Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
VOKALIS D'Masiv, Rian Ekky Pradipta, 32, berbagi ilmu dan pengalamannya untuk komunitas musisi di Ciledug dan sekitarnya, belum lama ini. Acara yang dibungkus dalam sebuah diskusi itu berisi kalimat-kalimat penyemangat untuk musisi yang tengah berjuang dengan warna musiknya masing-masing.
Ketika tiba giliran Rian berbicara, ia menumpahkan pengalamannya di hadapan peserta diskusi. Menurutnya, pengetahuan soal musik penting bagi pelaku di industri permusikan. Dia menganggap perbendaharaan musik bakal memperkaya karya.
"Sebelum nyemplung ke politik, saya sering ngobrol sama Mas Dhani Dewa. Saya penasaran kenapa Mas Dhani bikin lagu enak banget. Pertama, memang produksi albumnya mahal. Tapi itu bukan satu-satunya faktor. Menurut saya karena Mas Dhani pengetahuannya 'gila'. Kaset, piringan hitam banyak," kata Rian.
Untuk sebuah grup band, Rian mewanti-wanti agar visi dan misi personel band harus ditekankan sejak awal sehingga arah tujuan bermusik grup itu sama. Hal itu juga yang dilakukan grup band D'Masiv yang digawanginya bersama Dwiki Aditya Marsall (gitaris), Nurul Damar Ramadan (gitaris), Rayyi Kurniawan Iskandar Dinata (bassist), dan Wahyu Piadji (drumer).
"Kita harus memulai sesuatu dengan keyakinan enggak boleh setengah-setengah. Nyanyi dengan sepenuh hati. Jadikan musik sebagai kebutuhan. Terkenal dapat uang banyak itu bonus," terangnya.
Grup band D'Masiv pertama kali dibentuk pada 3 Maret 2003. Nama D'Masiv diambil dari kata massive yang diharapkan bisa membawa band itu mencapai hasil terbaik sepanjang kariernya. Nama mereka mulai melambung setelah berhasil memenangi kompetisi musik pada 2007.
Setahun kemudian, album pertama berjudul Perubahan pun dirilis dengan Cinta ini Membunuhku sebagai lagu andalannya. Pada 2009, D'Masiv merilis mini album baru yang berisi dua buah lagu berjudul Mohon Ampun Aku dan Jangan Menyerah. Band ini menyabet gelar sebagai grup band terbaik di Anugerah Musik Indonesia (AMI) Awards 2010.
Sering berkaca
Sekian tahun bergelut dengan musik, laki-laki kelahiran Yogyakarta, 17 November 1986, itu mengaku bermusik telah menjadi sebuah kebutuhan seperti udara yang setiap hari ia hirup. Rian yakin karya yang diciptakan akan mendapat tempat di hati orang.
"Kalau ada dua orang yang nonton kita hibur saja. Jangan remehkan penonton. Jangan 'lemas' mainnya, mulai dua orang yang nonton enggak apa-apa," paparnya.
Dalam kiprahnya selama ini, Rian juga tak segan-segan mengevaluasi apa yang telah dilakukannya. Kaca dijadikan media untuk Rian memompa kepercayaan diri. Menurutnya, dengan berkaca kita bisa mengetahui kelemahan dan kelebihan kita.
"Nyanyi sambil ngaca. Jangan takut dikira orang gila. Bayangkan saja saat ngaca itu kita berada di depan penonton. Kita latihan. Kalau kita engggak ngaca, kita enggak tahu. Banyak-banyak ngaca, kita tahu angle mana yang kita tonjolin," saran ayah dari Euralia Cassidy Rian itu. (Medcom.id/H-2)
Di pertengahan 2025 ini, Laura Pradipta (vokal) memutuskan untuk hiatus dari ArumtaLa dalam waktu yang tidak bisa ditentukan sehingga duo itu tinggal menyisakan Arini Kumara.
Lewat Teman Sejati?, Jenaka Mahila mengajak penikmat musik untuk merenungi arti sebenarnya dari sebuah persahabatan.
Bagi Prass, pengalaman ini membuat proses penulisan lagunya menjadi lebih ‘mindful’ dan percaya diri.
Serba Salah dari Giant Jay menyuarakan realita sehari-hari: ketika tubuhmu, pilihanmu, bahkan dompetmu bisa jadi bahan penghakiman.
Lagu ini awalnya ditulis Dhendy Mawardi untuk anaknya, sebagai pesan bahwa hidup tidak selalu berjalan mulus. Ada kalanya kita akan dihadapkan pada masalah, ketidaknyamanan, atau kekecewaan.
Lewat lagu Slow Dance in the Diner, Chris LaRocca mengajak pendengarnya ikut merasakan hangatnya momen-momen kecil yang bisa terjadi saat sedang jatuh cinta.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved