Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

FTUI Luncurkan Film Dokumenter Rumah Adat Ngadha NTT

Mediaindonesia.com
11/1/2020 21:44
FTUI Luncurkan Film Dokumenter Rumah Adat Ngadha NTT
Rumah Adat Ngadha NTT(Dok. FTUI)

DALAM rangka peringatan Dies Natalis ke-55, Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) menggagas sebuah kreasi film dokumenter arsitektur tradisional berjudul “Ka Sao : Daur Hidup Rumah Adat Ngadha”.

Film dokumenter itu merupakan buah karya LDAV (Loka Dokumentasi Arsitektur Vernakular) yang dibentuk oleh Departemen Arsitektur FTUI dengan tujuan untuk mengelola dan mengarsipkan seluruh data dan dokumentasi hasil penelitian arsitektur vernakular tradisional Indonesia.

Pemutaran perdana film soal Rumah Adat Ngadha dilangsungkan di Institut Français d'Indonesie, Jakarta. Sabtu (11/1).

Karya film pendek itu berangkat dari fenomena yang tengah terjadi di masyarakat, yang kini lebih memilih budaya modern dalam mewujudkan karya arsitektur.

Arsitektur tradisional Indonesia mengalami krisis dan menghadapi ancaman kehilangan identitas.

Baca juga : Mengenal Rumah Adat Ngada yang Penuh Filosofi

Ketua Departemen Arsitektur FTUI Dalhar Susanto mengatakan, hadirnya LDAV diharapkan mampu berpacu dengan waktu untuk mendokumentasikan sebelum arsitektur vernakular tersebut punah tanpa jejak dan beralih rupa menjadi arsitektur modern.

Dari sudut pandang akademisi, hal itu juga dapat berdampak terhadap hilangnya jejak pengetahuan arsitektur tradisional yang belum sepenuhnya digali.

Ia berharap lewat karya film dokumenter, arsitektur tradisional dapat senantiasa dipahami serta tetap terjaga kelestariannya.

Kami memilih masyarakat suku Ngadha, Nusa Tenggara Timur sebagai fokus dari film perdana LDAV. Ngadha merupakan wilayah yang masih memiliki banyak permukiman tradisional oleh karena kebudayaan yang dijalankan oleh masyarakat Ngadha dapat menjaga keberlangsungan rumah adat. Beberapa diantaranya telah ditetapkan sebagai cagar budaya, seperti desa tradisional Bena, Tololela dan Gurusina," kata Dalhar dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (11/1).

Film arsitektur vernakular Suku Ngadha mengangkat konsep rumah yang disebut “sao oné”.  Dalam konsep itu, rumah diperlakukan sebagai suatu entitas insani atau diibaratkan sebagai sosok manusia yang tumbuh.

Baca juga : Meningkatkan Ekonomi di Galeri Tenun Ikat Kampung Adat

Arsitektur tradisional yang menjadi fokus film dokumenter adalah rumah adat masyarakat Ngadha yang dinamakan sao meze saka pu’u. Karakter arsitektur sa’o saka pu’u, terbentuk dari beberapa keunikan yang terkait dengan beberapa aspek antara lain; penamaan rumah, sistem jaringan rumah, klasifikasi simbolik dualisme/oposisi binari, dan proses daur hidup.

Film dokumenter itu juga akan menyajikan sisi tektonis, atau bagaimana sa’o menunjukkan teknologi dan pengetahuan teknik yang berkelanjutan dan bertahan terhadap karakter lokasi geografik wilayah cincin api (ring of fire).

Acara pemutaran film perdana tersebut mencakup kegiatan pemutaran film, talk show, diskusi (dengan pembicara dari akademisi, budayawan dan profesional arsitek) dan penggalangan dana. Film dokumenter itu dibuat di Kampung Tololela, Kecamatan Jerebu'u,Kabupaten Ngadha, Flores, NTT.

Film dokumenter merupakan media yang atraktif dan efektif untuk menyebarkan wawasan pengetahuan arsitektur vernakular. Dengan demikian, keunikan dan pengetahuan arsitektur vernakular tidak lagi eksklusif atau sebatas konsumsi para akademisi, budayawan maupun wisatawan namun juga bagi masyarakat umum dalam lokal maupun internasional.

“Diharapkan melalui film ini, LDAV dapat memperkenalkan arsitektur tradisional ke ranah publik dengan cara-cara yang dapat membangkitkan minat dan rasa ingin tahu publik. Dengan demikian masyarakat luas akan mengenal kehidupan maupun kearifan budaya masyarakat tradisional,” tutup Dalhar. (RO/OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya