Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
BERTEPATAN dengan penyelenggaraan ke-19 Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF), festival tersebut akan menggelar pasar film untuk pertama kalinya, JAFF Market. JAFF Market akan menjadi tempat para profesional industri perfilman Indonesia untuk saling bertemu dan menjalin kemitraan satu sama lain di bidang bisnis.
Selain rumah produksi, JAFF Market juga mengundang para kreator, pemilik kekayaan intelektual (IP), komunitas, instansi pemerintah, merek, hingga penikmat film untuk hadir. Nantinya, akan ada berbagai booth untuk para peserta pameran, untuk mengenalkan berbagai proyek yang sudah digarap, sedang, dan akan diproduksi. Sejauh ini, sudah ada 50 peserta pendaftar pameran dari total kuota sekitar 150 peserta pameran.
Direktur festival JAFF, Ifa Isfansyah, menuturkan JAFF Market hadir sebagai respons festival dalam navigasi perfilman pasca-pandemi. Setelah dalam kurun 18 tahun JAFF menjadi festival yang menjadi titik temu bagi para komunitas film, kini JAFF juga ingin menjadi hub bagi industri profesional filmnya.
Baca juga : Tuai Kesuksesan, Sambal Bakar Indonesia Siap Buka 25 Outlet Tahun ini
“Di hampir semua festival besar seperti Cannes, Berlin, Toronto, termasuk Busan, punya industri event-‘nya, dalam konteks ini adalah film market. Bukan cuma berjualan film, industri event menjadi pertemuan semua ekosistem pelaku film di situ. Kemungkinan-kemungkinan yang sebelumnya tidak ada menjadi ada. Mulai dari big player yakni studio besar, studio butik, pemerintah, semua yang sudah declare mereka profesional di film akan bertemu di film market. itu yang kami gagas lewat JAFF Market,” kata Ifa Isfansyah dalam konferensi pers JAFF Market di Lucy in The Sky, Senayan Park, Jakarta, Jumat, (30/8).
Beberapa yang bakal turut membuka booth dan ikut berpameran di JAFF Market di antaranya adalah MD Pictures, Bioskop Online, Netflix, Vidio, Paragon Pictures, Magma Entertainment, Forka Films, Falcon Pictures, dan Does University.
Direktur pasar JAFF Market Linda Gozali menambahkan, diharapkan pasar film ini bisa mengakomodasi kebutuhan industri perfilman Indonesia. Menjadi tempat para studio mencari konten baru, dan para kreator yang memiliki karya juga bisa bertemu calon kolaborator yang tepat.
“Dalam 3–5 tahun ke depan, diharapkan JAFF Market bisa menjadi tempat untuk bertemu berbagai kalangan. Untuk edisi perdana, memang kami masih berfokus pada domestik terlebih dulu. Kami mengundang sebanyak-banyaknya pelaku film dari Indonesia,” kata Linda. (M-4)
Kedua perusahaan film tersebut melengkapi jajaran kolaborator Miles Films dalam memproduksi dan mempersembahkan film Rangga & Cinta
Selama tiga hari, ada 151 booth yang dibuka, 1.767 meeting telah diadakan, 61 MoU telah ditandatangani, 164 jurnalis hadir dari berbagai negara, dan 1.054 market badge
JAFF Future Project menerima 74 pendaftar. Kemudian terpilih 10 proyek yang terdiri dari 7 proyek dari Indonesia, 1 proyek dari Malaysia, dan 2 proyek dari Australia
PERKEMBANGAN alih wahana karya lain menjadi film kini menjadi lebih beragam sumbernya. Senja Kreatif Agency menawarkan IP/intellectual property populer jadi film
Magma juga akan menghadirkan deretan film aksi-laga di antaranya Perang Tanding, Death Trap, Hoki, dan Kampung Kubur
“Sebenarnya yang ingin saya sampaikan adalah setiap perempuan itu punya kekuasaan terhadap tubuhnya sendiri."
PENUNJUKAN musisi Ifan Seventeen sebagai Direktur Utama BUMN Produksi Film Negara (PFN) membuat banyak pihak termasuk para sineas Indonesia tercengang
Cinevix hadir dengan misi memberdayakan kreator film melalui teknologi blockchain
Film Indonesia semakin menunjukkan taringnya di industri perfilman, baik di dalam negeri maupun di kancah internasional.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved