Headline
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan
PARA peneliti di Australia mengembangkan gel biodegradable inovatif yang dapat menggantikan kebutuhan pasien Parkinson untuk minum obat beberapa kali sehari. Cukup dengan suntikan sekali seminggu, gel ini perlahan melepaskan dua obat utama Parkinson—levodopa dan carbidopa—selama tujuh hari penuh, membantu mengontrol tremor dan kekakuan tanpa efek samping akibat fluktuasi dosis.
Penelitian ini dilakukan oleh ilmuwan University of South Australia (UniSA) dan dipublikasikan di Drug Delivery and Translational Research. Temuan ini berpotensi mengubah kehidupan lebih dari 8 juta penderita Parkinson di seluruh dunia.
Parkinson adalah penyakit neurologis kedua paling umum setelah Alzheimer. Saat ini, gejalanya—tremor, kekakuan, dan gerakan lambat—dikelola dengan obat oral yang harus diminum beberapa kali sehari. Namun, jadwal dosis yang rumit ini menjadi beban berat, terutama bagi lansia atau pasien dengan kesulitan menelan, sehingga sering menyebabkan kadar obat yang tidak stabil, efek samping meningkat, dan penurunan efektivitas terapi.
“Levodopa adalah terapi utama untuk Parkinson, tetapi karena durasinya singkat, pasien harus meminumnya berkali-kali dalam sehari,” jelas Prof. Sanjay Garg dari UniSA’s Centre for Pharmaceutical Innovation. “Dengan suntikan mingguan ini, pengobatan bisa lebih sederhana, konsisten, dan meningkatkan kepatuhan pasien. Ini bisa menjadi terobosan besar dalam perawatan Parkinson.”
Gel ini disuntikkan ke bawah kulit atau otot menggunakan jarum halus. Setelah itu, gel perlahan melepaskan levodopa dan carbidopa selama tujuh hari, menjaga kadar obat tetap stabil dalam darah.
Inovasi ini memanfaatkan kombinasi polimer biodegradable PLGA yang sudah disetujui FDA dan Eudragit L-100, polimer sensitif pH, untuk mengontrol pelepasan obat.
“Setelah bertahun-tahun penelitian, sangat memuaskan melihat inovasi ini mencapai tahap paten,” kata Deepa Nakmode, mahasiswa PhD UniSA.
Selain untuk Parkinson, teknologi suntikan mingguan ini juga berpotensi digunakan pada penyakit kronis lain seperti kanker, diabetes, nyeri kronis, infeksi jangka panjang, dan gangguan neurodegeneratif lainnya. Sistem ini bahkan bisa disesuaikan untuk melepaskan obat dalam beberapa hari hingga beberapa minggu, tergantung kebutuhan terapi.
Langkah selanjutnya, para ilmuwan UniSA berencana memulai uji klinis dan menjajaki peluang komersialisasi agar inovasi ini bisa segera dimanfaatkan pasien.
“Mengurangi frekuensi pengobatan dari beberapa kali sehari menjadi sekali seminggu bukan hanya meningkatkan terapi, tapi juga meningkatkan kualitas hidup pasien,” tegas Prof. Garg. (Science Daily/Z-2)
Peneliti ETH Zurich berhasil menciptakan lebih dari 400 jenis sel saraf dari sel induk manusia menggunakan kombinasi morfogen dan rekayasa genetik.
Peneliti Stanford temukan menghambat enzim LRRK2 dapat memulihkan silia sel otak pada penderita Parkinson genetik.
Dilansir dari The Atlantic, pareidolia merupakan fenomena psikologi saat setiap orang dapat melihat bentuk tertentu pada gambar biasa, namun persepsinya cenderung berbeda dengan orang lain.
Penelitian menunjukkan bahwa pemeriksaan atau ujian mata yang sederhana dapat segera mewujudkan deteksi parkinson lebih awal.
Sebuah studi terbaru mengungkap konsumsi lebih dari 11 porsi makanan ultra-olahan per hari dapat meningkatkan risiko munculnya gejala awal penyakit Parkinson hingga 2,5 kali lipat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved