Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
PARKINSON pernah membuat meritha, 48, merasa begitu terpuruk. Bagaimana tidak, sebagai istri dan ibu tiga anak, dia merasa tak mampu menjalankan perannya. Penyakit degeneratif itu membuatnya sulit bergerak. Otomatis, dia sangat bergantung pada keluarga.
“Saya sempat mengalami masa-masa ketika saya hanya bisa tiduran, mau apa-apa harus dibantu. Di masa-masa itulah saya pernah mencoba bunuh diri,” tutur Meritha saat hadir pada diskusi kesehatan yang digelar Siloam Hospitals Kebon Jeruk, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Dia mengisahkan, awalnya dia terjatuh di kamar mandi, kepalanya terbentur lantai. Saat itu dia pingsan berjam-jam, tapi sesudahnya dia merasa pulih.
Selang beberapa waktu, gejala parkinson mulai muncul. Dimulai dari getaran ringan di tangan, yang menurutnya tak terlalu mengganggu. Namun, lama-kelamaan, gejala itu kian parah. Muncul gerakan-gerakan tak terkontrol, juga kaku-kaku otot. Kondisi itu membuatnya sangat sulit bergerak. “Bertahun-tahun saya merasakan gejala itu,” tuturnya.
Hingga akhirnya, atas rekomendasi dokter di tempat kerja suaminya, Meritha menjalani operasi. “Alhamdulillah, sekarang sudah jauh membaik. Masih dalam masa pemulihan, tapi sehari-hari saya sudah mandiri, tidak bergantung ke keluarga, bahkan sudah bisa jalan-jalan ke mal,” selorohnya.
Dokter yang menangani Meritha, dr Frandy Susatia SpS, menjelaskan parkinson merupakan penyakit degeneratif saraf dengan gejala yang paling sering dijumpai seperti tremor pada saat beristirahat di satu sisi badan, kesulitan memulai pergerakan, dan kekakuan otot. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja tanpa memandang ras, jenis kelamin, status sosial, maupun lokasi geografis.
“Sampai saat ini belum diketahui apa penyebab parkinson. Ada faktor-faktor lain yang memengaruhi timbulnya parkinson, termasuk faktor genetik,” terang dokter spesialis saraf dari Parkinson’s and Movement Disorder Center SHKJ itu.
Gejala parkinson muncul ketika sel-sel penghasil dopamin dalam otak tidak mampu lagi menghasilkan dopamin dalam jumlah cukup. Padahal, fungsi dopamine ialah untuk mengontrol gerakan. Ketika dopamin berkurang, gerakan tubuh pun menjadi tidak terkontrol.
Operasi DBS
Pengobatan parkinson, lanjut Frandy, ditujukan untuk meringankan gejala dan memperbaiki kualitas hidup penderita. Langkah pertama dilakukan dengan pemberian obat oral. Jika obat oral gagal, untuk kasus tertentu, solusi lainnya ialah menyuntikkan botulinum toxin (botox) ke dalam otot. Solusi lain, jika obat-obatan sudah tidak efektif, perlu dilakukan tindakan operasi stimulasi otak dalam atau deep brain stimulation (DBS).
”Operasi DBS memungkinkan sel dopamin dalam otak dapat dirangsang untuk memproduksi dopamin dan bekerja optimal kembali sehingga gejala penyakit parkinson dapat diatasi dan dosis obat berkurang,” terang dr Made Agus Mahendra Inggas SpBS, dokter spesialis bedah saraf dari Parkinson’s and Movement Disorder Center SHKJ.
DBS merupakan operasi untuk mengatasi tremor, kaku, dan gerak yang lambat. Teknik operasi ini dilakukan melalui penanaman elektroda atau chip pada area tertentu di otak bagian dalam.
Elektroda atau chip tersebut dihubungkan dengan kabel ke baterai yang diletakkan di dalam dada sebagai sumber arus listrik. “Rata-rata pasien merasakan peningkatan perbaikan motorik sekitar 75%-87% setelah dioperasi pada keadaan tanpa obat,” kata Frandy. (Nik/H-2)
Dilansir dari The Atlantic, pareidolia merupakan fenomena psikologi saat setiap orang dapat melihat bentuk tertentu pada gambar biasa, namun persepsinya cenderung berbeda dengan orang lain.
Penelitian menunjukkan bahwa pemeriksaan atau ujian mata yang sederhana dapat segera mewujudkan deteksi parkinson lebih awal.
Sebuah studi terbaru mengungkap konsumsi lebih dari 11 porsi makanan ultra-olahan per hari dapat meningkatkan risiko munculnya gejala awal penyakit Parkinson hingga 2,5 kali lipat.
PENYAKIT parkinson merupakan kondisi gangguan neurodegeneratif progresif yang mempengaruhi sistem saraf, terutama bagian otak yang mengontrol gerakan.
Kalau putus obat jadi kambuh lagi, kaku otot, persendian jadi terganggu sehingga gejala Parkinsonnya tidak bisa tertangani dengan baik jadi kalau bisa tidak putus obat.
Banyak begadang, atau konsumsi alkohol, minum-minuman keras terutama dan narkoba, itu langsung otak akan turun fungsinya, hormon berantakan terutama dopamin.
Para peneliti menemukan, reseptor panas menjadi aktif ketika suhu naik di atas 77 derajat Fahrenheit atau 25 derajat celcius yang nyaman.
Tanpa disadari, hipertensi bisa merusak organ selama bertahun-tahun sebelum ada gejala. Apabila tidak diobati, hipertensi dapat menyebabkan disabilitas.
Profil pasien dengan gangguan saraf bergeser ke usia produktif, mulai 20 sampai 30 tahun ke atas.
Sistem saraf mengatur dan mengontrol fungsi tubuh dan aktivitas. Sistem saraf terdiri dari dua bagian yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.
Dalam dunia medis, tangan yang sering kesemutan disebut dengan parestesia jari. Kondisi ini didasari oleh gangguan saraf atau pembuluh darah di bagian tubuh tersebut.
Namun, korelasi tersebut tidak tampak pada pria.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved