Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Menghidupkan Bali 1932, Garin Nugroho Ungkap Proses Kreatif di Balik Film Samsara

Melani Pau
22/11/2024 05:01
Menghidupkan Bali 1932, Garin Nugroho Ungkap Proses Kreatif di Balik Film Samsara
Sutradara Garin Nugroho (kedua dari kiri) bersama para pemeran film Samsara(MI/Arnoldus Dhae)

SALAH satu daya tarik utama film Samsara adalah latarnya yang menghidupkan kembali Bali tahun 1932, sebuah periode penuh dinamika budaya, tradisi, dan transformasi. 

Sutradara film Samsara, Garin Nugroho, menceritakan proses riset intensif yang dilakukan untuk menciptakan latar waktu tersebut dengan autentik.  

“Kalau kita lihat, tahun 1930-an itu adalah masa pengembangan industri dan turisme di Bali. Banyak tokoh dunia datang ke Bali, membawa pengaruh yang menciptakan pertemuan budaya, termasuk dalam tren fesyen. Bali, saat itu, bisa dibilang sebagai pusat "magic realism", di mana terjadi penggabungan budaya yang unik,” ungkap Garin kepada Media Indonesia.  

Menurut Garin, salah satu momen penting dari masa itu adalah pertemuan gamelan dan musik orkestra, yang menjadi inspirasi besar dalam pembuatan Samrasa. 

Tidak hanya itu, film ini juga menggambarkan fenomena sosial seperti pernikahan antara warga asing dan bangsawan Bali, yang menjadi simbol perpaduan budaya sekaligus tantangan sosial.  

Namun, Garin menegaskan Samsara tidak hanya menceritakan masa lalu. 

“Kami tetap kaitkan dengan kenyataan dunia sekarang, misalnya isu kisah percintaan yang berhadapan dengan perbedaan status sosial. Jadi, meskipun ini cerita tentang masa lalu, kami ingin itu tetap relate dengan penonton masa kini,” jelasnya.  

Tantangan terbesar dalam produksi film ini adalah merekonstruksi elemen-elemen otentik 1932. Mulai dari kondisi masyarakat, adat, hingga gaya hidup, semuanya harus melalui riset mendalam. 

“Bali pada masa itu adalah dunia "gado-gado". Ada banyak pertemuan budaya yang harus kita rekonstruksi tanpa kehilangan esensi aslinya,” tambah Garin.  

Dedikasi Garin dan tim untuk menghadirkan keautentikan dalam setiap detail film Samsara membuahkan hasil yang memukau. 

Dengan kemenangan di Festival Film Indonesia dalam empat kategori bergengsi, karya ini tidak hanya memukau dari segi sinematografi, musik, dan busana, tetapi juga sukses membawa penonton menjelajahi sejarah Bali yang kaya dengan cerita.  

Film Samsara diharapkan mampu menjadi pengingat bahwa perpaduan tradisi dan modernitas adalah kunci untuk melestarikan budaya di era globalisasi. (Z-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya