Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Dag Dig Dug Hidupkan Kembali Teater Populer

Fathurrozak
25/1/2025 17:29
Dag Dig Dug Hidupkan Kembali Teater Populer
Pementasan Dag Dig Dug oleh Teater Populer(Dok: Bakti Budaya Djarum Foundation)

SETELAH vakum cukup lama, kelompok Teater Populer kembali berpentas dengan menampilkan naskah karya Putu Wijaya berjudul Dag Dig Dug. Pementasan Dag Dig Dug disutradarai oleh Slamet Rahardjo Djarot yang juga merupakan salah satu pendiri Teater Populer.

Pementasan Dag Dig Dug Teater Populer berlangsung selama dua hari pada Sabtu, 25 Januari dan Minggu, 26 Januari pukul 19.00 WIB di Teater Salihara, Jakarta. Selain menyutradarai dan menulis ulang, Slamet Rahardjo juga bermain di pentas ini beradu peran dengan Niniek L. Karim sebagai pasangan suami-istri. Dag Dig Dug juga dibintangi aktor Reza Rahadian, Donny Damara, Jose Rizal Manua, Kiki Narendra, dan Onkar Sadawira. Pentas diproduseri oleh Paquita Wijaya dan Samuel Wattimena, dengan ko-produser Taba Sanchabakhtiar. 

Slamet Rahardjo dan Niniek L. Karim pernah terlibat pada lakon yang sama melalui Teater Populer pada 1977 di Taman Ismail Marzuki, dan disutradarai juga oleh Slamet Rahardjo. Pada waktu itu keduanya masih berusia 28 tahun. Artinya, mereka kembali di pentas dan lakon yang sama setelah 48 tahun berselang.

Dag Dig Dug memotret kehidupan manusia lewat sepasang suami-istri berusia lanjut namun tak dikaruniai anak dan mengelola rumah indekos di rumah besar mereka. Persoalan muncul tatkala diperoleh telegram bahwa salah satu mahasiswa yang pernah indekos di rumah itu – seorang yang dikenal baik hati, bernama Chaerul Umam - mati tertabrak dalam kecelakaan di jalan. Suami-istri itu merasa terpukul dengan kematian Chaerul Umam, namun juga berpura-pura mengenal dengan baik mahasiswa itu.

Persoalan mulai muncul ketika datang dua utusan yang membawa uang santunan namun ternyata jumlahnya tidak sama dengan yang tertera pada tanda terima. Bukan itu saja, konflik juga timbul mengenai akan digunakan untuk apa dana itu. Kecurigaan, rasa marah, emosi, penderitaan, mencuat lewat pertikaian dan keributan-keributan kecil di antara mereka berdua dan orang di sekelilingnya, di antaranya tokoh pembantu rumah tangga yang selalu menjadi pihak yang ditindas oleh majikannya, yaitu Cokro.

Dag Dig Dug merupakan naskah drama karya Putu Wijaya yang tak lekang oleh zaman. Slamet Rahardjo membuat perubahan-perubahan kecil dari naskah asli, namun tetap menampilkan roh cerita utamanya. Di pentas kali ini, ia membuat sampai enam revisi.

“Bagi saya teater adalah rumah dan pementasan ini membawa saya kembali ke rumah saya, teater. Usia adalah anugerah dan saya tidak ingin itu menjadi kendala, karena sebagai pemain teater, saya menghapal 47 halaman. Dag Dig Dug menampilkan berbagai situasi yang membuat penikmatnya merenung, tertawa getir, menghadapi semacam kekacauan yang terjadi dalam diri manusia dan sekitarnya. Dialog terkadang tanpa ujung pangkal dan sebagian terasa dituturkan bukan kepada lawan main, melainkan kepada penonton, tepatnya kepada situasi sekarang. Lakon ini sangat relevan dengan situasi mutakhir, bukankah belakangan ini kita sering dibuat deg-degan?” ujar Slamet Rahardjo Djarot di Teater Salihara, Jumat (25/1).

“Saya menerima tantangan akting ini, bukan karena naskahnya menarik, tetapi juga penghormatan saya atas Teguh Karya, selaku pendiri Teater Populer. Kalau tidak karena beliau, saya tidak akan menjadi seperti sekarang,” tambah Niniek L. Karim.(M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya