Tarsius, Primata Asal Sulawesi yang Paling Setia

Atikah Ishmah Winahyu
24/9/2019 12:39
Tarsius, Primata Asal Sulawesi yang Paling Setia
Tarsius di Taman Wisata Alam (TWA) Batu Putih, Bitung, Sulawesi Utara(MI/Atikah Ishmah Winahyu)

TARSIUS, primata terkecil di dunia ini merupakan hewan endemik asal Sulawesi. Mata bulat dengan ukuran tubuh sebesar kepalan tangan orang dewasa atau berat sekitar 120 gram membuat Tarsius tampak menggemaskan.

Tarsius biasa tinggal di dalam batang pohon yang berongga atau rimbun seperti beringin dan bambu. Jika sudah merasa nyaman berdiam di suatu pohon, Tarsius bisa menetap di sana dalam waktu yang cukup lama.

Tarsius hidup secara berkeluarga yang biasanya bisa beranggotakan lima hingga enam ekor tarsius.

Uniknya, mamalia ini merupakan hewan setia yang hanya memiliki satu pasangan seumur hidup atau monogami. Jika pasangannya mati, Tarsius tidak akan mencari pengganti yang lain.

"Biasanya kalau yang jantan mati, lama-lama pasangan betinanya juga mati. Jadi kalau orang jual satu Tarsius, sama saja membunuh dua ekor," terang Koordinator Lapangan Kawasan Pelestarian Alam Tangkoko Enhancing The Protected Area System in Sulawesi (E-PASS) Lilik Yuliarso kepada Media Indonesia di Taman Wisata Alam (TWA) Batu Putih, Bitung, Sulawesi Utara, Selasa (24/9).

Baca juga: Pembangunan Ekowisata Bekantan Kabupaten Tapin Terus Dikembangkan

Apabila ingin melihat Tarsius lebih dekat, bisa berkunjung ke Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK) Tangkoko tepatnya di TWA Batu Putih, Bitung, Sulawesi Utara. Wisatawan lokal maupun mancanegara biasanya datang saat subuh dan malam hari untuk melihat hewan nokturnal, aktif di malam hari ini.

Jika beruntung, pengunjung dapat melihat keluarga Tarsius yang menetap di salah satu pohon di kawasan TWA Batu Putih. Lilik memperkirakan Tarsius yang hidup di kawasan Tangkoko jumlahnya tidak sampai ratusan.

"Kalau yang sering dilihat (pengunjung) cuma lima ekor yang di pohon itu, sepertinya mereka sudah kontrak di situ," imbuhnya.

Sekarang, hewan pemakan serangga ini menjadi salah satu satwa yang hampir punah. Kerusakan habitat dan maraknya perburuan Tarsius untuk dijual dan dijadikan binatang peliharaan menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup satwa lucu ini.

Oleh karena itu, pihak KPHK Tangkoko terus berupaya melakukan sosialisasi pada masyarakat sekitar agar tidak melakukan perburuan ilegal dan melestarikan alam sehingga satwa-satwa yang hampir punah seperti Tarsius tidak kehilangan habitatnya.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya