Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Erupsi Besar Akibatkan Tinggi Gunung Anak Krakatau Berkurang

Putri Anisa Yuliani
29/12/2018 11:35
Erupsi Besar Akibatkan Tinggi Gunung Anak Krakatau Berkurang
(ANTARA)

ERUPSI besar Gunung Anak Krakatau yang berakibat tsunami di pesisir pantai Selat Sunda pada Sabtu (22/12) lalu membuat tinggi gunung tersebut berkurang. 

Hal ini diketahui dari analisis Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM).

Dalam konferensi pers hari ini, Sabtu (29/12) Sekretaris Badan Geologi Antonius Ratdomopurbo mengungkapkan sebelum terjadi erupsi besar pada pukul 21.27 WIB itu, tinggi Gunung Anak Krakatau adalah 338 meter. 

Ketika diamati melalui Pos Pantau Pasauran, Carita, Banten milik Badan Geologi tinggi Gunung Anak Krakatau hanya 110 meter.

"Sekarang ini ya tingginya kira-kira hanya 110 meter. Di dalam foto yang kita ambil dari Pos Pasauran itu bahkan tingginya tidak melebihi dari Pulau Setung," kata Antonius di Kementerian ESDM, Jakarta.

 

Baca juga: Peringatan Tsunami bagi Urgensi Habitat Kedua Badak Jawa

 

Ia pun melanjutkan karena berkurangnya tinggi Gunung Anak Krakatau secara drastis membuat masyarakat beropini bahwa gunung itu telah menghilang. Menurutnya Gunung Anak Krakatau masih ada hanya ketinggiannya serta lerengnya telah berkurang drastis.

Tidak seperti sebelumnya, letusan Gunung Anak Krakatau kali ini juga tidak turut menambah tinggi gunung karena perbedaan tipe letusan gunung yang dialaminya. 

Sejak tahun 1920-an Gunung Anak Krakatau memiliki tipe letusan strombolian yakni lahar mengalir dari kawah puncak perlahan dan mengeras menjadi lereng yang menambah tinggi gunung.

Namun, pada erupsi tepat sepekan lalu, letusan yang terjadi adalah tipe surtseyan yakni lahar yang keluar langsung mengalir menjauhi kawah menuju laut dan bertemu dengan air laut.

"Titik terjadinya letusan surtseyan itu ada kira-kira di perbatasan antara lereng Gunung Anak Krakatau yang baru dengan permukaan laut. Jadi magma menyentuh air laut dan menjadikan letusan surtseyan bukan strombolian. Karena magma menyentuh ke air maka tiba-tiba dia meledak maka disebut juga secondary eksplotion. Nah, ledakan ini yang menjadikan magma itu berubah terlempar menjadi abu," ujarnya. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya