Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
DIREKTUR Perfilman, Musik dan Media Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI Ahmad Mahendra mengatakan kehadiran festival film berperan dalam literasi dan apresiasi sinema di dalam ekosistem perfilman.
"Festival film memiliki peran penting dalam ekosistem perfilman yang mencakup kreasi, produksi, distribusi, literasi, apresiasi, pendidikan film dan arsip. Semuanya memiliki posisinya masing-masing, dan festival film memiliki posisi apresiasi dan literasi," kata Mahendra dalam jumpa pers daring, Kamis (17/11).
"Kontribusinya jelas penting, karena mempertahankan budaya menonton, literasi, apresiasi, dan membangun keragaman bisa (terbentuk) melalui festival film," imbuhnya.
Mahendra mengatakan festival film harus terus diberikan dukungan. Pada saat pandemi, misalnya, banyak festival film yang hadir dengan berbagai penyesuaian.
"Saya berpikir isu film tidak boleh turun, walaupun saat pandemi covid-19. Siapa pun yang minta bantuan harus dibantu tanpa syarat. Itu yang terjadi. Kehadiran (festival film) di beberapa kota melalui ruang lain hingga online, itu harus dijaga," ungkapnya.
"Kalau sudah seperti ini, justru covid memberikan pembelajaran, bukan semakin turun, namun semakin kuat karena ada yang namanya (festival film) hibrida, membuat penontonnya lebih luas lagi. Posisi festival semakin diuntungkan untuk bisa memanfaatkan jaringannya," tuturnya.
Baca juga: JAFF 2022 Tayangkan Film Wong Kar Wai dan Bawa Program Baru
Hal senada disampaikan sineas sekaligus Direktur Festival Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2022 Ifa Isfansyah, festival film bisa dibilang merupakan fondasi dari budaya sinema dan menonton masyarakat.
"Saat ini walaupun pandemi belum selesai, justru impact yang kita dapat itu positif, karena yang paling penting adalah bagaimana kita bertahan menjalankan program-program yang menjaga budaya sinema dan menonton. Itu yang paling ingin kita jaga dan tidak hilang," kata Ifa.
Sutradara Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2011 itu menambahkan, kehadiran festival film bukan sekadar untuk merayakan sinema, namun juga untuk menikmati seni dalam perayaan itu sendiri.
"Di festival, kita tidak bisa menonton semuanya, dan itu adalah seninya. Bagaimana kita bisa memilih film sesuai selera dan film yang beragam. Harapannya bisa menjadi jendela sinema dari yang pembuat film yang emerging sampai established," tukasnya.(Ant/OL-5)
Mahasiswa diajak mengenali lebih dalam cara kerja platform fintech peer-to-peer (P2P) lending, dan mengenal risiko dan manfaat dari pemanfaatan teknologi finansial.
Sepanjang Januari hingga Mei 2025, layanan ini membukukan 443 juta transaksi, didukung oleh 1,19 juta agen yang tersebar di 67.013 desa di seluruh Indonesia.
Lo Kheng Hong menekankan mahasiswa agar tidak mudah tergiur janji keuntungan cepat. Karena itu pentingnya kesabaran dalam berinvestasi.
Orangtua, pendidik, dan berbagai lembaga kini mulai menyasar kalangan anak dan remaja untuk menanamkan literasi keuangan yang bisa menyeimbangkan kebutuhan dan keinginan.
Kemenag meningkatkan pendidikan berkualitas yang merata melalui peningkatan kualitas pendidikan agama Islam (PAI) bagi guru PAI dan siswa muslim di sekolah.
Manajemen keuangan merupakan pengetahuan esensial bagi generasi muda untuk membentuk kebiasaan yang baik dalam mengelola uang.
Film ini dipresentasikan di Project Market NAFF It Project di Bucheon Fantastic Film Festival 2024 dan baru saja menyelesaikan proses syutingnya. Film ini dijadwalkan rampung pada awal 2025.
Bagi Shenina, memerankan karakter May adalah seperti bertemu dengan jodoh yang sudah ditakdirkan.
Dibintangi oleh sebagian besar para pemeran yang berdarah Indonesia Timur dengan cerita yang ditulis dan disutradarai oleh kreator berdarah Indonesia Timur.
Mothernet masuk ke tahap produksi; diperankan oleh Dian Sastrowardoyo, Ringgo Agus Rahman dan Ali Fikry.
Disutradarai oleh Paul Agusta, film ini menghadirkan cerita dengan latar belakang budaya Tionghoa dan tradisi pernikahan arwah.
Film ini berkisah tentang teror mengerikan yang terjadi di rumah tua milik kolektor bernama Risang Wisangko.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved