Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Menag Minta Guru Agama Tepis Ajaran Intoleran

Gana Buana
14/12/2019 12:21
Menag Minta Guru Agama Tepis Ajaran Intoleran
Menteri Agama Fachrul Razi(MI/Susanto)

MENTERI Agama (Menag) Fachrul Razi menilai guru Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah benteng terkuat dalam menjaga moral bangsa. Mereka berperan penting dalam pembangunan karakter bangsa Indonesia yang tangguh untuk menghadapi tantangan zaman.

“Mereka juga diharapkan dapat berperan aktif mengendalikan paham-paham keagamaan yang intoleran dan cenderung radikal melalui proses pembelajaran PAI yang bermakna dan mencerdaskan,” ungkap Fachrul dalam acara Sarasehan Bulan Bakti dan Peluncuran Buku Teks PAI di Bekasi, Sabtu (14/12).

Fachrul mengatakan, peran guru PAI dalam pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki moral, akhlak, etika beragama dan berbudaya, sungguh sangat penting. Sebab, dalam sistem pendidikan nasional, di sekolah terdapat 37,7 juta anak muslim atau 83,2% dari jumlah total siswa anak usia sekolah di tingkat dasar dan menengah (SD, SMP, SMA/SMK) yang mencapai 45,3 juta anak.

“Dengan jumlah sebanyak ini, saya dapat katakan keberhasilan PAI dapat menjadi tonggak kesuksesan pembangunan moral spiritual bangsa. Demikian pula sebaliknya jika PAI gagal, maka carut marut moral spiritual bangsa akan terasa dalam setiap sisi kehidupan kita,” jelas Fachrul.

Baca juga: Hasil Survei KUB 2019: Tak Ada Daerah Tidak Rukun dan Intoleran

Untuk itu, guru PAI harus mampu memberikan asupan gizi pengetahuan keagamaan dan kesadaran beragama yang tepat. Pengetahuan keagamaan yang intoleran, misalnya, tidak relevan untuk diajarkan dalam mata pelajaran PAI di sekolah.

“Kita hidup di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang menjunjung tinggi penghargaan atas keragaman. Di Tanah Air, kita hidup dengan berbagai suku, bangsa, bahasa, agama, dan bahkan aliran kepercayaan,” lanjut dia.

Perspektif multikultur dan multiagama amat penting untuk diajarkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dasar pengakuan terhadap perbedaan dan keunikan inilah yang sejatinya meniscayakan kita pada pandangan yang moderat dalam berbagai aspek kehidupan.

“Sikap moderat (wasathiyah) ini menjadi penting untuk dikembangkan di negara kita dengan beberapa catatan,” tuturnya.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik