Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
Pengamat perpajakan dari Universitas Pelita Harapan (UPH) Ronny Bako menilai model penyaluran program Makan Bergizi Gratis (MBG) perlu dievaluasi karena tidak efisien. Ia memahami program ini tidak bisa dihentikan mengingat merupakan janji kampanye Presiden Prabowo Subianto, namun mekanisme penyalurannya tetap bisa disesuaikan agar lebih efektif.
Ronny mengusulkan agar MBG tidak lagi disalurkan dengan pola saat ini, melainkan digabungkan ke dalam skema bantuan sosial (bansos) sehingga lebih sederhana dan tepat sasaran. Pasalnya, serapan anggaran program itu masih rendah dan manfaat ekonominya belum tampak jelas. Hingga semester I 2025, realisasi anggaran MBG baru 7,1% dari total pagu Rp71 triliun.
“Program MBG tidak efisien. Sebaiknya modelnya diubah seperti bansos khusus anak sekolah,” ujarnya kepada Media Indonesia, Selasa (19/8).
Ronny menuturkan struktur belanja program MBG saat ini lebih banyak dialokasikan untuk modal dan barang, dibandingkan langsung kepada penerima manfaat.
Dengan adanya perubahan skema, anggaran MBG bisa disalurkan lewat satu pintu dengan perluasan penerima bansos, khususnya bagi anak usia sekolah dasar (SD) hingga jenjang sekolah menengah atas (SMA) atau setara.
Ronny menuturkan pemerintah daerah melalui Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapi) dapat dilibatkan karena memiliki basis data penerima yang lebih akurat.
"Selain itu, perlu dilakukan uji petik kepada siswa penerima untuk memastikan manfaat program benar-benar dirasakan," jelasnya.
Ronny juga mengingatkan semua janji kampanye presiden dan wakil presiden dalam pilpres akan menjadi program pemerintah yang dibiayai negara melalui pajak. Karena pajak bersifat memaksa sesuai amanat UUD 1945, penggunaannya seharusnya memberikan manfaat luas bagi masyarakat, bukan bersifat khusus seperti MBG.
Lebih jauh, ia menekankan agar beban pajak tidak semakin berat, pemerintah sebaiknya mengutamakan program strategis yang berdampak jangka panjang, seperti swasembada pangan dan energi, pembatasan impor, serta penguatan produksi dalam negeri. Dengan begitu, pemanfaatan pajak benar-benar sejalan dengan prinsip keadilan sosial dan pembangunan berkelanjutan. (E-3)
Fokus belanja besar pada program makan bergizi gratis (MBG) berisiko menekan stabilitas fiskal dan makroekonomi.
pemerintah dinilai telah menabrak konstitusi. Sebab, sebanyak 44,2% dari alokasi pendidikan dialihkan untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG) dalam RAPBN 2026
BP Taskin lakukan percepatan program MBG dilakukan dengan pendekatan targeting yang lebih tepat sasaran berbasis data pada wilayah kantong kemiskinan dan daerah 3TĀ
Hingga saat ini, sebanyak 6.435 UMKM telah terlibat dalam rantai pasok MBG, mulai dari pemasok bahan baku seperti petani, nelayan, peternak, hingga pedagang pasardi tiap daerah.
KETUA MPR RI Ahmad Muzani menyinggung soal program makan bergizi gratis (MBG) yang memberikan manfaat bagi masyarakat dan perekonomian nasional.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memperkirakan kerugian negara dalam dugaan kasus korupsi pengangkutan bantuan sosial di Kementerian Sosial mencapaiĀ Rp200 miliar.
Empat orang dicegah ke luar negeri oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Mereka diduga terlibat dalam kasus korupsi pengangkutan penyaluran bantuan sosial (bansos) di Kementerian Sosial.
Penyaluran bantuan sosial (bansos) yang mengacu pada Data Terpadu Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN) akan lebih baik.
PEMERINTAH menepis tudingan adanya keinginan untuk memata-matai masyarakat dalam skema pembayaran Payment ID yang sedang disiapkan oleh Bank Indonesia (BI).
PPATK menemukan bahwa sebagian penerima bansos tercatat sebagai pegawai BUMN hingga eksekutif manajerial.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved