PROGRAM Revolusi Hijau tidak fokus pada satu soal. Selain penanaman pohon sebagai sebuah gerakan massal, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan juga mengincarnya sebagai upaya menyejahterakan masyarakat yang hidup di pinggir hutan.
Masyarakat tidak hanya diajak untuk menanam. Mereka juga bisa memanfaatkan hasil hutan, tapi bukan dengan cara menebang kayunya.
Bisakah? tentu saja bisa. Kalimantan Selatan memiliki hutan yang luasnya mencapai 1,7 juta hektare. Dengan luas an itu sangat memungkinkan adanya keanekaragaman hayati yang melimpah dan bisa dikembangkan warga.
“Inti dari program Revolusi Hijau, selain menanam untuk perbaikan kerusakan lingkungan, ialah peningkatan kesejahteraan masyarakat,” tutur Pejabat Sekretaris Daerah Provinsi Kalimanan Selatan Roy Rizali Anwar.
Sampai saat ini, Dinas Kehutanan sudah mengembangkan 16 potensi hasil hutan bukan kayu, di antaranya berbagai jenis madu, olahan bambu (tusuk satai), kayu manis, dan kopi.
Hasil hutan bukan kayu juga dikelola masyarakat sekitar hutan melalui program perhutanan sosial. Lokasinya tersebar di sembilan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di wilayah Kalsel.
Salah satu produk potensial yang sangat menjanjikan dari kawasan hutan ialah produk olahan bambu, berupa tusuk satai, tusuk pentol, dan tusuk gigi. Saat ini saja, pemasaran produk olahan itu tidak hanya di Kalsel, tetapi juga sampai Kalimantan Timur.
“Permintaan tusuk satai terus meningkat. Di pabrik pengolahan tusuk satai yang dikelola Kelompok Tani Hutan Surya Muda di Kabupaten Hulu Sungai Selatan produksi per bulannya mencapai 3-4 ton,” kata Kepala KPH Hulu Sungai Rudiono Herlambang.
Selamatkan DAS
Menanam bambu memang sangat strategis. Selain mempunyai fungsi ekonomi, bambu juga mampu melindungi kawasan daerah aliran sungai. Fungsi ekologis bambu bisa menahan butiran hujan dan mencegah erosi di sepanjang DAS. Sayangnya, tanaman bambu belum dibudidayakan dan dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat.
Sebagian besar tanaman bambu di Kalsel tumbuh secara liar di sepanjang DAS di beberapa kabupaten, seperti Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, dan Tapin. Belum ada budi daya tanaman bambu skala luas. Selama ini tanaman bambu baru dimanfaatkan sebatas untuk rakit bambu, rumah lanting, dan sedikit untuk kerajinan. Luas tanaman bambu di Kalsel diperkirakan seluas 4.000 hektare.
Adapun untuk mendukung industri, seperti pabrik tisu, diperlukan 15.000 hektare lahan tanaman bambu. Oleh karena itu, Kalsel menargetkan penanaman bambu di lahan seluas 11.000 hektare sebagai bagian rehabilitasi DAS dengan melibatkan masyarakat sekitar.
Demi bambu, Kalsel juga membangun Arboretum bambu di kawasan Tamah Hutan Raya Sultan Adam. Ada koleksi 24 jenis tanaman bambu yang diambil dari sejumlah negara termasuk Tiongkok. Kalimantan Selatan sendiri memiliki 14 jenis tanaman bambu, dengan fungsi dan kegunaan yang berbeda. (Denny Susanto/N-3)