Headline

Bansos harus menjadi pilihan terakhir.

Laufey Tuangkan Kegundahan Mengenai Standar Kecantikan Lewat Single Snow White

Basuki Eka Purnama
08/8/2025 20:37
Laufey Tuangkan Kegundahan Mengenai Standar Kecantikan Lewat Single Snow White
Laufey(MI/HO)

PENYANYI, komposer, produser, dan multiinstrumentalis berdarah Islandia-Tiongkok peraih penghargaan Grammy, Laufey, memperkenalkan lagu terbarunya yang berjudul Snow White. Lagu ini sudah dapat didengarkan di sini dan video klipnya sudah bisa ditonton sekarang di kanal YouTube Laufey.

Masih dalam nuansa dreamy yang menjadi ciri khasnya, Snow White menyelami tekanan sunyi dalam mengejar kesempurnaan, khususnya tentang standar kecantikan yang tak jarang membebani perempuan. 

Laufey mengungkapkan, "Snow White bercerita tentang perjuangan seseorang untuk mengejar kesempurnaan yang datang bersama dari menjadi seorang perempuan, salah satunya tentang menatap cermin dan melihat begitu banyak hal dalam diri sendiri yang terasa harus diperbaiki."

Untuk melengkapi perilisan single ini, Laufey juga mempersembahkan sebuah video klip yang digarap di tanah kelahirannya, Islandia, dan disutradarai langsung oleh saudari kembarnya sekaligus pengarah kreatifnya, Junia Lin.

Snow White menjadi single terakhir menjelang peluncuran album terbarunya, A Matter of Time, yang akan dirilis pada 22 Agustus mendatang melalui Vingolf Recordings / AWAL. 

Dalam proses penggarapan A Matter of Time, Laufey merasakan ruang eksplorasi yang lebih luas dibanding sebelumnya. 

"Setiap menulis lagu untuk album baru rasanya seperti mengisi sebuah buku kosong yang menunggu cerita," ujarnya. 

Kalimat ini terasa tepat, mengingat bagaimana Laufey selalu memasukkan pengalaman pribadinya ke dalam karya musiknya. Di album perdananya Everything I Know About Love yang dirilis 2022, ia menyusun kisah tentang tumbuh dewasa dan perasaan meninggalkan rumahnya di Islandia. 

Sementara pada album keduanya, Bewitched, album yang dirilis pada 2023 sekaligus membawanya meraih penghargaan Grammy pertamanya, menyelami pengalaman jatuh cinta di usia muda secara utuh. 

Lewat aransemen orkestra yang megah, nuansa bossa nova dan jazz yang menyatu, serta suara altonya yang hangat, kedua album tersebut memperkuat posisi Laufey sebagai musisi yang mampu menghadirkan nuansa masa lalu dengan sentuhan kekinian.

Melalui A Matter of Time, Laufey semakin mempertegas warna musiknya yang tetap berakar pada pengaruh klasik dan jazz, namun kali ini tanpa batasan. 

"Aku terus memikirkan bagaimana cara menjaga dan menghormati musik klasik dan jazz. Tapi untuk album ini, aku ingin membiarkan hatiku mengembara," tuturnya. 

Untuk mewujudkan visi tersebut, Laufey bekerja sama dengan dua sosok produser musik yaitu Spencer Stewart, rekan lama yang terlibat dalam dua album Laufey sebelumnya, dan Aaron Dessner, produser yang dikenal lewat kolaborasinya bersama Taylor Swift di album Folklore dan Evermore. 

Kehadiran Dessner sebagai produser album ini membawa warna baru dalam proses kreatif Laufey, dengan pendekatannya selama ini dikenal peka terhadap sisi emosional dari seorang musisi.

Kebebasan ini membuka ruang bagi Laufey untuk menggali tema-tema yang lebih kompleks dan personal. 

"Orang-orang mungkin membayangkan aku sebagai perempuan feminin yang memakai gaun cantik, menyanyikan kisah cinta romantis diiringi musik yang manis," katanya. 

"Tapi kali ini, aku ingin melihat sisi paling cacat dalam diriku, dan menatapnya langsung di cermin," lanjutnya. 

Lewat album ini, Laufey menunjukkan keberaniannya untuk melihat cinta apa adanya bukan hanya yang indah dan romantis, tapi juga yang perasaan membingungkan, mengguncang, yang juga bisa mengantar kita pada sisi paling rapuh dalam kita sendiri. 

Dengan sentuhan yang sedikit jenaka dibalut warna musiknya yang khas, A Matter of Time menjadi potret jujur tentang cinta dalam segala bentuk baik dan buruknya. (Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya