Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
DALAM penelitian yang diterbitkan pada Kamis (19/9) di Jurnal Science dan melibatkan tujuh lembaga, diungkapkan bahwa sejak 1970 populasi burung di Amerika Serikat dan Kanada telah menurun drastis.
Dalam studi tersebut, para peneliti melihat data yang diambil dalam waktu 50 tahun. Selain itu, mereka menggunakan data dari 143 stasiun radar cuaca dan melakukan survei terhadap 529 burung di Amerika Serikat dan Kanada.
Hasilnya, penelitian yang dipimpin Ken Rosenberg, ilmuwan senior di Cornell Lab of Ornithology dan American Bird Conservancy, mengungkapkan angka penurunan populasi burung mencapai 29%, atau hampir 3 miliar burung. Dari jumlah itu, 90%-nya ialah 12 keluarga burung, termasuk pipit, warbler, dan ketilang.
Lebih lanjut, populasi burung padang rumput juga terpukul. Sekitar 53% populasinya atau lebih dari 720 juta ekor berkurang sejak 1970.
Populasi burung pantai, yang sebagian besar berhabitat di pesisir yang sensitif, juga tak kalah terkuras. Jumlah populasi mereka sudah sangat rendah dan mereka telah kehilangan lebih dari sepertiga populasi.
Selain itu, data lain menunjukkan bahwa volume migrasi burung di musim semi, diukur dengan radar di langit malam, telah turun 14% hanya dalam satu dekade terakhir.
Menurut peneliti, penurunan populasi burung-burung tersebut menjadi tanda sistem alam di AS dan Kanada saat ini sangat terpengaruh oleh aktivitas manusia sehingga mereka tidak lagi mendukung populasi satwa liar yang kuat dan sama.
Tak hanya di AS dan Kanada, diperkirakan penurunan populasi burung juga terjadi di daerah lain. Rekan penulis Peter Marra, Direktur Georgetown Environment Initiative di Universitas Georgetown, mengatakan data tersebut konsisten dengan tempat lain dengan taksa lain yang menunjukkan penurunan besar-besaran, termasuk serangga dan amfibi.
Penyebab penurunan
Meskipun penelitian ini tidak menganalisis penyebab penurunan, John Sauer dari Survei Geologi AS (USGS), mencatat faktor terbesar yang mendorong penurunan ini ialah kemungkinan hilangnya dan degradasi habitat secara luas, terutama karena intensifikasi pertanian dan urbanisasi.
Selain itu, studi lain mengungkapkan kematian burung terjadi akibat predasi kucing, tabrakan dengan kaca, bangunan, dan penggunaan pestisida secara luas yang terkait dengan penurunan luas serangga, sumber makanan penting bagi burung.
Lebih lanjut, di masa depan perubahan iklim juga diperkirakan menambah tantangan penurunan populasi burung karena dapat mengubah habitat dan mengancam komunitas tanaman yang diperlukan burung untuk bertahan hidup.
Kevin Gaston, ahli biologi konservasi di University of Exeter, mengatakan temuan baru menandakan sesuatu yang lebih besar, yakni hilangnya alam liar.
Spesies burung umum sangat penting bagi ekosistem. Ketika burung-burung ini menghilang, habitat sebelumnya sering kali tidak sama.
Selama beberapa dekade, ahli ornitologi profesional telah dibantu sepasukan pengamat burung amatir yang berdedikasi dengan mengirimkan pengamatan mereka ke basis data dan membantu melaksanakan survei populasi burung setiap tahun. (Sciencedaily/NSF/Rkp/L-2)
TIM peneliti asal Korea Selatan berhasil menciptakan inovasi baru pengalihan molekuler yang bisa membalikkan transisi sel kanker menjadi tidak ganas.
Vitamin D kerap diasosiasikan sebagai suplemen yang mampu memperlambat penuaan. Vitamin D memang penting untuk membangun otot dan tulang.
Penelitian ini berawal dari kearifan lokal masyarakat Jawa yang telah lama memanfaatkan sarang tawon angkut-angkut untuk menyembuhkan luka, terutama pada bekas khitan.
Perpanjangan kerja sama ini merupakan tonggak penting hubungan dan kolaborasi kedua perguruan tinggi yang telah berjalan selama 10 tahun.
Para peneliti dari Vesuvius Challenge berhasil menguraikan gulungan naskah PHerc. 172 yang terkubur akibat letusan Gunung Vesuvius, mengungkap judul dan penulisnya.
Jika kita menyeduh kopi, butiran kopi bubuk akan terekspos air panas. Air panas ini akan mengekstraksi komponen yang dikandung kopi seperti aroma, minyak, dan bagian lainnya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved