yang diinginkan pelaku, tapi juga dikhawatirkan menginspirasi anak-anak lain. Harus diakui ini nampak lebih gampang meledak, ketimbang generasi sebelumnya," papar Reza.

Baca juga: Kekerasan Anak Masih Tinggi, KPAI Ajak Kepedulian Semua Pihak

Lebih lanjut, dia menekankan terdapat empat kondisi yang bercampur pada diri anak dengan perilaku sedemikian rupa. Rinciannya, impulsivity, aggression, manipulativeness dan defiant. Hal itu menjadi tantangan ekstra bagi penyidik.

"Apakah jawaban anak-pelaku adalah benar-benar nyata, atau fabrikasi belaka? Kelak, dengan segala kesantunannya, apakah anak semacam itu memang menyesal atau justru sedang mengikuti aturan, agar nantinya bisa dia manfaatkan?" ucapnya mengkritisi.

"Andai dia bertindak positif di depan konselor, apakah dia sesungguhnya sedang mempelajari suatu siasat tertentu, bahkan tanpa disadari konselornya? Ujungnya, akan diapakan anak yang berkepribadian-berperilaku sedemikian brutal?" imbuh Reza. Dia juga menegaskan hukuman yang akan dijatuhkan kepada sang remaja, harus melalui pertimbangan matang.(OL-11)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya