Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Sambut Pemilu 2024, Sujiwo Tejo Ajak Masyarakat Ikuti Filosofi Pemain Catur

Ardi Teristi
18/8/2023 22:59
Sambut Pemilu 2024, Sujiwo Tejo Ajak Masyarakat Ikuti Filosofi Pemain Catur
Sujiwo Tejo.(Antara)

SENIMAN dan budayawan Sujiwo Tejo mengajak masyarakat Indonesia untuk mewujudkan Pemilu 2024 yang damai dan bahagia. Pesan tersebut akan dibawanya dalam pameran bersama perupa Nasirun di Bentara Budaya Jakarta 31 Agustus mendatang.

Ia mengatakan, pesan Pemilu damai dan bahagia sangat penting dikampanyekan karena Pemilu merupakan peristiwa kebudayaan yang harus dirayakan. Ia melihat pembagian kadrun dan cebong sudah seharusnya diakhiri. Pasalnya, para elit di atas sudah damai, tetapi masyarakat di bawah masih menggunakannya untuk bertikai, terutama di media sosial.

Ia pun mengajak agar para pemilih bisa mengadopsi filosofi pemain catur.

Baca juga : Rhoma Cerita Tur Bersama Rolling Stones dan Ibu Melarangnya Bernyanyi

"Seserius-seriusnya para pemain catur, mereka sadar bahwa itu cuma permainan. Namun, di Pemilu, kadang-kadang kita tidak sadar ini cuma permainan," kata Sujiwo Tejo.

Ia mengatakan, dalam sejarah Indonesia merdeka, presiden yang memimpin negeri ini tidak ada yang menjadikan kebudayaan sebagai panglima. "Sudah saatnya memang kebudayaan menjadi panglima," kata dia saat perayaan kemerdekaan RI bersama para seniman di rumah Nasirun di Jogja, Kamis (17/8). Sujiwo Tejo meyakini hal tersebut bisa dilakukan jika ada kemauan dari pemimpinnya.

Baca juga : Saat Gus Mus, Iwan Fals, Kang Emil dan Sujiwo Tejo Merespon Kode Rambut Putih Jokowi

Ia mengambil contoh pemanfaatan dana desa yang selama ini banyak dimanfaatkan untuk pembangunan infrastruktur. Padahal, dana tersebut bisa digunakan untuk membangun sanggar dan menghidupkan seni budaya di desa.

Manfaatnya pun dapat dihitung, misalnya, jumlah mereka pentas ataupun jumlah wisatawan yang berkunjung. "Selama ini, kebudayaan terpinggirkan karena susah diukur. Padahal, itu bisa diukur," ujar dia.

Ia pun menyebut, tidak hanya dirinya yang merindukan sekali-sekali kebudayaan menjadi panglima di negeri ini. Orang-orang tersebut, seperti dirinya, Gus Mus, ataupun Inayah Wahid. (Z-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum
Berita Lainnya