Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
Kondisi perang dagang global, terutama yang terjadi antara Amerika Serikat dan Tiongkok, membawa dampak signifikan bagi Indonesia, mulai rantai pasokan global, investasi hingga fluktuasi harga komoditas. Setiap tingkat eskalasi harus diwaspadai dan dimitigasi. Indonesia pun harus beradaptasi dengan perubahan ini dengan mengembangkan optimisme.
Ketua Pusat Kajian Hukum dan Pancasila, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Kris Wijoyo Soepandji menekankan pentingnya membangun optimisme sebagai upaya menjaga denyut ekonomi di tengah situasi ini. Ia menjelaskan perlunya mengenal defence intellectual management atau peran intelektual dalam mengembangkan diri sebagai insan pertahanan yang sadar.
"Keamanan atau pertahanan dan ekonomi itu saling melengkapi. Kalau ekonomi lemah maka keamanan menjadi terancam begitu pun sebaliknya," ujar Kris dalam Diskusi Panel bertajuk Optimisme di Tengah Ketidakpastian Geopolitik Perang Dagang: Pentingnya Konsolidasi Segenap Kekuatan Nasional, di Kampus Universitas Indonesia, Depok.
Ia menyadari intervensi asing kerap mendorong pengetatan dan itu harus dihindari karena regulasi yang murni dari kepentingan nasional pasti mempertimbangkan ketersediaan lapangan kerja dan pemasukan negara dari industri strategis. Contohnya, industri kelapa sawit memiliki kontribusi signifikan penerimaan devisa negara, atau industri hasil tembakau yang menyerap tenaga kerja secara besar dengan melibatkan sumber daya nasional dari hulu hingga hilir.
"Apalagi Bapak Presiden Prabowo telah menekankan bahwa pemerintah pusat dan daerah harus sehati. Tidak terjebak silo-silo, sehingga seluruh langkah menyatu untuk kepentingan nasional, dengan demikian maka industri strategis harus dilindungi," tegas pria yang juga menjabat Staf Khusus Bidang Tata Negara Menteri Pertahanan .
Direktur Mandiri Sekuritas Oki Ramadhana menekankan bahwa target pertumbuhan ekonomi 8% tiap tahun harus didukung dengan denyut ekonomi pertumbuhan ekspansif dari seluruh bisnis. Segala program yang dilakukan pemerintah dan dunia usaha harus diarahkan untuk mencapai target itu.
"Sekarang kondisi ekonomi kita memang belum mencapai target, masih melambat di 4,8% di kuartal pertama 2025. Memang banyak tantangannya, misalnya proses ekspor impor dan investasi berbelit-belit, namun ini yang harus kita cari solusinya. Meski demikian, secara fundamental ekonomi kita masih solid. Satu hal yang mesti dicermati adalah investasi. Bagaimana kita bisa memastikan investasi didorong bertumbuh. Industri harus jalan, manufaktur harus dibangun, sektor informal dan UMKM harus didorong tumbuh, skill pekerja harus ditingkatkan," papar Oki.
Sementara itu, Guru Besar Hukum Tata Negara UI Satya Arinanto menegaskan pentingnya sinkronisasi antara pemerintah pusat dan daerah untuk melindungi sektor strategis nasional. Menjaga dan mendorong pertumbuhan ekonomi harus diiringi dengan peraturan yang jelas dan efektif.
"Berlandaskan sebagai negara kesatuan, maka harus ada kesatuan antara pemerintah pusat dan daerah. Sayangnya, pemerintah daerah melegitimasi konsep otonomi daerah UU No 22 Tahun 1999, seolah-olah memberi kewenangan lebih besar pada daerah. Padahal maksud keberadaannya adalah untuk merancang pemerintahan daerah yang lebih demokratis. Di sinilah pentingnya harmonisasi kebijakan pemerintah pusat dan daerah," ujar Satya.
Kamrussamad, Anggota Komisi XI DPR RI yang juga Chairman Tagaroa Think-Tank menekankan falsafah Pancasila menjadi kunci utama menghadapi tantangan kondisi global saat ini. Menurutnya, tantangan hari ini adalah konsolidasi kekuatan nasional berupa pengendalian dan perlindungan sumber daya alam.
"Harus kita sadari, SDA kita terbatas, ada waktunya habis. Maka perlu ada resources security, baik minerba, kelautan, pertanian dan perkebunan. Perlu ada jaminan keterpenuhan. Negara harus mampu memastikan setiap sektor memberikan impact bagi kesejahteraan masyarakat, sosial dan penerimaan negara. Semuanya harus mengarah pada upaya percepatan Indonesia sebagai negara maju," ujar wakil dari Fraksi Gerindra ini.
"Kita menganut tidak hanya demokrasi politik tapi juga demokrasi ekonomi. Demokrasi ekonomi berarti pembukaan pasar adalah untuk kesejahteraan rakyat seluas-luasnya dan memastikan kebijakan negara melindunginya," tandasnya. (E-3)
PEMERINTAH RI diharapkan bisa mendorong terwujudnya persatuan antara negara-negara anggota Organisasi Kerja sama Islam (OKI) melalui Konferensi PUIC.
WAMENDIKDASMEN Fajar Riza mengatakan, tantangan dunia saat ini semakin kompleks. Karena itu, ia berharap generasi muda bisa memiliki mental yang lebih kuat dan menjadi problem solver.
Anak-anak masa depan bangsa harus mampu melahirkan inovasi dan cara berfikir baru dalam menghadapi tantangan global.
DEWAN Pakar BPIP Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri, Darmansjah Djumala, mengatakan, Konferensi Asia Afrika (KAA) merupakan legacy Indonesia di politik dunia.
Seluruh elemen masyarakat harus bersatu dan menjaga optimisme dalam menghadapi berbagai tantangan nasional maupun global di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.
AS dan Tiongkok mencapai kemajuan yang meredakan perang dagang.
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan akan digelarnya putaran baru pembicaraan perdagangan dengan Tiongkok untuk meredakan perang tarif.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi melemah terbatas, pada perdagangan Rabu 4 Juni 2025.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Selasa, 3 Juni 2025, dibuka melemah 28,94 poin atau 0,41% ke posisi 7.036,13.
Harga emas diprediksi akan kembali menguat signifikan dan bersiap menembus level US$3.350 per troy ons, pada pekan ini.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved