Selasa 20 Agustus 2019, 21:55 WIB

Plus Minus Rektor Asing di Mata Diaspora Indonesia

Syarief Oebaidillah | Humaniora
Plus Minus Rektor Asing di Mata Diaspora Indonesia

MI/Bay
Salah seorang diaspora Indonesia, Sastia Prama Putri, saat mengikuti acara Kemenristekdikti di Jakarta, Selasa (20/8).

 

RENCANA pemerintah melalui Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yang akan mendatangkan rektor asing bagi perguruan tinggi di Indonesia mendapat komentar beragam dari kalangan diaspora Indonesia (warga negara Indonesia yang bermukim di luar negeri) yang sedang mengikuti Simposium Cendekiawan Kelas Dunia (SCKD) gelaran Direktorat Jenderal Sumber Daya Iptek Dikti (SDID) Kemenristekdikti di Jakarta.

Sastia Prama Putri, asisten profesor Osaka University Jepang, misalnya, berpendapat, masih banyak warga negara Indonesia yang berkualitas, memahami kultur dan kearifan lokal Indonesia, yang lebih pantas memimpin perguruan tinggi di negeri sendiri.

Akan tetapi, lanjut dia, karena pemerintah telah membuka kesempatan ini (mendatangkan rektor asing) guna meningkatkan persaingan, wacana tersebut tidak menjadi masalah.

"Asalkan rektor asing tidak mendapat perlakuan khusus yakni melalui kompetisi yang setara saya kira tidak menjadi masalah," kata Sastia menjawab Media Indonesia usai sesi Diaspora Talks SCKD Ditjen SDID Kemenristek Dikti, Selasa (20/8).

Sastia, yang menempuh Magister dan Doktor Bidang Bioteknologi di Osaka University ini, menilai ada plus minus mendatangkan rektor asing.


Baca juga: BPJS Akui Utang Obat tapi Tetap Bayar pada RS


"Nilai plus atau positifnya rektor asing dapat memberikan sudut pandang dan pemikiran yang mungkin out of the box. Serta solusi–solusi baru berdasarkan pengalaman di negara asal sang rektor asing itu," cetus alumnus Institut Teknologi Bandung ini.

Adapun negatif atau minusnya, lanjut Sastia, rektor asing tersebut dipastikan memerlukan adaptasi dalam menerapkan policy atau kebijakan dari luar di kampus yang akan dipimpinnya.

"Intinya rektor asing harus mengerti budaya lokal juga," cetus peraih penghargaan Outstanding Contribution in Education dari Osaka University atas jasanya menjembatani membuka program Double Degree ITB dengan Osaka University.

Diaspora Indonesia lainnya, Bagus Putra Mulyadi, berpendapat, meski rencana impor rektor asing cukup positif, ia lebih mengusulkan membangun kultur akademik yang baik dan budaya riset yang baik terlebih dulu.

"Sebagai pribadi sebaiknya kita membangun kultur akademik terlebih dahulu serta membangun budaya riset yang kompetitif. Kampus di Inggris budaya akademiknya sudah baik, siapa pun rektornya pasti bagus. Di Inggris banyak rektor dari luar negeri juga," kata Bagus yang juga asisten profesor di Nottingham University, Inggris. (OL-1)

Baca Juga

Antara/Makna Zaezar.

Manakah yang Lebih Ampuh Mengatasi Anemia, Sayuran Hijau atau Daging?

👤Meilani Teniwut 🕔Kamis 23 Maret 2023, 22:15 WIB
Lalu, pertanyaannya manakah yang lebih ampuh untuk mengatasi anemia apakah sayuran hijau atau daging? Nah, mau tahu jawabnya, yuk...
Ist

Stimuno Turut Kampanyekan Sirop Obat Aman untuk Anak

👤mediaindonesia.com 🕔Kamis 23 Maret 2023, 21:59 WIB
BPOM selalu melakukan pengawasan ketat. Perusahaan farmasi diminta untuk melakukan pengujian dan pembuktian sistem jaminan...
MI/HO

PW DMI Banten Tolak Muktamar DMI Ke-VIII Diselenggarakan Pasca Pilpres 2024

👤mediaindonesia.com 🕔Kamis 23 Maret 2023, 21:57 WIB
KETUA Pengurus Wilayah (PW) Dewan Masjid Indonesia (DMI) Banten, KH. Muhammad Rasna Dahlan secara tegas menolak hasil Rapimnas DMI yang...

E-Paper Media Indonesia

Baca E-Paper

Berita Terkini

Selengkapnya

Top Tags

BenihBaik.com

Selengkapnya

MG News

Selengkapnya

Berita Populer

Selengkapnya

Berita Weekend

Selengkapnya