Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Grey Art Gallery Gandeng Redmiller Blood dan Itenas Gelar Diskusi tentang Mumain

Naviandri
03/8/2024 15:42
Grey Art Gallery Gandeng Redmiller Blood dan Itenas Gelar Diskusi tentang Mumain
Grey Art Gallery Bersama Redmiller Blood, DKV Itenas adakan diskusi online tentang Mumain.(Dok Gery Art Gallery)

MEMILIKI keragaman etnis yang meninggalkan jejak budaya, membuat Bangsa Indonesia kaya akan keanekaragaman budaya, mulai dari seni visual hingga teks tertulis, dari warisan yang berwujud. Hingga yang tidak berwujud. Pemerintah Indonesia juga menghargai pentingnya museum, yang dibuktikan dengan keberadaan 450 museum di seluruh Nusantara.

Namun, tidak semua museum memiliki dana yang dibutuhkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat umum, sehingga tugas museum-museum 
tersebut direduksi menjadi penyimpanan benda-benda kuno saja. 

Kemudian, ada jarak yang sangat jauh di Indonesia, yang membuat guru dan siswa, tidak mungkin mengunjungi sebagian besar museum secara fisik.

Baca juga : Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Karya Peter Rhian Gunawan, Cek Jadwal Workhsop-nya

Selama pandemi Covid-19, inovasi di bidang layanan museum dan galeri seni didorong untuk membuka tur virtual, sehingga masyarakat tetap dapat mengakses informasi dari museum atau galeri seni dari rumah mereka. 

Teknologi ini telah berkembang pesat selama tiga tahun terakhir dan kini populer dengan istilah 'Metaverse', yang telah diadopsi oleh para pelaku bisnis.

Namun hingga saat ini dari semua museum yang ada, hanya Museum Nasional Indonesia yang menampilkan objek 3D, yang dapat dilihat dari semua sisi. 

Baca juga :  Menanti Wajah Baru Museum Nasional Pascakebakaran

Atas dasar inilah Grey Art Gallery berkolaborasi dengan Redmiller Blood, DKV Itenas untuk melakukan diskusi online terkait Museum Maya Indonesia (Mumain) pada Selasa (30/7).

Dalam dikusi online tersebut, Dosen Program Studi (Prodi) DKV Itenas Bandung yang juga sebagai Founder Mumain Dr. Phill Eka Noviana, mengatakan kekayaan budaya Indonesia, baik yang berwujud maupun tidak berwujud, perlu diangkat ke permukaan tanpa kendala jarak dan waktu. 

"Untuk itulah kami memprakarsai proyek penelitian museum Indonesia di Metaverse, dengan nama "Museum Maya Indonesia" (Mumain)," jelas Eka.

Baca juga : Museum Nasional bakal Dilengkapi Sistem Mitigasi Kebakaran yang Canggih

Menurut Eka, pihaknya memprakarsai proyek penelitian museum Indonesia di Metaverse, dengan nama Mumain telah berjalan selama Selama 2 tahun 
terakhir. Dengan telah melakukan penelitian ilmiah dan teknis, serta berhasil membuat prototipe 5 ruang pamer, yang berkaitan dengan Gunung 
Padang, permainan anak-anak tradisional, musik Tarawangsa, Prambanan, kapal yang terkenal dengan relief Borobudur, dan Candi Borobudur itu 
sendiri.

"Selain nilai edukasi, budaya, dan wisata. Proyek ini juga menawarkan kesempatan kerja bagi para desainer berbakat dan calon Kurator, untuk bersentuhan dengan teknologi multimedia terbaru dan mendapatkan pengalaman praktis pertama mereka," lanjutnya.

Sebagai informasi tambahan proyek Mumain ini diprakarsai oleh Yayasan Sarasvati Maya Nala dengan didasarkan pada proyek penelitian bersama 
antara Institut Komunikasi Visual di HBK (Braunschweig University of Art) yang diwakili Prof. Eku Wand dan Prof. Ulrich Plank dengan DKV Itenas yang diwakili oleh Dr. Phill. Eka Noviana serta Prof Titus Leber dari Wina, yang juga anggota Parlemen Kebudayaan Eropa. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya