Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Film Climate Witness Ajak Masyarakat Urban Lakukan Aksi Iklim

Putra Ananda
02/4/2024 08:05
Film Climate Witness Ajak Masyarakat Urban Lakukan Aksi Iklim
Diskusi peluncuran film Climate Witness, Koaksi Indonesia ajak masyarakat Urban untuk Aksi Iklim(Dok)

KOAKSI Indonesia bersama Humanis dan beberapa koalisi masyarakat sipil menggelar diskusi forum masyarakat sipil menyambut peluncuran film “Climate Witness” bertajuk Ekspresi Aksi Iklim Bersama Masyarakat Urban.

Direktur Program Koaksi Indonesia Verena Puspawardani menjelaskan Koaksi Indonesia sudah dua kali memproduksi film “Climate Witness”, keduanya mengisahkan aksi iklim lokal di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT). 

Proses pembuatan film ini menurut Verena, Humanis bertindak sebagai produser eksekutif, sementara Koaksi Indonesia sebagai produser pelaksana. Film ini juga didukung oleh Koalisi Sipil, Koalisi Adaptasi, Koalisi Kopi, serta Koalisi Pangan Baik.

“Tahun lalu, film ini diputar di 40 titik seluruh Indonesia, ‘Climate Witness’ berbasis aksi iklim lokal, yang akhirnya menjadi pemantik untuk kampanye bersama,” jelas Verena.

Acara yang digelar di bilangan Semanggi ini turut mengundang empat narasumber di antaranya Vera Nofita, Ketua Bank Sampah Gunung Emas Muhammad Maulana Malikul Ikram, Direktur Riset dan Pengembangan PT Biops Agrotekno Indonesia Syifa Fauziyyah, Sustainability Manager Teens Go Green Indonesia, serta Koordinator Program VCA Koalisi Sipil Koaksi Indonesia  Ridwan Arif. 

Baca juga : Kolaborasi Strategis Menteri Siti Nurbaya – Nicolas Saputra

Membuka diskusi, Ridwan Arif menjelaskan Program VCA (Voices for just Climate Action) terdapat di 7 negara, yaitu Bolivia, Paraguai, Brazil, Tunisia, Kenya, Zambia, serta Indonesia, dan Koaksi Indonesia tergabung dalam aliansi ini dengan diketuai oleh Yayasan Humanis.

Ridwan menjelaskan VCA memiliki beberapa program berupa pengembangan kapasitas, membangun narasi bersama, dan memperkuat masyarakat sipil untuk mempengaruhi kebijakan.

“Salah satu aktivitas yang dilakukan Koaksi Indonesia, yaitu pembuatan film, mendokumentasikan dan memublikasikan praktik baik. Memberi gambaran bahwa masyarakat lokal melakukan aksi-aksi iklim,“ jelas Ridwan.

Ridwan menyampaikan film “Climate Witness” akan disebarluaskan tidak hanya di NTT, tetapi di wilayah-wilayah lain di Indonesia.

“Harapannya kisah-kisah ini dapat membangkitkan semangat nasional dari tingkat tapak. Film ini jadi pemantik semangat wilayah lain di Indonesia, kita kemas untuk bahan advokasi kebijakan terkait iklim di tingkat lokal dan nasional,” ujar Ridwan.

Ridwan mengatakan masyarakat mempunyai peran besar terkait permasalahan iklim dan lingkungan, sebab setiap orang memiliki ekosistemnya sendiri yang harus dirawat. Urban dan rural berbeda, dampaknya pun berbeda-beda.

Melengkapi semangat aksi iklim di NTT, Vera Nofita mengisahkan perjalanan Bank Sampah Gunung Emas, peraih penghargaan bank sampah terbaik nasional 2023 dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar.

Vera Nofita mengatakan Bank Sampah Gunung Emas sejak 2014 melakukan aksi iklim dengan mengedukasi masyarakat khususnya ibu rumah tangga untuk peduli lingkungan dengan memilah sampah.

Baca juga : Shenina Cinnamon Dambakan Ekosistem Perfilman yang Ramah Perempuan

Menurut Vera, pendekatan yang dilakukan mulai dari memberdayakan ibu rumah tangga di lingkup RT, RW, sekolah, mahasiswa, hingga tokoh masyarakat.

“Awalnya, saya mengajak para perempuan, ibu rumah tangga, tidak bekerja, namun tetap bisa produktif dengan menghasilkan uang dari sampah. Sebagian besar golongan berpenghasilan Rp50 ribu per minggu, saya dorong mereka untuk bisa menabung, menabung sampah,” ujar Vera.

Vera memaparkan tujuan aksinya adalah membuka pola pikir khususnya para perempuan, menurutnya untuk mengatur hidup maka kelolalah sampah.

“Penghasilan mitra bank sampah ada yang mencapai Rp2 juta per bulan, mengenai aturan, pemerintah sudah hadir melalui beberapa kebijakan, peraturan tersebut bahkan spesifik mengatur pengelolaan dan pemilahan sampah rumah tangga,” kata Vera.
 

Selanjutnya, Vera menyampaikan kemitraan Bank Sampah Gunung Emas dengan WWF melalui program Plastic Smart Cities.

“WWF punya program Plastic Smart Cities untuk pengolahan sampah plastik dari hulu ke hilir, masyarakat tidak bisa lepas dari plastik, bagaimana sampah plastik diolah, itulah pendampingan yang diberikan WWF, hingga sampah plastik menjadi produk layak jual,” tutup Vera.

Mendekati waktu berbuka puasa, acara semakin hangat dengan kehadiran Syifa Fauziyyah yang membagikan semangat anak muda dalam aksi iklim yang dilakukan Teens Go Green Indonesia. Syifa menyampaikan, organisasi anak muda yang berdiri pada 2007 ini awalnya diinisiasi oleh beberapa pihak, NGO dan pemerintah, bersama anak-anak SMA.

Baca juga : Kompetisi VIRWICA 2024 Ajang Penyaluran Ide Siswa Tentang Solusi Inovatif Masalah Perubahan Iklim

“Anak-anak muda ini awalnya diajak untuk mengenal alam, baru masuk ke masalah-masalah terkait lingkungan, kita belajar untuk mencari solusi baru melakukan aksi langsung,” kata Syifa.

Kemudian, Syifa mengatakan untuk setiap wilayah Jakarta memiliki permasalahan masing-masing terkait sampah. Dia memberi contoh Jakarta Utara berpotensi mengalami banjir rob, di Jakarta Timur masalahnya berbeda lagi.

“Meski begitu masalah utama adalah sampah, masalah pilah sampah sangat krusial dan berdampak pada terjadinya banjir,“ ujar Syifa.

Menurutnya anak muda memiliki peran penting untuk menjaga lingkungan. Teens Go Green memfasilitasi program-program anak muda terkait lingkungan, bahkan memberikan beasiswa. 

“Praktik baik yang dilakukan di antaranya kegiatan penyebaran kerang hijau di pesisir Jakarta, penanaman mangrove di Kepulauan Seribu, dan transplantasi terumbu karang,”jelas Syifa. (Z-8)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putra Ananda
Berita Lainnya