Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
ERUPSI besar Gunung Anak Krakatau yang berakibat tsunami di pesisir pantai Selat Sunda pada Sabtu (22/12) lalu membuat tinggi gunung tersebut berkurang.
Hal ini diketahui dari analisis Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM).
Dalam konferensi pers hari ini, Sabtu (29/12) Sekretaris Badan Geologi Antonius Ratdomopurbo mengungkapkan sebelum terjadi erupsi besar pada pukul 21.27 WIB itu, tinggi Gunung Anak Krakatau adalah 338 meter.
Ketika diamati melalui Pos Pantau Pasauran, Carita, Banten milik Badan Geologi tinggi Gunung Anak Krakatau hanya 110 meter.
"Sekarang ini ya tingginya kira-kira hanya 110 meter. Di dalam foto yang kita ambil dari Pos Pasauran itu bahkan tingginya tidak melebihi dari Pulau Setung," kata Antonius di Kementerian ESDM, Jakarta.
Baca juga: Peringatan Tsunami bagi Urgensi Habitat Kedua Badak Jawa
Ia pun melanjutkan karena berkurangnya tinggi Gunung Anak Krakatau secara drastis membuat masyarakat beropini bahwa gunung itu telah menghilang. Menurutnya Gunung Anak Krakatau masih ada hanya ketinggiannya serta lerengnya telah berkurang drastis.
Tidak seperti sebelumnya, letusan Gunung Anak Krakatau kali ini juga tidak turut menambah tinggi gunung karena perbedaan tipe letusan gunung yang dialaminya.
Sejak tahun 1920-an Gunung Anak Krakatau memiliki tipe letusan strombolian yakni lahar mengalir dari kawah puncak perlahan dan mengeras menjadi lereng yang menambah tinggi gunung.
Namun, pada erupsi tepat sepekan lalu, letusan yang terjadi adalah tipe surtseyan yakni lahar yang keluar langsung mengalir menjauhi kawah menuju laut dan bertemu dengan air laut.
"Titik terjadinya letusan surtseyan itu ada kira-kira di perbatasan antara lereng Gunung Anak Krakatau yang baru dengan permukaan laut. Jadi magma menyentuh air laut dan menjadikan letusan surtseyan bukan strombolian. Karena magma menyentuh ke air maka tiba-tiba dia meledak maka disebut juga secondary eksplotion. Nah, ledakan ini yang menjadikan magma itu berubah terlempar menjadi abu," ujarnya. (OL-3)
Masyarakat dan nelayan diimbau untuk tidak mendekati kawasan Gunung Anak Krakatau pada radius lima kilometer.
Adapun, status Gunung Marapi masih berada pada status waspada level II.
Polda Banten mengimbau masyarakat di pesisir untuk mewaspadai erupsi Gunung Anak Krakatau (GAK) di Perairan Selat Sunda.
GUNUNG Anak Krakatau di perairan Selat Sunda, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, kembali mengeluarkan erupsi pada pukul 02.42 WIB.
Terkait anggaran perbaikan buoy, Wapres menyebut, semestinya tidak menjadi masalah karena dapat dilakukan secara bertahap.
Letusan gunung berapi yang paling berbahaya dari semua jenis yang ada di dunia adalah letusan tipe Plinian.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved