Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Jawa, NTB, NTT dan Bali Prioritas untuk Hujan Buatan

Dhika kusuma winata
26/8/2019 18:00
Jawa, NTB, NTT dan Bali Prioritas untuk Hujan Buatan
Plt Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Agus Wibowo(ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

BADAN Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyiapkan operasi hujan buatan atau teknologi modifikasi cuaca (TMC) di sejumlah wilayah yang dilanda kekeringan berkepanjangan.

Daerah di Pulau Jawa, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Bali akan menjadi prioritas karena cuaca hari tanpa hujan di wilayah-wilayah tersebut rata-rata sudah tiga bulan lebih berlangsung.

"Secepatnya akan dilakukan modifikasi cuaca untuk mengatasi kekeringan. Kami juga menunggu potensi awan hujan yang cukup untuk mendorong hujan buatan," kata Plt Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Agus Wibowo dihubungi Media Indonesia, Senin (26/8).

Agus mengatakan pihaknya saat ini sedang mengajukan bantuan dua pesawat dari TNI untuk melakukan operasi TMC. Operasi tersebut mengandalkan penyemaian awan (cloud seeding) menggunakan bahan-bahan yang bersifat higroskopik (menyerap air), seperti garam, sehingga proses pertumbuhan butir-butir hujan dalam awan akan meningkat.

Baca juga: BNPB Siapkan Hujan Buatan

Agus mengatakan metode TMC juga bergantung kondisi cuaca. Jika terdapat awan banyak, hujan buatan yang dilakukan bisa cepat.

"Kalau ada awan-awan potensial maka bisa dalam 1-2 hari setelah penyemaian dilakukan bisa menjadi hujan. Agar cukup hujannya maka bisa dilakukan sekitar satu bulanan operasi penyemaian," ujarnya.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan lebih dari 92% wilayah Indonesia telah masuk musim kemarau. Puncak kemarau akan berlangaung selama Agustus-September.

BMKG juga memprediksi kekeringan akibat musim kemarau yang terjadi saat ini akan berlanjut hingga tiga bulan ke depan. Hal itu karena awal musim hujan diprediksi mundur pada akhir November atau awal Desember mendatang.

BMKG sebelumnya memprediksi terjadinya fenomena El Nino tingkat lemah. Saat ini, El Nino lemah telah berakhir sehingga anomali suhu laut di Samudra Pasifik kembali netral.

Namun, suhu muka air laut di wilayah Samudra Hindia sebelah barat Sumatra dan perairan Indonesia di bagian selatan ekuator teroantau lebih dingin dari suhu normal (260°-270°C).

Hal itu mengakibatkan proses penguapan air laut lebih sulit terjadi dan pembentukan awan-awan hujan juga menjadi berkurang. Akibatnya, curah hujan menjadi rendah dan berakibat mundurnya musim hujan.(OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya